Baca judulnya aja udah berat gitu ya bro? :D
Selow aja. Tulisan aku yang ini gak berat-berat amat kok, hanya
sekadar sharing.
Monggo disimak.
Tujuan Pendidikan adalah menciptakan manusia yang bertumbuh
kembang secara optimal sesuai potensinya. (sumber ngaco)
Sekolah adalah tempat yang dianggap mampu untuk “menggodok” para
siswa menjadi manusia mendekati paripurna.
Tapi, apa yang dilakukan sekolah..?
Anak-anak yang tak berdosa itu dikelompokkan, diseragamkan, dan
digiring pada sebuah ruangan yang disebut kelas.
Di ruang kedap udara itu para siswa dijejali teori-teori yang
menjemukan dan jauh dari realita sosial.
Mereka tanpa tahu manfaat yang bisa diperoleh ketika mereka pulang
dan hidup di tengah-tengah masyarakat.
KURIKULUM, kata yang begitu dikeramatkan, boleh
diubah, boleh diganti tetapi tidak boleh dihapus.
Ya… Kurikulumlah yang membelenggu siswa.
Seperti “Prasasti” yang harus dituruti dan dilakukan oleh semua
siswa.
Padahal, siswa adalah anak ajaib, unik, yang mempunyai
bakat berbeda-beda.
Dan “anak ajaib” ini bukan hanya seongok daging dan tulang yang
dijejali materi atau teori tanpa boleh menyeleksi.
Mereka dikaruniai oleh Tuhan: akal dan hati untuk mencerna,
merasa, mengkritisi dan menyeleksi segala hal yang mereka terima.
Lebih dari itu… Mereka juga punya hak untuk memunculkan
ketertarikannya, mengutarakan kecintaannya, dan menonjolkan kecenderungannya.
Dan ketertarikan ini, kecintaan ini, kecenderungan ini secara
naluriah telah menuntun mereka pada pilihan yang akan mereka gapai.
Secara alamiah merupakan “perwujudan” dari bakat mereka yang masih
terpendam.
Bakat tidak bisa diukur, diseragamkan atau dikotak-kotak.
Bakat yang bila digali lebih dalam, ditempa dengan kerja keras
pada lingkungan yang mendukung secara bertahap namun pasti akan menjadikan
mereka manusia mendekati paripurna yang bertumbuh kembang
secara optimal.
LUAR BIASA…!!!
Jadi, masih layakkah kurikulum ditegakkan???
bangun
woy!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar