9.27.2013

The Plagiat

Buat yang udah nonton film The Conjuring. Bagaimana pendapatmu? Menyeramkan atau menegangkan?
Buat kamu pecinta Bioskop Indonesia Transtv tentunya pernah juga menyaksikan Nino Bobo di Bioskop Indonesia ttv.

Berikut ini akan saya kemukakan beberapa kemiripan yang mungkin akan membuat pandanganmu menjadi, “Iya ya, sama.”
Saya sendiri lebih dulu menonton bioskop Indonesia trans tv, baru kemudian menonton film The Conjuring di kamar, setelah mengcopy file dari warnet.
Maksud tulisan ini bukan sebagai penyudutan terhadap salah satu kelompok, saya hanya mengemukakan pendapat, hasil akhir silahkan anda para penikmat film menilai.

THE CONJURING
dan
NINA BOBO


Ide Cerita
Tentang sebuah keluarga yang membeli rumah baru tapi tua yang sudah lama nggak ditempati, dan keluarga itu adalah penghuni pertama setelah peristiwa pembunuhan keluarga awal pemilik rumah. kejadian aneh, seperti; mati lampu, penampakan setan, lemari bergetar, dan pintu yang seolah diketuk oleh seseorang.
Ending cerita, keluarga itu menempati rumah tua dengan bahagia.

Alur
Kedua seri beda format ini (film layar lebar dan film televisi) sama-sama menggunakan alur maju, ditambah flashback pada bagian ketika Ibu hendak membunuh anak perempuannya menggunakan gunting, kemudian sesaat sebelum niat itu terlaksana, sentuhan suara dan tangan anak mengingatkan akan masa-masa sebelum mereka menempati rumah tua tapi barunya ini.

Tempat
Rumah tua, bekas ditinggali orang yang sudah lama tak terpakai karena ada peristiwa pembunuhan dalam keluarga, yaitu si Ibu membunuh anak perempuannya dan si Ayah pergi meninggalkan keluarga itu. Rumah yang sedang kesepian itu, karena hanya rumah itu saja yang ada, tanpa ada rumah di sekitarnya.

Alat dalam adegan
Sama-sama menggunakan gunting sebagai alat yang akan dipergunakan untuk membunuh anak perempuan kecil, sayangnya, kedua misi dalam beda film itu selalu gagal. Kenapa harus gunting yang digunakan? Kenapa nggak menggunakan sikat gigi? Kan sensasinya lebih asik. *krik*

Kaki ditarik
Inilah salah satu adegan yang bisa membuat saya kaget, bukan takut, karena hampir semua adegan dalam kedua film ini lebih pantas disebut mengagetkan daripada menakutkan, saya menyebutnya seperti itu. Kaki yang ditarik oleh makhluk astral. Kalo lagi di rumah, adegan ini biasa dipraktikkan oleh Ibu saya kalo anaknya bangun kesiangan. Namun, adegan narik kaki di atas ranjang ini terlihat lebih mengagetkan dalam film The Conjuring. Pada saat kaki yang ditarik dalam film The Conjuring itu, beberapa, saat penarikan kaki, tubuh pemain diperlihatkan secara utuh, seolah si penarik (kru/ setan) itu memang nggak terlihat. All frame. Sedangkan dalam bioskop transtv, tubuh pemain hanya diperlihatkan sebagian, kaki pemain tidak diperlihatkan. Bisa saja, pada saat kaki yang nggak terlihat ini, kru sudah siap untuk menarik kaki pemain tersebut.

Ibu yang kesurupan
Motif ibu yang kesurupan dan hendak membunuh anaknya sendiri itu dilatar belakangi oleh kisah lama di rumah penghuni (lama), yang juga telah membunuh anak perempuannya sendiri.

Gunting
Kenapa harus gunting? Kenapa harus ngebahas mantan? Kan bisa saja memakai alat yang lebih menyeramkan, missal; jepitan jemuran. *krik*

Anjing
Diawali dengan pemain yang mencari keberadaan anjing yang bersembunyi/ tersembunyi, kemudian anak perempuan bungsu mencari anjingnya, pindah shot ke kedua orangtua, dilanjut terdengar teriakan dari si anak bungusu tadi, menandakan bahwa anjing telah tiada, meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.
Pengambilan shot anjing dalam film The Conjuring hanya long shot, tidak memperlihatkan kondisi detail kematian anjing.
Sedang dalam bioskop transtv, shot anjing yang telah mati hanya memperlihatkan ekornya yang sudah bersimbah darah. Sebab kematian anjing nggak jelas. Entah karena digigit nyamuk atau serangan jantungnya kambuh karena ketemu mantan di parkiran kampus.
Sama-sama memperlihatkan nisan makam anjing. Bedanya, dalam film The Conjuring memperlihatkan shot track in sedangkan dalam bioskop transtv menggunakan shot track out. Semua punya maksud. *krik*

Flashback kesadaran
Saya benci flashback. Mengulang atau mengingat kembali masa lampau. Ini mengingatkan masa-masa bahagia saya dengan mantan. Saya benci!
Maksudnya, dalam scene Ibu yang hendak membunuh anaknya, kedua film ini menggunakan flashback masa bahagia saat sang anak bersama ibu dan keluarga kecil bertamasya.

Boneka
Inilah alasan, kenapa saya ogah ngasih hadiah buat pacar boneka, selain alasan kalo saya belom ada pacar.
Dalam kedua film itu, property boneka yang digunakan sama-sama berkenis kelamin perempuan. Hingga saat ini pun, belum diketahui kejiwaan kedua boneka itu, bisa saja selama proses syuting berlangsung kedua boneka itu sedang dalam masa menstruasi. Jadi, semakin menambah kesan seremnya perempuan. Perempuan emang gitu kalo lagi mens, selalu begitu. *krik*

Rumah tua
Rumah tua itu serem. Rumah tua itu menakutkan. Rumah tua itu ada setannya. Anggapan itu sudah menggelantungi pemikiran penonton. Padahal sih, nggak tahu juga, tergantung penghuni rumahnya. *krik*

Mencari asal-usul rumah/ dilakukan 2 orang
Setelah mengetahui, kalo di rumah baru tapi tuanya itu ada penghuni selain mereka, dan telah meperlihatkan kejanggalan, kedua orangtua itu juga berusaha menelusuri asal-usul pemilik rumah itu, dan ada peristiwa apa kok bisa menimbulkan kejadian seperti ini.
Lebih kebetulannya lagi, dalam kedua film itu, mereka menggunakan laptop sebagai alat untuk mencari informasi tentangnya. Hanya saja dalam The Conjuring menggunakan property tambahan berupa data-data tertulis.

Peristiwa berlangsung tahun
The Conjuring berlatar belakang tahun 1970, sedang boiskop transtv sekitar tahun 2010.
Sama-sama menggambarkan kejadian aneh, selain dalam keluarga mereka, ada keluarga lain yang ditampilkan, dan sama-sama di awal film.

Beredar di pasar
The Conjuring tahun 2013.
Nina Bobo tahun 2013.

Tidak melakukan pindah rumah
kalo saya jadi orangtua dalam pemeran di kedua film itu, menyikapi di rumah saya ada setan, dan sudah jelas-jelas mereka telah mengganggu dan menamakkan kejahatannya, maka saya akan pindah, atau seenggak-enggaknya memanggil pak ustad. (dalam The Conjuring keluarga memanggil pemuka agama)
Namun, dalam kedua film itu tidak pindah dengan alasan yang lumayan masuk akal juga sih. The Conjuring memberi alasan ketidak pindahan keluarga tersebut, bahwa keluarga itu telah menginvestasikan seluruh harta benda pada rumah tua itu. Sedang, dalam bioskop transtv member alasan kalo rumah itu dekat dengan tempat sekolah anak-anak mereka.

Pekerjaan orangtua
Kedua film itu menggambarkan kalo ketua keluarga (ayah) adalah seorang pekerja, kantoran. Sedang, si Ibu dari masing-masing film nggak bekerja, alias hanya sebagai ibu rumah tangga penuh.

Lemari yang bergetar
Waktu kecil, saya sering masuk lemari buat tempat bersembunyi. Kini, setan ada di dalam lemari. Entah apa maksudnya, mau menyamakan masa kecil saya dengan setan jaman sekarang di film-film? Kenapa nggak digambarin, kalo setan itu keluarnya dari lubang wc yang berbusa. Kan keren tuh, jadi pas pup keinget kalo kamu ngebokerin setan yang mau keluar. *krik*

Bagaimana. Kamu lebih suka yang mana, seri film layar lebar atau seri bioskop transtv?
Budaya typo latah alay? sampai kapan kamu lenyap?
Apa ini kebetulan? Apa ini direncanakan? Apa ini kebetulan direncanakan? Apa? Mantanmu hamil dan untungnya anaknya nggak mirip sama mukamu? Bersyukur, karena mantanmu sudah menikah dalam hamilnya.



 baca juga_1
baca juga_2

Baiklah, kayaknya segitu aja deh hasil analisa nggak penting saya, semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi kita semua. Cintai film Indonesia dengan tidak mencemarinya. *tapi lu kok ngopy di warnet sih*

9.15.2013

Gas Rem

“Masuk kuliah pertama nih.” tulis salah satu maba (mahasiswa baru) di status twitter temennya (ceritanya ngebajak akun temen).
Hal semacam inilah yang sering kita jumpai di dunia tak nyata. Dunia tempatnya para orang gila berkumpul. Pembuat twitter menyampaikan bahwa, diciptakannya media twitter tak lain dan tak bukan guna memfasilitasi orang gila di seluruh dunia karena keterbatasan rumah sakit jiwa. “Di sanalah tempat mereka berkeluh kesah. Rumah sakit sudah penuh.” Kurang lebih begitu kalo diterjemahkan. Sebutnya saat diwawancarai wartawan showmy beberapa hari lalu.
Entah kita harus menanggapinya dengan bagaimana, Negara kita masuk dalam tiga besar pengguna twitter di dunia. Dari sanalah juga muncul “Mario Mario Penabur Kata”. Mereka menumpahkan keluh kesah, seakan dunia hanya itu tak berjarak. Menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.

Saya akan membahas, tempat-tempat mana saja yang menjadi primadona mahasiswa baru untuk dikunjungi. Dan inilah hasil penelusuran team showmy investigasrem.

Parkiran
Ibarat sebuah bus antar kota, inilah tempat bertemunya penumpang dan bus angkutan. Yups, terminal. Tempat yang nggak pernah sepi, kecuali pada hari tertentu. Ramainya arus yang masuk dan keluar ini menjadi tempat idaman bagi sebagian orang untuk melakukan ritual cuci mata. Dengan dalih, mata juga perlu dicuci, agar bisa kembali fresh. Entah sejak kapan anggapan kuno ini muncul. Bahwa dengan mencuci mata, mata bisa kembali fresh, yang ada, mata akan bertambah basah menutupi kesedihan ditinggal mantan. Seharusnya para pelaku cuci mata itu menjalani terapi cuci mata dengan mendatangi tempat pencucian mobil, dengan sekali semprotan dijamin mata anda akan... bawor.
Atau dengan apapun alasan anda menjadikan parkiran sebagai salah satu tempat nongkrong, fine dan nggak masalah, asal jangan sampai mengganggu arus lalu lintas di sana, jangan lupa, “Kembalikan helm saya yang hilang di parkiran!”

Kantin
Menurut buku yang sudah saya baca berulang-ulang, yaitu buku 3L, menjelaskan bahwa, kantin adalah tempat nongkrong di mana di sana terjadi transaksi jual beli antara pedagang dan pembeli dengan diselipkan hutang-piutang dan colong-mencolong gorengan dan krupuk udang (contoh adegan dalam tulisan ini harap tidak untuk ditiru, sangat berbahaya dan menimbulkan dosa. Hanya dilakukan oleh professional dan orang yang berpengalaman saja) sumber dirahasiakan. Mungkin kalo ini tayangan investigasi, suara bakal saya bikin kayak orang mencret lagi nahan boker. Itu cuma andaian saya. Maafkan saya.
Sejak pertama kali diciptakan tahun 1969, kantin difungsikan untuk memberikan semangat berupa tenaga fisik dan mental untuk para laperers guna mengisi tenaga agar tahan banting. Namun, menimbulkan efek samping penyakit kangker (kantong kering). Seiring perkembangan jaman dan majunya pagar rumah tetangga yang menyerobot jalanan, fungsi awal kantin berubah menjadi tempat nongkrong, tempat rapat, ketemuan sama jodoh (mungkin), dan pastinya tempat ngutang.

Masjid
Proses mengenal individu masing-masing teman kampus (bagi maba) biasanya terjadi di tempat ini. ada yang di awal masuk kuliah intensitas mengunjungi masjidnya tinggi, begitu sampi tengah mengalami tahap penurunan. Ada lagi yang sejak awal males dan enggan berkunjung ke rumah gusti Allah, eh Alhamdulillah lama-kelamaan agak lumayan lah, pernah masuk masjid, walau sekadar numpang ngadem dan mandi.  Ada juga yang sejak pertama kuliah enggan mengunjungi masjid, selidik punya usul ternyata dia non muslim.

Perpustakaan
Perpustakaan akan (nampak) ramai biasanya di awal kuliah dan di akhir masa kuliah. Biasanya. Tanya kenapa?
Ada juga di awal semester dan di akhir semester jelang ujian semester. Sisanya, di tengah masa kuliah, perpustakaan akan menjadi tempat penyimpanan buku-buku lawas. Jendela dunia ini seakan tertutup tanpa ada yang menarik ganggang jendelanya untuk membuka pintu cakrawala dan jendela dunia.
Perpustakaan oh Perpustakaan, engkau begitu jarang dikunjungi, seperti halnya hati ini yang sepi akan belaian seorang kekasih di malam jumat.
Namun, ada juga teman saya, pas saya tanya, “Kok kamu sering banget sih mampir ke perpus ini, lagi banyak tugas ya bro?”, teman saya dengan entengnya menjawab, “Masjid penuh bro, jadi ngademnya pindah sini.”

Papan Informasi kampus
Selain sebagai tempat informasi mahasiswa tentang jadwal mata kuliah, serta informasi gak penting lainnya, juga digunakan sebagai tempat pengenalan sesama maba. Biasanya di sini terjadi percakapan sederhana. Atau masa kangen-kangenan selama masa orientasi. Mencari dan dicari, nama satu kelompoknya dahulu sekarang berada di mana. BHahahaha.
Sebenarnya nggak penting-penting amat, karena beberapa kampus sudah ada yang memanfaatkan media online web guna pemberian segala jenis informasi. Tetap saja cara manual ini nampak menimbulkan kesan eksotis buat pembacanya.

Area Wifi
Kira-kira perlu dijelasin nggak ya?


“Kamu maba dek? Jadian yuk dek!” modus kakak tingkat
“Kamu kakak tingkat? Kapan lulus kak?” BHahahahaha

“Kamu anak mana dek? Kakak anter pulang yuk!” modus kakak tingkat
“Kamu kakak tingkat? Tua amat!” BHahahahaha



*kalo ada masukan mengenai tempat idaman di kampus yang sering maba kunjungi, bisa lho dishare di sini. J

Maba itu seperti bayi yang baru lahir

Ibarat bayi yang baru keluar dari mulut rahim ibu, maba itu seperti bayi yang baru lahir di kampus baru tanpa dosa dan pengetahuan apa-apa mengenai kampusnya. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya semester, maba akan bertumbuh menjadi manula, mahasiswa numbuh lambut. Mereka para kaum maba akan semakin akrab dengan lingkungan kampusnya. Namun, sebelum menuju tahap itu, biasanya maba akan sangat mencari beberapa tempat ini sebagai penyesuaian awal. Bisa dikatakan sangat urgen bagi mereka untuk mengenal tempat-tempat ini di kampus.

Letak kampus
Bahkan bisa disebut, point ini sangat penting sekali. Jangan sampai kalian salah masuk kampus lain. Kalau salah masuk fakultas masih bisa dimaklumi. Mungkin saja dia (maba) dulunya menginginkan untuk bisa masuk di fakultas itu. Namun, apalah daya, kemampuan otak dan kemampuan duit tidak bisa menjangkau semua nafsu dunia itu.
Jangan jadikan pula alasan dari pilihan yang sudah kalian ambil itu untuk bermalas-malasan saat menempuh ilmu di kampusmu yang sekarang. Masih ingat pepatah ini kan, “carilah ilmu sampai ke negeri Cina.”? Itu dimaksudkan agar kalian bisa belajar di mana saja dan dengan siapa saja meski harus memaksakan merantau ke kota orang lain, jauh dari orangtua.

Water closed
Kenapa water closed masuk di posisi kedua, karena sebelum kamu meletakkan sepeda motor/ mobil/ jalan kaki kamu, tiba-tiba kamu kebelet mau boker, kamu pasti sudah barang tentu akan mencari wc kan? Bukan mencari parkiran buat tempat boker. Masalah mau parkir di mana itu urusan belakangan, yang terpenting adalah memarkirkan sisa limbah ini pada tempatnya, yaitu di dalam (muka dosen) lubang wc.

Parkiran motor atau mobil
Nah, barulah memarkirkan kendaraan kamu. Beberapa kampus mungkin ada yang menggunakan sistem karcis, sebagian lain ada yang tinggal masuk, nyelonong aja. asal nggak nyelonong ngrebut hati pacar temen aja.
Perlu diingat, kalo udah masuk parkiran, jangan sekali-kali sebarangan buang air urine ato limbah soto kalian sehabis makan tadi pagi ya. Kan kotorannya udah dibuang di muka dosen sebelum kalian parkir. Lho piye toh?

Ruang kelas atau ruang praktikum
Abis markirin kendaraan jangan lupa parkirin pantat kamu di kelas. Jangan bolos kelas. Kuliah itu mahal harganya. Ingat, bagaimaa orangtua kamu mencari biaya kuliah kalian. Mereka memeras keringat dengan mencangkul di sawah. Iya, kalo bokap kamu anggota depe’er sih nggak masalah. Tinggal tidur, bokap kamu nonton bokep, astaghfirullah. Apapun itu profesi dari orangtua kalian, jangan sekali-kali mengecewakan mereka. Karena setiap tetes airmata mereka adalah kepedihan bagi kita, anak dari orangtua.

Masjid
Doakan mereka. Mohonkan ampun atas dosa ke dua orangtuamu. Tambahkan rizki atas ke dua orangtuamu. Mintalah nikmat kesehatan kepada mereka.
Selain sebagai tempat ibadah maba muslim, masjid juga difungsikan sebagai tempat tidur (melarikan diri saat jam kuliah), bisa juga disalah gunakan untuk tempat numpang mandi dan boker saja, naudzubillah.
Masjid juga bisa digunakan bagi maba yang belum memeluk agama Allah untuk menimba ilmu di sana dan kelak masuk islam. Amin.

Ruang dosen
Walau tak begitu sering kamu mengunjungi tempat ini sesering kamu mengunjungi kosan pacar kamu. Pasti kamu akan ke sini juga. Nggak akan abadi kamu di kelas, nggak akan abadi kamu di kampus tempatmu bernaung saat ini. kamu pasti akan berpindah tempat untuk mencari pengalaman baru, termasuk ruang dosen. Orang yang mukanya telah kamu jadikan tempat boker.
Jangan sekali-kali kamu salah masuk pada ruang yang satu ini. misal; harusnya kamu masuk ke ruang dosen untuk mencari ibu Rina, maka carilah dia di ruang dosen dengan nama meja “Rina Gautjo”. Ingat, jangan sampai salah masuk wc dosen, apalagi saat ibu Rina ada di dalam wc sambil mengeluarkan sisa pembuangan saat pertama kali masuk kampus dan entah barantah memikirkan di mana tadi ia parkir.

Kantin
Tempat idaman mahasiswa ini, akan selalu ramai di saat jeda jam kuliah dan sepi di jam malam. Kadang juga ramai di saat jam kuliah berlangsung, tanya kenapa?

Ruang administrasi
Saya sarankan, jangan terlalu sering-sering mengunjungi tempat ini, karena tempat ini akan memiskinkan kamu dan duit bokapmu. Jangan sering-sering ke sini. Apalagi dengan menunda kelulusan kamu di kampus. semakin lama kamu di kampus, semakin sering pula kamu akan mengunjungi tempat ini. Believe it or not?

Ruang rektor
Kenali rektormu sebagaimana kamu mengenali dosenmu. Ingat bu Rina. Jangan sampai salah ruang, apalagi salah nyebut nama rektormu. Mulutmu harimaumu, harimaumu dilindungi Negara, kembalikan mereka ke habitat aslinya.


*okai, makasih udah nyempatin baca tulisan saya. kalau ada saran pacar buat saya buat tulisan ini, bisa kasih tahu saya ya, atau yang mau kasih tambahan tempat yang harus dan wajib dikunjungi maba di kampus, monggo dishare :P

Peralihan jaman dari masa 4L4y ke masa typo latah

Menurut saya, anak yang baru lulus SMA sederajat itu masih mengidap virus 4L4y. 4L4y sendiri menurut definisi dari buku 3L atau Linda Lindu Lumah merupakan suatu gelaja yang ditunjukkan sekelompok orang atau individu yang menunjukkan sifat menyimpang dari norma-norma yang ada di masyarakat dan lebih mengutamakan sifat arogansi tak terpuji dengan mengutarakan pendapat-pendapat konyol, seolah hanya kelompok atau individu itu ingin diperhatikan. Kaum 4L4y di Negara ini secara khusus tidak menghormati bahasa persatuan, dengan apa yang mereka tunjukkan, menyingkat kata atau maksud sebuah makna s3per71 1n1. Hal ini akan menimbulkan kebingungan publik dan menimbulkan keresahan bagi kaum tertentu.
Pada masa peralihan itu, kaum 4L4y tidak semata-mata menjadi manusia paripurna layaknya manusia normal. Mereka akan melewati sebuah tahap di mana typo dan latah menjadi trend di kalangannya. Hal ini tentu tidak baik bagi perkembangannya secara psikologis dan mental. Typo merupakan kelainan penulisan kata pada tata bahasa yang baku yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Diharapkan agar era typo pada kaum peralihan ini tidak berlarut-larut, sehingga bisa merambat pada bidang profesi lain seperti, typo kasih sayang dan typo dalam berhubungan dalam masyarakat, lingkungan sebenarnya.
Beberapa orang yang tidak ahli di bidangnya menggambarkan bagaimana dampak serius yang ditimbulakn oleh budaya typo ini. remaja akan mudah sekali mengeluhkan kehidupan pribadinya pada publik. Sekali lagi, ini akan mengganngu ketertiban bermasyarakat di media social. Apalagi sampai menyangkut masalah asmara. Karena di mana banyak sekali masyarakat yang telah bertahun-tahun mengalami tuna asmara. Hal ini jelas akan mengganggu hubungan kebermasyarakatan asmara di media cyber.

Maba juga akan mengalami kecanggungan saat mengucapkan kata, mata pelajaran dengan mata kuliah, serta penyebutan guru dengan dosen. Tapi, biasanya fase ini nggak akan lama. Maba akan dengan cepat menyatu dengan lingkungan kampus.

Beberapa hal yang membuat maba susah menyatu dengan kampus.

Susah ngikutin fasion temen
Tono adalah anak seorang petani sukses di kampungnya. Bapak Tono pingin anaknya melanjutkan sekolahnya di kota. Namun, kehidupan Tono di kampung dengan di kota saat ini dia menempuh ilmu jelas sangat berbeda. Tono biasanya berak di pinggir kali waktu di kampung, harus menemui water closed duduk saat ia di kota. Alhasil, Tono justru kesusahan mengeluarkan zat sisa pembuangannya itu, ia pun sering mengalami susah berak. Tono memutuskan untuk mencari tempat tinggal yang kamar mandinya menggunakan wc duduk, setidaknya wc duduk mirip posisi beraknya di kampung. Sesampainya menemui wc duduk, Tono justru menggunakan wc barunya ini dengan duduk, hasilnya bisa ditebak, Tono menduduki wc jongkok. (kodian cuk)

Salah jurusan
Bagi maba yang bener-bener mengalami ini disarankan untuk mendaftarkan kembali ke jurusan yang diinginkannya pada masa penerimaan berikutnya. Efek dari salah jurusan sangat fatal. Semangat belajar hampir-hampir nggak ada. Hasilnya, jarang masuk kampus. Namun, kalian bisa saja bertahan di jurusan kamu saat ini dengan cara sabar dan bertahap. Karena Gusti Allah mencintai orang yang berbuat sabar dan sholat sebagai penolongnya.

Nggak bisa jauh dari keluarga
Tipe maba itu macem-macem. Ada yang mempunyai kepribadian baik dan murah senyum, jutek kayak Lolita, penakut, pemberani kaya si Vicky, dan masih banyak lagi. Kesemua sifat itu bertemu dan akan membentuk sebuah ego baru. Hukum rimba bisa saja memerankan perannya di sini. Siapa yang nampak garang akan di takuti (sayangnya mereka juga dihormati), dan siapa yang nampak lemah lembut akan dipenjarakan mentalnya oleh si garang tadi. Hal semacam inilah yang harusnya dihindari oleh manusia yang beriman. Sifat saling menindas dalam content ini sangat keliru. Sebagai makhluk sosial harusnya kita bisa saling mencintai dan menyayangi.

LDR sama pacar
Mending kalian kuliah dulu yang bener deh. Itu saran saya. Kalo pacaran banyak maksiatnya. #SirikSamaYangPunyaPacar

Chulture shock
Ini hampir sama pada point ‘’susah ngikutin fasion temen’’ hanya saja cakupannya lebih luas. Meliputi budaya, agama, adat setempat, dan suku sesame maba.
Maba yang kebiasaan di kampung misalnya alim banget begitu melihat kondisi masyarakat sekitar ikut terbara arus. Jangan seperti ini ya. Ingat. Bahwa Gusti Allah selalu di hati kita semua, di manapun itu berada.
Maba yang cara berpakaian saat di kampung hanya memakai cawet, pas di kota malah nggak pake cawet saat kemana-mana. Parah yang ini, sumpah.
Lantas apa efek dari kesemua itu, beberapa di antara maba akan membentuk sebuah koloni maba dengan trend fasion tinggi dengan trend fasion yang biasa-biasa saja. Sing penting ojo jotos-jotosan yo.


Apapun itu hal yang bisa membuat kalian nggak atau belum bisa menyatu dengan lingkungan baru. Ketahuilah, bahwa dunia pasti akan berubah kecuali perubahan itu sendiri.

Hal yang paling dibenci para pengguna kacamata

Ada yang bilang kalo pasangan kamu berkacamata, dia bukan tipe pasangan yang nggak bisa setia. Karena setiap bangun dari tidur apa yang ia cari bukanlah kekasihnya melainkan kaca matanya.

bareng om Boy Noya di metrosport malam

Saya sendiri terlahir (bukan) sebagai pengguna kacamata untuk alat bantu penglihatan. Saya baru menggunakan kacamata sekitar kelas dua SMA.
Ada yang mengalami kekurangan penglihatan bawaan dari orangtua, ada juga yang penglihatannya memerlukan bantuan alat yang satu ini dikarenakan kecelakaan. Saya sendiri termasuk kaum yang mengalami kecelakaan. If you know what I feel (bener nggak sih nulisnya?)
Peristiwa ini terjadi sudah lama, hampir lima belas tahun yang lalu. Tepatnya saat saya kelas empat sekolah dasar. Entah dari mana bakat saya yang gemar memasak ini, tiba-tiba ada hasrat untuk membuat makan siang sehabis sekolah. Entah kenapa juga saya memilih menu telor goreng. Tololnya, saya menggoreng telor yang sebelumnya sudah direbus (telor bacem), saya goreng lagi dengan maksud agar hangat. Ternyata pas digoreng di atas minyak panas, minyakpun muncrat ke mata saya. If you know what I feel (bener nggak sih nulisnya?). Beberapa hari ke depannya saya harus menahan sakit saat berangkat sekolah dengan mata sakit, untung tidak masuk meja operasi (saat itu). Orangtua saya hanya bisa memberi obat tetes biasa, karena saat itu kondisi saya masih normal (masih belom gila) dan nggak merasakan sakit yang berarti.
Efek dari semprotan minyak itu baru terasa menginjak kelas dua SMA. Dan kali ini saya harus masuk meja operasi. Mata men? Bisa kalian bayangin, mata dioperasi If you know what I feel (bener nggak sih nulisnya? (untuk ketiga kalinya saya nanya)). Saya nggak mau nyeritain panjang luas kali lebar. Yang jelas sakit. Sayangilah mata kalian sebagaimana kalian menyanyangi kedua orangtua kalian, karena kalo mata kalian sakit, yang ngebiayain kan juga orangtua.

Setelah pengalaman berharga itu. Saya harus membawa kacamata guna membantu penglihatan mata dan penglihatan hati saya.
Di luar alasan kenapa saya memakai kacamata itu. Mungkin, saya pribadi dan beberapa penggunan kacamata yang ada di luar sana pasti sudah pernah atau mungkin akan mengalami kejadian yang akan sangat paling nggak disukai berkaitan dengan kacamata.
Berikut penelusuran team showmy.

Lensa Kotor
Udah pasti pandangan akan terganggu. Mengatasinya tentu dengan mengelap lensa dengan tisu atau sejenisnya yang berbahan lembut dan bersih. Yang menjadi permasalahan, pembersihnya ketinggalan. L

Lensa Berembun
Sedikit informasi yang bisa saya bagi, saat orang berkacamata keluar dari ruang ber-ac menuju ruangan yang nggak ber-ac, lensa akan mengalami perubahan suhu, sehingga terjadi siklus alam yang disebut mengembun. Bukan begitu teman-teman. Prok prok prok. *tepok tangan meriah* penanganannya yaitu dengan menunggunya beberapa saat agar embunnya sirna, seperti bayang-bayang mantan.

Lensa Memantulkan Cahaya Matahari
Proses ini disebut pembelokan cahaya oleh para fisikawan. Kayaknya gitu. Mengganggu ya? Nggak juga sih, hanya saja mata kalian akan terasa ditusuk oleh cayaha penghancurnya Sinchan. Bibibi bibibi bibibib.

Kacamata Jatuh
Kacamata jatuh dan mengalami retak. Saya sendiri pernah mengalami kejadian ini berulang kali, untung nggak sampai retak, mungkin efek, *uhuk* harganya. (sumpah sombong buanget)

Ketinggalan Kacamata
Ini sungguh FAK banget. Dan saya pernah mengalaminya beberapa kali saat masih duduk di SMA. Seakan seharian itu saya menjadi makhluk yang nggak berdaya dipojokan kelas di antara anak manusia. Untuk mengantisipasi hal semacam ini, saya udah punya dua kacamata. Cari ama aja bro.
Tapi, kenapa ya? Seorang pengguna kacamata bisa ketinggalan kacamatanya? Aneh tapi nyata. Udah nggak cinta? Ato sudah cinta sama pasangannya?



*kalo kalian para pengguna kacamata ada masukan tentang tulisan ini, mohon dimasukin ke kolom komentar ya. J buat yang nggak berkacamata dan pernah megang kacamata pacarnya, boleh juga kok ikut berpendapat, sing penting ojo jotos jotosan :P

Jekardah

Sebulan lima hari di Ibu Kota NegarA SUlap

Perkenalkan. Buat yang belom kenal atau mungkin ogah buat kenal sama saya dan mengira ini blog tentang apa atau mengajarkan sekte apa. Tunggu dulu tunggu dulu. Ini bukan blog tentang pemujaan terhadap kaleng bekas. Ini juga bukan blog tentang seorang cowok yang ngeluh tentang kehidupan asmaranya yang selalu nampak suram. Bukan. Bukan itu. Ini adalah blog tentang kita. “Kita? Loe aja kali..”
“Kenalin, nama saya Bagus Setiawan, panggil aja Smith.” Menjulurkan tangan.

Saya seorang mahasiswa broadcasting di Jogja semester lumayan banyak. Beberapa minggu lalu, saya melakukan kegiatan praktik yang kampus saya bilang, “Kerja Praktik” guna persyaratan kekelulusan kampus. itu artinya saya dan teman-teman saya yang lain harus mengikuti proses kerja praktik ini.
“kebetulan” saya mengambil tempat kerja praktik di salah satu stasiun penyiaran nasional di Jakarta, kota yang keras men, asal loe (Jakartanya kambuh men) tahu. Di kota ibu ini, saya tinggal hampir sebulan lamanya. Dan, inilah cerita saya.

==

Guna memenuhi persyaratan lulus di kampus tempat saya menuntut ilmu, Multi Media Training Centre atau Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta, The Centre of Excellence. Saya dan teman saya satu angkatan harus menjalani program Kerja Praktik di dunia industri penyiaran.
Beberapa bulan sebelum saya melakukan kerja praktik, saya dan teman yang lain yang ingin mengajukan kerja praktik di berbagai lembaga penyiaran di seluruh Indonesia telah melakukan pengurusan perijinan perihal kegiatan ini. saya sendiri memilih metrotv sebagai tempat menambah ilmu. Saya bersama teman yang lain, berjumlah (awalnya) dua belas orang sudah memasukkan berkas kepada bu Lila, sebagai penyambung antara kami dan metrotv. Setelah sebulan menunggu, sesuai jadwal, harusnya kepastian diterima atau tidaknya sudah harus kami dapatkan. Namun, rencana hanya sebatas usaha, Tuhan tetap yang menentukan atas semua usaha manusia.
Mahasiswa pencari suaka yang berjumlah awalnya dua belas orang itu sempat mengalami kegelisahan, karena semakin dekat masa kerja praktik namun belum juga menemukan kepastian. Inilah yang menyebabkan setengah dari pencari suaka ini memindahkan haluannya ke media penyiaran lain, seperti mnctv, tvri Jakarta, dan beberapa stasiun penyiaran lain.
Dua minggu setelahnya, pihak metrotv akhirnya mengeluarkan hasil sidang pleno, apakah para pencari suaka berhak diterima atau tidak. Dan hasil dari keputusannya adalah, diterima. Namun, hasil inipun dinilai terlambat oleh beberapa pencari suaka, karena sebagian dari mereka ada yang sudah mencari tempat kerja praktik lain. Sedih. Jumlah kami berkurang.

Naik kereta api
Terakhir naik kereta api itu, kalo nggak salah *mikir bentar* kelas *lupa* SD. Lama banget pokoknya. Dan sekarang saya udah kuliah semester banyak. Tentu kenangan-kenangan pas kecil naik kereta api hampir terlupa dan enggak bisa saya ingat. Yang masih terngiang di telinga hanya, suara kereta api itu, “tutt tutt’’ selebihnya terlupa.
Dengan modal ingatan masa kecil itu, saya memberanikan diri untuk berangkat ke Jakarta dengan naik kereta api malam hari dan sendirian, saya ulang sekali lagi, s endirian.
Berangkat dari stasiun Tawang, Semarang malam hari pukul 9 malam hingga Gambir Jakarta pagi hari itu penuh was-was, antara nahan pipis sama ngejagaain barang bawaan yang saya taruh di atas, *nggak tahu namanya apa tempat buat naruh itu* ini dikarenakan dogma-dogma aneh yang saya dengar sebelum berangkat dari temen, kalo di atas kereta itu sering terjadi pencuriaan barang bawaan, dari sini saya sudah kena dogma yang belum tentu kebenarannya. Naïf.



Naik babaj di Jakarta
Setelah bertahun-tahin hanya bisa melihat angkutan umum bernama bajaj dari serial “Bajaj Bajuri” dari layar kaca, kini saya bisa melihat dan merasakan menaikinya.
Banyak anggapan sinis tentang angkutan umum asal negaranya Shah Rukh Khan ini, India. Katanya eh katanya, 90% sopir bajaj di Jakarta itu kadar pendengarannya turun akibat suara knalpot bajaj yang terlalu keras. Saya nggak percaya dong.
“Bang, ke Kayu manis, Matraman ya..” ujar saya memberi alamat tujuan.
“Ha? Manis? Makasih mas, saya emang manis.”
“Kayu manis, Matraman, Jakarta Timur..”
“Oh, Kayu manis..”
“Kayu manis nomor dua ya bang.”
“Kayu manis tiga…”
“Dua bang, duaaa…” kemudian nyanyi sarimi isi tiga dua.

Baiklah, untungnya mereka cuma mengalami penurun pendengaran, nggak apa-apa. “Pelan-pelan ya bang jalannya..”
“Wuuussshhh…” manuvernya keren coy, ini kalo Raikonen mampir Jakarta dan diajak balap bajaj, saya sudah tahu siapa jawaranya.


Nginep di tempat omnya Aceh, ketemu Farhan, Azka, Rajul
Turun dari bajaj, saya udah disambut sama Aceh. Aceh adalah nama teman kerja praktik saya di metrotv. Dia bertipikal tinggi dan belum meunjukkan gelagat aneh, hingga sejauh ini saya mengenal dia.
Sampai di rumah omnya Aceh, sekitar jam 4 pagi saya langsung meletakkan hati di pundak mantan badan di atas tubuh kasur dan cus tidur. Alhamdulillah hari itu saya puasa penuh hingga waktu berbuka.




Masuk kape dinasihatin pak Karyo karena tidak mematuhi peraturan
Baiklah, status saya saat ini sebagai fakir kerjaan. Ga punya program yang bisa ditempati, lebih tepatnya nggak ada yang mau menerima saya. Lontang-lantung di pinggiran grand lobi, melihat orang yang berseliweran, serta menghitung banyaknya cewek cantik yang lewat.
Saya merasa telah gagal sebagai mahasiswa broadcasting. Saat ini program 8-11 sedang berlangsung di grand lobi. Sesekali saya melihat kerumanan orang di seberang sana yang sedang syuting program pagi itu. Tidak, di sini nggak pake penonton alay, di sini penontonnya normal semua.
Di kejauhan saya melihat sosok bapak tua, sepertinya saya kenal. “..Itu pak Karyo, kepala studio di sini..” bisik saya dalam hati. Sayapun segera menghampirinya untuk meminta kejelasan tentang di mana saya akan di tempatkan selama proses kerja praktik ini.
Dengan langkah berat saya mencoba sekuat tenaga menggerakkan kaki menuju pak Karyo. Pak Karyo sendiri, selintas orang yang galak, rambut bagian belakangnya yang panjang semakin mengukuhkannya kalau dia memang orang yang mempunyai watak keras, cadas dan @tanpabatas_. Saya sedikit merinding, bukan karena pak Karyo, tapi karena di sini memang dingin, terlalu banyak pendingin ruangan. Dan saya tidak kuat dengan itu.
Bapak tua itu sudah di depan mata saya. Hanya saja posisinya masih membelakangi saya. Jadi, saya harus membalik mukanya menghadap 180 derajat ke saya. “Siap grak, balik kanan grak.” Harusnya saya memberi arahan itu padanya. Belum sempat saya mengatakan yang seperti itu, dia sudah membalikkan badannya sendiri. Bisa saja dia merasa risi dengan bau pesing yang secara mendadak tercium di dekatnya. “Pak, Karyo..” saya mendahului pembicaraan, “Anu pak, anu bapak.. maaf pak, ini, saya anak yang lagi kerja praktik di sini dari Jogja, dan baru masuk kemarin.. kira-kira saya hendak ditempatkan di mana ya pak?” tutur saya sedikit menundukkan kepala ke bawah.
“Kamu siapa?” Jleb.
“Anak yang kerja praktik di sini, pak.. kira-kira saya mau ditempatkan di mana ya?” saya terpaksa mengulangi pertanyaan saya dengan terpaksa.
“Kamu anak yang kerja praktik di sini?” nadanya meninggi, “Taatin dulu peraturan di sini kalo lagi kerja praktik.” Jlebnya sampai dua kali. Terasa menusuk hatiku yang sudah terlanjur remuk setelah diputus pacar. Duhdek.
Kebayang nggak dikatain begitu. Sedih hatiku. “Pulangkan saya segera, mak… pulangkan!”
Ini memang salah saya. Bertindak semena-mena dengan tidak menaati peraturan yang ada di sini. Yaitu bagi semua anak yang menjalani kerja praktik harus memakai pakaian putih hitam, sedangkan saya saat itu kalau kalian boleh tahu; hitam di bawah dan kaos polo warna hijau, namun rangkap jaket. Apapun bentuk kesalahan itu, tetap saja nggak boleh ditolelir. Hari inipun diselimuti, saya masih belum dapat tempat bernaung, berupa program acara.
Sejak awal saya memilih tempat magang di metrotv pun sudah menjadi kesalahan bagi saya. Bukan karena metrotvnya, melainkan, metrotv adalah sebuah stasiun pertelevisian yang menganut sistem news, dengan Knowledge To Elevate, entah apa itu artinya, sampai saat ini saya belum ngerti. Nah, sedangkan saya seorang mahasiswa broadcasting yang menganut sistem produksi berbasis Jogjak-art-a. Oposih. Saat sebelum masuk di metrotv, dalam benak saya selalu muncul anggapan, di manapun sistem produksi acara itu pasti selalu memerlukan anak art produksi dalam proses produksinya. Benar. Namun, di sini sangat sedikit memerlukan pada bagian produksi, ada sih ada, mungkin tidak sesuai dengan minat saya, dari hasil survey yang saya lakukan sendiri, beberapa anak yang sudah kerja di sini terlalu memaksakan diri dengan tidak mengikuti kata hatinya. Missal; dia tertarik pada bidang film namun masih saja memaksakan untuk masuk tim pemberitaan. Dan sebagainya.
Bisa dipahami. Metrotv juga nggak semua tayangannya menganut system pemberitaan, ada juga beberapa program non berita yang mereka punya. Missal; standup metrotv, sentila sentilun, serta beberapa program lain. Lagi-lagi, perbedaan minat dan masalah individualisme program yang menghalangi kesemua itu. Tapi, nggak apa. Untuk saat ini saya masih bisa ikut ngurohi di studio satu sebagai production support.

Ketemu bang alumni
Senang bisa bertemu kakak alumni dari kampus saya yang sudah bekerja di sini.
“Selamat datang di studio tiga metrotv..” ujar pak Karyo pada kami, gerombolan anak kerja praktik metrotv yang berjumlan enam ekor. “Untuk lebih lanjutnya, kalian sementara ini saya serahkan ke mas yang satu ini. kalau ada apa-apa silahkan bertanya, jangan malu-malu.” Pak Karyo kemudian meninggalkan kami.
“Hei.. anak kerja praktik dari mana?” sapa pria dengan tinggi hampir sama dengan saya.
“Kami dari MMTC mas..” jawab salah satu anak kerja praktik dari kami.
“MMTC itu di mana?”
“Jogja mas..” kami serentak menjawab, kecuali saya.
“Oh. Ayo duduk dulu, cari kursi di sana..” pria dengan jaket melekat di badannya ini sangat lembut tutur katanya. “Jadi kalian mau ngapain di sini?” pertanyaan standar yang pria ini ajukan menghentak kami.”
“Ya belajar cari ilmu mas, kalo bisa sih sekalian cari jodoh.” Kami kembali tertawa kecil.
“Kalo masnya dulu lulusan mana?”
“Eh, kita belom saling kenal ya?”, “Hehe.. maaf-maaf. Nama saya, Nando. Panggil aja, Nando.” Mengalihkan isu.
“Hemmm.. sama aja kali mas.” Kemudian kami saling menyebutkan nama dari kami masing-masing satu persatu.
“Masnya belum jawab e, masnya lulusan mana? MMTC ya.. kok dari tadi senyam-senyum mas.”
“MMTC itu apa?”
Halah.. ga usah pura-pura deh mas, masnya MMTC kan, angkatan tahun berapa mas?”
“2006” semua kembali tertawa riuh.
“Aku dulu jurusan Manaprodsi kok.” Mas, Nando akhirnya mengakui kedoknya.
“Aku blab la bla, aku blab la bla..” hingga semua meyebutkan dari jurusan masing-masing di kampus.

Obrolan singkat di antara kakak senior dan junior memang selalu asik untuk disimak. Bahkan, ada beberapa kasus percintaan yang terjadi di antara kakak dan asik kelas memang selalu menyimpan cerita. Pernah ada yang menafsirkan, kalo percintaan di antara kakak dan adik kelas adalah percintaan yang paling romantis.
Beberapa informasi tentang metrotv sudah kami dapat dari mas, Nando. Begitu juga kabar terbaru dari kampus yang ingin mas Nando ketahui juga sudah kami sampaikan.
“Kalo mas, Nando di sini jadi apa mas?”
“Aku, aku cuma penggulung kabel di sini.”
“Udah berapa lama di sini mas?”
“Baru, satu setengahanlah. Baru bentar.”
Obrolan terus berlanjut hingga salah satu mulut teman kami berbusa terlalu banyak ngomong.



Nyasar ke Cileduk, Tangerang
Niatan mau nganter temen satu kamar, Aceh, ke karepur buat nyari perlengkapan mandi berbuah manis. “Kita naik angkot nomor berapa, Ceh?”
“Nanya orang aja deh, gue juga nggak tahu.”
Buat pembaca di rumah atau di manapun pembaca berada, semoga gusti Allah masih memberi nikmat berupa keimanan, keislaman, dan keihsanan pada diri pembaca semua. Jarak kosan saya ke karepur itu kurang dan kurangnya hanya tiga kilo lebih dikitan, namun entah kenapa, saat saya dan Aceh nanya ke orang tentang karepur terdekat, inilah jawabannya. “Kalo nyari karepur terdekat, saya harus naik angkot nomor berapa ya, buk?” cara bertanya kamipun sungguh ramah, bahkan semua gigi kami sudah dikeluarkan untuk memberi kesan bahwa kami benar-benar ramah. Namun, si ibu menanggapi kami sebagai penjahat bermuka gigi semua. “Naik nomor 69 mas.” Jawab ibu di pinggr jalan itu dengan muka ketakukan dan seketika ibu itu langsung dilarikan ke rumah sakit jiwa terdekat.
Inilah kenyataan dan sebenarnya kejadian. Nomor 69. Pasti ada yang salah. Kami pun langsung mengikuti arahan berdasar informasi yang diberikan ibu itu. Angkot di depan sudah semakin dekat, dengan nomor angkot tertera di pojok kanan atas kaca depan. Angkot sudah penuh sesak dengan penumpang yang sebagian ibu-ibu. Kami tak mungkin melewatkan ini, hari sudah sore. Kalo kami menunggu angkot berikutnya yang sepi maka, itu mustahil di jam pulang kantor seperti ini.
Naik angkot yang sepi di jam seperti ini itu sulit, sama halnya mencari pacar yang nggak pernah dimasuki hatinya oleh orang lain. Semua angkot pernah dimasuki oleh banyak orang, kita memang harus dan terpaksa masuk ke angkot tua itu. Sesak dan menjijikkan. Bahkan, teman kita sendiri pasti pernah menaiki angkot itu. Kadang juga, pas masuk angkot itu, kita sering berebutan dengan teman sendiri demi mendapatkan tempat terindah dan empuk, meski hanya sementara saja kita menaikinya. Lupakan angkot yang pernah dinaiki orang atau dinaiki teman sendiri, yang penting kita bisa sampai tujuan dengan angkot itu, atau tidak sama sekali. Kalo mau yang bersih ya, jalan kaki.
Lupakan angkotnya. Kami sudah sepuluh menit di angkot, keringat sudah mengalir dari jidat kami. “Kok belum nyampe ya, Ceh?”, “Au ah.. nyasar kali.”
“Turun aja yuk.”
“Okeh.” Dengan mudahnya, Aceh mengiyakan ajakan saya.
“Kita di mana nih? Kayaknya harus naik angkot lagi deh.” Sekali lagi, dengan mudahnya, Aceh mengiyakan ajakan saya. jatuh di lubang yang sama.

penampakan waktu nggembel ke Cileduk, Tangerang


Pindah program karena produsernya baik
Dua hari sejak masuk kerja praktik, saya masing berstatus gembel kota. Luntung-luntung tak tentu arah dan tujuan hidupnya mau dibawa kemana. Program acara belum dapet, jodoh apalagi. Hah, sedih hati saya.
Waktupun banyak saya habiskan di studio satu. Merenung, melamun, dan memikirkan bagaimana nasip bangsa ini selanjutnya. Hambalang belum kelar, century apalagi, cicak buaya?
Ini bagaimana dengan nasip saya? Di mana saya mau ditepatkan?
Di saat seperti inilah, saya benar-benar membutuhkan adanya seorang teman curhat, berbagi kasih serta berbagi nasi bungkus. So romantis. Hanya bisa melamun, melihat, dan mengawang-awang Sumi Yang dan Robert membawakan program Wide Shot. Mereka berdua nampak serasi, cocok.
Di hari ketiga, sayapun mencari kepala studio tiga, pak Mamad, guna meminta masukan program. apakah jomblo atau berpacaran? Betul, setelah menemui pak Mamad, beliau menganjurkan agar masuk di program yang tayang mulai pukul 1 siang hingga 5 sore itu. “Kamu langsung aja ya temuin mba, Rene. Produsernya, itu dia yang pake jilbab biru..”, “Baik pak..” timpalku seraya berterima kasih. Segera saya menghampiri mba Rini, seperti yang diinformasikan pak Ismed.
“Mba, Rene?”
“Iya, ada apa?”
Percakapan singkat mulai terjadi.
“Ini mba, bla bla bla, blab la bla lba, bisa kan mba?”
“Bisa aja, ikut aku ya..” mba Rene mengantarkanku pada jalan berliku dan mendaki gunung, menuruni lembah. “Anggi, aku nitip ini anak ya, dia dari planet ke tiga, dia mau magang di sini.” Saya masih melihat percakapan di antara mereka, “Kamu, ini mas Anggi, kamu sementara ikut dia ya, makasih ya Anggi..” mba Rene pergi meninggalkan saya dan mas Anggi berdua dalam ruangan yang ramai, grafis room.
Karena saya masih baru dan berstatus anak kemarin sore di sini, jadi job describtion saya juga belum tentu alias masih dalam tahap observasi dan nanya-nanya aja. misalnya; “Oh, jadi ini yam as yang namanya computer? Kalo ini namanya kipas angin kan mas? Kalo ini apa mas, bolpoint kan?” pertanyaan-pertanyaan berat seperti itulah yang saya tanyakan terus hingga hari ini mulai meredup. Hari ketiga saya lalui dengan bahagia.
Hari ke empat. Setelah beberapa kali, saya mampir juga di news room lantai dua pukul 9 pagi. Saya dihadapkan dengan sebuah layar yang saya tahu namanya di kemarin hari, bahwa ini adalah computer 14 inci dengan warna-warni darinya. “Apa yang harus saya lakukan?”
“Kamu anak magang baru ya..” tanya Adul, anak magang juga. Namun, dia sudah sebulan lebih dulu dari saya. Kami pun bersalaman sambil betukar nama. “Jadi, hari ini kita ngapain?” saya masih bingung dengan apa yang harus saya kerjakan.
“Kita riset aja dulu. Kamu juga harus tahu dulu tentang program Wide Shot itu apa, serta visi dan misinya. Jadi begini. Pada suatu hari, si blab la bla bertemu blab la bla dib la blab la…” saya masih menyimaknya dengan seksama, “Udah ngerti kan?”
“Sudah. Sudah kelar ngejelasinnya?” jawab saya.
Hari ini saya lewati bersama, Adul. Senang susah dan canda tawa. BHahaha. Hingga pada suatu tahap tukar informasi itu, Adul menyuruh saya buat menirukan apa yang telah dia perlihatkan pada saya. “Coba deh, kalo lakukan apa yang udah saya contohkan tadi.” Bukan-bukan. Adul tidak mencontohkan saya bagaimana cara memanjat tower sutet, tapi dia mencontohkan saya bagaimana cara megirim data ke seluruh team.
Dengan sigap saya mengambil alih computer yang sejak tadi dikuasai Adul, bukan pelantun single Someone like you.
“Itu mah gampil gampil gampil gampil…” sambil meyelentikkan jari seperti apa yang dilakukan Noval di Sketsa Comedy teve sebelah. “Tadi begini kan, begitu kan, begono kan, dan SEND.”
“JANGAN DIKIRIM!!!” Adul bernada setengah teriak.
“Lha kan tadi juga disend?”
“Ya, tapi ini jangan. Wah, bisa kena marah ini, ya udah lah.. kita lanjut aja..” muka Adul Nampak lesu dan lemah tak berdaya.
Saya masih belum mengerti dengan peristiwa barusan. Kenapa saya tidak diperbolehkan meniru apa yang sebelumnya dia contohkan. Kenapa dia melarangku? Apa yang barusan saya lakukan dilarang agama dia? Saya merasa berdosa telah mengotori ajaran Adul. Saya berdosa, saya harus mandi besar sekarang. Adul, maafkan saya.
Saya masih mengikuti petuah-petuah yang Adul beri. Waktu masih berjalan. Dan dari arah jam 12 saya melihat ada sosok perempuan berkerudung berjalan seperempat berlari menghapiri kami berdua. Sepertinya saya kenal dia. “ADUL, TADI SAYA PERINTAH APA? JANGAN KIRIM EMAIL KE SELURUH TEAM, KAMU UDAH BOSEN DI SINI?”, “Iya mba, tapi…” Adul menundukkan kepala sambil melihat dadanya sendiri yang nampak rata.” Lupakan.
“NGGAK ADA TAPI-TAPIAN.” Adul hanya bisa mendengarkan tanpa bisa membalas perkataan mba Rene. Sama seperti dalam hubungan berkekasih tangga. Kadang, pihak cowok atau ceweknya lebih dominan tanpa memberikan ruang bagi lawan pasangannya memberikan pendapat untuk menuangkan ide dan konspirasi kebebasan, serta statusisasi kemakmurannya. Harusnya ini nggak boleh terjadi.
Sementara itu, di sudut yang lain, saya hanya bisa melihat kejadian itu. Tanpa bisa membela atau memberi pendapat. Adul kena marah mba produser, mba Rene hanya memarahi Adul, bukan saya. Karena mba Rene sudah menyerahkan ke Adul untuk mentransfer ilmunya pada saya hari ini, padahal ini salah saya, saya merasa bersalah.
Kemarahan mba Rene sudah sedikit mereda, mba Rene beranjak pergi menjauh dan, hilang ditelan lantai anak tangga. Saya hanya bisa memberi free puk-puk buat Adul. Suasana tegang. Saya ikutan tegang, melihat dada Adul yang datar. BHahahaha.

Maen-maen ke perpustakaan Media Indonesia
Kalo ada waktu lenggang, saya sering maen ke perpustakaan Media Indonesia. Kebetulan MI kantornya sebelahan dengan Metrotv. Di sini setiap hari, korannya selalu diperbaharui (yaiyalah). Dari sinilah saya mendapat informasi baru yang menarik dan menghibur hati, karena di kosan nggak ada teve.

beberapa karya yang saya temukan di perpustakaan Media Indonesia






Ada yang masih belom tahu Monas itu nama apa? Atau monas itu di mana?
Inilah yang saya alami saat baru pertama kali ke Jakarta, sekitaran kelas empat sekolah dasar. Saat kereta yang saya tumpangi dan keluarga sudah masuk stasiun Gambir Jakarta, Ayah saya berucap, “Itu itu, Monasnya..”, saat itu saya masih belom ngerti Mona situ apa hanya bisa melongo dengan penuh pertanyaan di kepala, “Endi endi (mana-mana)??” padahal Monas sudah di depan mata saya. Waktu itu, saya mengira monas adalah sebuah nama daerah, bukan sebuah bangunan. Dan kalian tahu sendiri ngerti kan, tahun 2000an di Jakarta gedungnya udah banyak dan tinggi. Mata saya hanya terfokus dengan kekaguman kota ini yang mempunyai bangunan setinggi itu.
Sesampainya keluar kereta api, pertanyaan saya tentang Monas masih terngiang, “Pak, Monase endi?”, ayah saya hanya bisa menimpali, “Itu lho, bangunan sing duwur, ono emase ning duwure (Itu lho, bangunan yang tinggi, yang ada emas di atasnya).”, “Oh.” Gitu doang jawab saya. Dalam hati, Monas ternyata cuma bangunan yang kurus, ah nggak menarik.
Bahkan sampai saat ini pun saya belum pernah masuk ke Monas. Pertanyaan yang saya bawa di masa kecil masih akan menjadi misteri sampai kapan, saya juga tidak tahu. Setiap ke Monas, mulai dari masa kecil itu sampai beberapa kunjungan yang terakhir, Monas selalu tutup. Dan gibliknya, saya selalu mengulangi kesalahan yang sama setiap hendak mau ke sana.
Setidaknya saya sudah tahu kalo nama Monas situ kependekan dari kata Monumen Nasional, dibuat guna mengenang jasa pahlawan dalam melawan penjajah.


Naik busway
Sejak diresmikan di Jakarta pada tahun 2001, Jakarta punya angkutan umum baru. Bus trans Jakarta sendiri meniru angkutan massal yang ada di Bogota, Kolombia. Kalo sebelumnya saya hanya bisa melihat busway dari teve, kini saya bisa melihatnya secara langsung dan ingin mencobanya. Dalam benak saya, kalo naik busway itu, adem, bebas macet, dan nggak berdesakan. Selain hal itu yang menjadi pertanyaan dalam pikiran, saya juga ingin mencoba (menaiki) busway, saya juga ingin melihat, apa benar di sini sering terjadi pelecehan sexual. Seperti apakah itu? Hahahahahahahaha.

maen ke Kota Tua Jakarta

di museum Fatahillah nemu beginian

stasiun Jakarta Kota men


Nggak ada tv di kos
Mahasiswa jurusan broadcasting tapi nggak pernah nonton teve, mahasiswa pertanian tapi nggak pernah ke sawah, mahasiswa perikanan tapi muka nggak mirip ikan.
Memang bukan suatu keharusan, seenggaknya harus meluangkan waktulah untuk nonton tv. Kebayang nggak, anak perikanan pas suruh nyemplung ke laut buat nangkep ikan tapi dianya nggak bisa renang. Kebayang nggak anak pertanian disuruh nanem padi di sawah tapi dianya takut lintah tanah yang basah dan menjijikkan. Pertanyaannya, apa anak perikanan harus bisa renang dan anak pertanian harus bisa nanem padi, nggak kan. Jadi, bisa dimaklumilah kalo saya anak broadcasting tapi jarang nonton teve selama di Jakarta.
Moment penting saat nonton teve ya cuma lagi di kantor, di sanalah tempat beta satu-satunya buat nonton teve, selain di warteg dan di warung padang. Itupun tontonannya harus mengikuti selera empunya warung makan. Dan kalian semua udah tahukan kalo lagi makan di warteg ato warung padang mereka pada nonton apaan? Nggak jauh-jauh sama dunia sinetron yang menjemukan dan menutup realita masyarakat kita.

Ketemu Akbar di pinggir jalan
Siapa itu Abar? Buat yang belum tahu dan hendak mencari tahu siapa dia, silahkan follow akun twitternya @akbar___
Sekadar tambahan, Akbar adalah juara dua standup comedy kompas tv season pertama. Dan saat ini muka Akbar masih sering menghiasi layar kaca teve kalian sekitaran kompas tv dan sekitarnya. Monggo disimak. Niatan mau mencari takjil buat buka di sekitaran Kebon Jeruk eh malah ketemu temen. Pas lagi asik berdiri ngantri buat beli bubur, saya melihat di seberang ada kerumunan orang yang sedang diwawancarai sambil membagi-bagikan uang dua puluh ribuan, hahay, ide kere saya muncul. Pura-pura nyamperin di kerumunan dan sok kenal, “Mas Akbar.. apa kabar?” jabat tangan mas Akbar di sela taping bagi-bagi rejeki programnya.
“Iyaaa.. siapa ya?”
“Ini mas, penggemarnya mas Akbar.. standup standup mas..”
“Ohya Ohno…“ di antara jeda, “eh ntar aku tanya-tanyain ya..”
“Nggak ah mas, malu..”
“Ntar gua kasih duit deh, plus masuk teve..”
“Yoilah nak ngono.” Saya menyepakati tanpa pikir panjang dan pikir kantong.
Mungkin dari beberapa di antara kalian ada yang melihat hasil rekaman saya di teve pas bulan Ramadhan kemarin di kompas tv menjelang buka. Semoga saja, karena lewat media inilah salah satu cara saya bisa masuk teve, selain lewat program kriminal di ercetei.



Beli sepatu baru, rekor sepatu termahal yang pernah saya beli
Memang belum melebihi transfer pembelian Cristiano Ronaldo dari Mancheter United ke Real Madrid ataupun pembelian Gareth Bale dari Totteham ke Real Madrid. Setidaknya kucuran dana yang saya keluarkan guna membeli sepatu ini cukup menguras kantong orang tua dan hati. Sepatu dengan mereka yamato ini adalah produksi Singapore. Untuk mendatangkan sepatu ini memerlukan perjuangan yang lumayan berat, terlebih harus dipesan tiga minggu sebelum pembelian. Tidak bisa sembarangan, langsung datang ke toko dan memesannya. Ih, sombong banget saya yak? Padahal itu sepatu dibeli dipasar dekete daerah Slipi dengan harga tak lebih dari 50ribu.

Lebaran pertama di negeri orang
Banyak sebagian dari kita, perantau di Jakarta merela-relakan pulang di hari lebaran buat bisa kumpul sama keluarga di rumah, makan kupat, ketemu temen kecil, ketemu mantan. Hah, ini malah saya dua minggu sebelum lebaran pergi ke kota orang dan nggak balik di harinya mba Fitri. Sedih.
Pihak di mana saya kerja praktik pun nggak memberikan cuti libur lebaran bagi para praktikannya, termasuk saya. Idul fiitri saya lewati dengan bertugas di masjid Nursiah Daud Paloh. Live report. Di sana saya melihat kumpulan remaja berbondong ke masjid guna menunaikan sholat Ied. Bersama keluarga, dengan sajadah di tangan, melangkahkan kaki menuju rumah gusti Allah. Sedangkan saya masih menarik kabel sepanjang satu kilometer melewati mereka yang sedang dalam barisan sholat. Ngenes.
Sepuluh menit lagi sholat Ied akan dilaksanakan, saya masih memegang kabel dalam roll untuk ditarik, bentar lagi selesai. Hingga akhirnya saya bisa mengambil air wudhu untuk dibasuhkan ke pada seluruh tubuh, aha.
Kebiasaan sebelum sholat Ied pas di rumah selalu makan makanan yang dibikin ibu, entah opor atau masakan lain. Namun, di sini sebelum sholat Ied, saya menggulung kabel dan belum makan. Dan sesudah sholat, saya selalu makan lagi saat sampai rumah, dan lagi-lagi di sini saya masih harus menggulung kabel yang mana tadi telah saya tarik panjang-panjang dan belum waktunya makan juga. Proses uninstall bentar lagi selesai. Keringat sudah mengalir dari ujung kepala saya yang diterangi indahnya mentari di hari fitri. Sekitar pukul 10 pagi. Saya melepas kancing di kedua lengan baju kanan dan kiri, serta pada dada saya untuk memberi sedikit ruang bagi angin membelai tubuh dengan anginnya. Udara sudah sedikit masuk mengisi perut saya, setidaknya ada yang masuk dan mengisi kesedihan hati saya.
Tugas di hari suci sudah selasai buat hari ini. Nasi kotak bertumpuk di meja depan pengamanan masjid. Kru hari ini sudah ada yang meninggalkan tempat untuk bersilaturahmi dengan keluarga terdekat. Beberapa ada yang menikmati nasi kotak dengan bersilah di lantai keramik, sebagian sisanya sambil duduk-duduk di kursi kayu, termasuk saya dengan nasi kotaknya dan secerca harapan serta doa untuk meminta maaf di hari raya bagi semua. Saya masih teringat kalau saya belum mengucapkan kata maaf pada orang tua di hari raya, seperti yang saya lakukan tiap tahunnya. Saya memang belum melakukannya, biasanya saya melakukan itu sehabis sholat.
“…Mohon maaf lahir batin buk, pak…” saya tidak sesenggukan saat menelpon ayah, hanya sedikit airmata yang menetes dan selalu terusap dengan lipatan baju di lengan.

setidaknya bisa ketemu pak Surya Paloh


Aceh balik Aceh
Bulan suci sudah lewat, Hari Raya sudah dijalani. Kini waktunya Aceh balik ke kota asalnya, Aceh. Tugas kerja praktik bentar lagi selesai. Sementara saya masih ada beberapa hari di metrotv. Saya kesepian di kos. Menjelang akhir kerja praktik inilah, saya baru tahu kalo Aceh itu anak latah gerak. Ah telat. Coba kalo dari dulu-dulu saya tahunya, kan enak tuh buat hiburan. :D

Aceh di Ups Salah Trans7



Kasih yang harus disampaikan.
Terimakasih buat Bapak atas dukungan doa dan kiriman dana.
Ibu, terimakasih atas doa dan suara merdu di hari raya, walau cuma saya dengar dari balik telepon.
Terimakasih buat tempat-tempat yang udah saya datengin buat minta makan gratis. Omnya Aceh di Matraman, Jakarta Timur. Omnya Aceh di Cileduk, Tangerang. Adik dari Kakeknya Aceh di Jakarta Barat. Terimakasih atas makan gratisnya sekali lagi.
Buat produser yang sangat baik hati sekali, yang juga programnya saya tumpangi, Valiano Lodewij Martin Hutabarat. Produser eksekutif sekaligur pembawa acara program Metro Sport, Bung Boy Noya.
Temen temen studio satu yang dipimpin pak Ismed.
Temen-temen yang dipimpin pak Arga.
Produser StandupComedy MetroTV yang sempat saya kira orang make up dan wardrobe, ternyata dia ibu produser. HAHA maaf buk saya nggak tahu, bahkan sampai saat ini nama ibu siapa. Tapi, saya nggak akan pernah lupa wajah dan peristiwa itu. Kiss jauh ya ibu.
Terimakasih, tak lupa buat dua teman saya di Jogja yang merelakan waktu luangnya guna mau dititipi buat bayar registrasi dan uang SPP; Tifa dan Tino.
Aceh, terimakasih. Teman-teman sesama kerja praktik di Metro TV Jakarta 2013; Fadlan, Febri (Matekstosi), Tika, Sari, Ge (Manarita).
Makasih ya Isna, atas ML (makan lontong) di hari raya di kosanmu.
Si Alif juga, makasih udah dateng ke kosan. Maaf, saya dan dan Aceh nggak bisa menyambut dengan buah-buahan dan minuman yang segar. Cuma air putih yang bisa kami sebagai tuan kos sediakan. Tapi, senyum kami sudah cukup kan, Lif?
Terima kasih Metro TV atas kesempatan kerja praktiknya.


*beberapa nama dan tempat menggunakan nama ganti guna melindungi identitas asli atas kemauan narasumber, selebihnya alur cerita mengalami sedikit penyesuaian estetika masyarakat di Negara ini, namun secara garis besar tidak merubah alur cerita. Saran dan kritik yang membangun bisa masuk di live comment. mohon maaf kalo banyak typo J