Buat yang
udah nonton film The Conjuring. Bagaimana pendapatmu? Menyeramkan atau
menegangkan?
Buat kamu
pecinta Bioskop Indonesia Transtv tentunya pernah juga menyaksikan Nino Bobo di
Bioskop Indonesia ttv.
Berikut ini
akan saya kemukakan beberapa kemiripan
yang mungkin akan membuat pandanganmu menjadi, “Iya ya, sama.”
Saya sendiri
lebih dulu menonton bioskop Indonesia trans tv, baru kemudian menonton film The
Conjuring di kamar, setelah mengcopy file dari warnet.
Maksud
tulisan ini bukan sebagai penyudutan terhadap salah satu kelompok, saya hanya
mengemukakan pendapat, hasil akhir silahkan anda para penikmat film menilai.
THE CONJURING
dan
NINA BOBO
Ide Cerita
Tentang
sebuah keluarga yang membeli rumah baru tapi tua yang sudah lama nggak
ditempati, dan keluarga itu adalah penghuni pertama setelah peristiwa
pembunuhan keluarga awal pemilik rumah. kejadian aneh, seperti; mati lampu,
penampakan setan, lemari bergetar, dan pintu yang seolah diketuk oleh
seseorang.
Ending cerita, keluarga itu menempati rumah tua
dengan bahagia.
Alur
Kedua seri
beda format ini (film layar lebar dan film televisi) sama-sama menggunakan alur
maju, ditambah flashback pada bagian ketika Ibu hendak membunuh anak
perempuannya menggunakan gunting,
kemudian sesaat sebelum niat itu terlaksana, sentuhan suara dan tangan anak
mengingatkan akan masa-masa sebelum mereka menempati rumah tua tapi barunya
ini.
Tempat
Rumah tua,
bekas ditinggali orang yang sudah lama tak terpakai karena ada peristiwa
pembunuhan dalam keluarga, yaitu si Ibu membunuh anak perempuannya dan si Ayah
pergi meninggalkan keluarga itu. Rumah yang sedang kesepian itu, karena hanya
rumah itu saja yang ada, tanpa ada rumah di sekitarnya.
Alat dalam adegan
Sama-sama
menggunakan gunting sebagai alat
yang akan dipergunakan untuk membunuh anak perempuan kecil, sayangnya, kedua
misi dalam beda film itu selalu gagal. Kenapa harus gunting yang digunakan?
Kenapa nggak menggunakan sikat gigi? Kan sensasinya
lebih asik. *krik*
Kaki ditarik
Inilah salah satu
adegan yang bisa membuat saya kaget, bukan takut, karena hampir semua adegan
dalam kedua film ini lebih pantas disebut mengagetkan daripada menakutkan, saya
menyebutnya seperti itu. Kaki yang ditarik oleh makhluk astral. Kalo lagi di
rumah, adegan ini biasa dipraktikkan oleh Ibu saya kalo anaknya bangun
kesiangan. Namun, adegan narik kaki di atas ranjang ini terlihat lebih
mengagetkan dalam film The Conjuring. Pada saat kaki yang ditarik dalam film
The Conjuring itu, beberapa, saat penarikan kaki, tubuh pemain diperlihatkan
secara utuh, seolah si penarik (kru/ setan) itu memang nggak terlihat. All frame. Sedangkan dalam bioskop
transtv, tubuh pemain hanya diperlihatkan sebagian, kaki pemain tidak
diperlihatkan. Bisa saja, pada saat kaki yang nggak terlihat ini, kru sudah
siap untuk menarik kaki pemain tersebut.
Ibu yang kesurupan
Motif ibu
yang kesurupan dan hendak membunuh anaknya sendiri itu dilatar belakangi oleh
kisah lama di rumah penghuni (lama), yang juga telah membunuh anak perempuannya
sendiri.
Gunting
Kenapa harus
gunting? Kenapa harus ngebahas mantan? Kan bisa saja memakai alat yang lebih
menyeramkan, missal; jepitan jemuran. *krik*
Anjing
Diawali
dengan pemain yang mencari keberadaan anjing yang bersembunyi/ tersembunyi,
kemudian anak perempuan bungsu mencari anjingnya, pindah shot ke kedua
orangtua, dilanjut terdengar teriakan dari si anak bungusu tadi, menandakan
bahwa anjing telah tiada, meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.
Pengambilan
shot anjing dalam film The Conjuring hanya long shot, tidak memperlihatkan kondisi
detail kematian anjing.
Sedang dalam
bioskop transtv, shot anjing yang telah mati hanya memperlihatkan ekornya yang
sudah bersimbah darah. Sebab kematian anjing nggak jelas. Entah karena digigit
nyamuk atau serangan jantungnya kambuh karena ketemu mantan di parkiran kampus.
Sama-sama
memperlihatkan nisan makam anjing. Bedanya, dalam film The Conjuring
memperlihatkan shot track in
sedangkan dalam bioskop transtv menggunakan shot track out. Semua punya maksud. *krik*
Flashback kesadaran
Saya benci flashback. Mengulang atau mengingat
kembali masa lampau. Ini mengingatkan masa-masa bahagia saya dengan mantan.
Saya benci!
Maksudnya,
dalam scene Ibu yang hendak membunuh
anaknya, kedua film ini menggunakan flashback
masa bahagia saat sang anak bersama ibu dan keluarga kecil bertamasya.
Boneka
Inilah
alasan, kenapa saya ogah ngasih hadiah buat pacar boneka, selain alasan kalo
saya belom ada pacar.
Dalam kedua
film itu, property boneka yang digunakan sama-sama berkenis kelamin perempuan.
Hingga saat ini pun, belum diketahui kejiwaan kedua boneka itu, bisa saja
selama proses syuting berlangsung kedua boneka itu sedang dalam masa
menstruasi. Jadi, semakin menambah kesan seremnya perempuan. Perempuan emang
gitu kalo lagi mens, selalu begitu. *krik*
Rumah tua
Rumah tua itu
serem. Rumah tua itu menakutkan. Rumah tua itu ada setannya. Anggapan itu sudah
menggelantungi pemikiran penonton. Padahal sih, nggak tahu juga, tergantung
penghuni rumahnya. *krik*
Mencari asal-usul rumah/ dilakukan 2
orang
Setelah
mengetahui, kalo di rumah baru tapi tuanya itu ada penghuni selain mereka, dan
telah meperlihatkan kejanggalan, kedua orangtua itu juga berusaha menelusuri
asal-usul pemilik rumah itu, dan ada peristiwa apa kok bisa menimbulkan kejadian seperti ini.
Lebih
kebetulannya lagi, dalam kedua film itu, mereka menggunakan laptop sebagai alat untuk mencari
informasi tentangnya. Hanya saja dalam The Conjuring menggunakan property
tambahan berupa data-data tertulis.
Peristiwa berlangsung tahun
The Conjuring
berlatar belakang tahun 1970, sedang boiskop transtv sekitar tahun 2010.
Sama-sama
menggambarkan kejadian aneh, selain dalam keluarga mereka, ada keluarga lain
yang ditampilkan, dan sama-sama di awal film.
Beredar di pasar
The Conjuring
tahun 2013.
Nina Bobo
tahun 2013.
Tidak melakukan pindah rumah
kalo saya
jadi orangtua dalam pemeran di kedua film itu, menyikapi di rumah saya ada
setan, dan sudah jelas-jelas mereka telah mengganggu dan menamakkan
kejahatannya, maka saya akan pindah, atau seenggak-enggaknya memanggil pak ustad.
(dalam
The Conjuring keluarga memanggil pemuka agama)
Namun, dalam
kedua film itu tidak pindah dengan alasan yang lumayan masuk akal juga sih. The
Conjuring memberi alasan ketidak pindahan keluarga tersebut, bahwa keluarga itu
telah menginvestasikan seluruh harta benda pada rumah tua itu. Sedang, dalam
bioskop transtv member alasan kalo rumah itu dekat dengan tempat sekolah
anak-anak mereka.
Pekerjaan orangtua
Kedua film
itu menggambarkan kalo ketua keluarga (ayah) adalah seorang pekerja, kantoran.
Sedang, si Ibu dari masing-masing film nggak bekerja, alias hanya sebagai ibu
rumah tangga penuh.
Lemari yang bergetar
Waktu kecil,
saya sering masuk lemari buat tempat bersembunyi. Kini, setan ada di dalam
lemari. Entah apa maksudnya, mau menyamakan masa kecil saya dengan setan jaman
sekarang di film-film? Kenapa nggak digambarin, kalo setan itu keluarnya dari
lubang wc yang berbusa. Kan keren tuh, jadi pas pup keinget kalo kamu ngebokerin setan yang mau keluar. *krik*
Bagaimana.
Kamu lebih suka yang mana, seri film layar lebar atau seri bioskop transtv?
Budaya typo
latah alay? sampai kapan kamu lenyap?
Apa ini
kebetulan? Apa ini direncanakan? Apa ini kebetulan direncanakan? Apa? Mantanmu
hamil dan untungnya anaknya nggak mirip sama mukamu? Bersyukur, karena mantanmu
sudah menikah dalam hamilnya.
baca juga_1
baca juga_2
baca juga_2
Baiklah, kayaknya segitu aja deh hasil analisa nggak
penting saya, semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi kita semua. Cintai
film Indonesia dengan tidak mencemarinya. *tapi lu kok ngopy di warnet sih*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar