9.27.2013

The Plagiat

Buat yang udah nonton film The Conjuring. Bagaimana pendapatmu? Menyeramkan atau menegangkan?
Buat kamu pecinta Bioskop Indonesia Transtv tentunya pernah juga menyaksikan Nino Bobo di Bioskop Indonesia ttv.

Berikut ini akan saya kemukakan beberapa kemiripan yang mungkin akan membuat pandanganmu menjadi, “Iya ya, sama.”
Saya sendiri lebih dulu menonton bioskop Indonesia trans tv, baru kemudian menonton film The Conjuring di kamar, setelah mengcopy file dari warnet.
Maksud tulisan ini bukan sebagai penyudutan terhadap salah satu kelompok, saya hanya mengemukakan pendapat, hasil akhir silahkan anda para penikmat film menilai.

THE CONJURING
dan
NINA BOBO


Ide Cerita
Tentang sebuah keluarga yang membeli rumah baru tapi tua yang sudah lama nggak ditempati, dan keluarga itu adalah penghuni pertama setelah peristiwa pembunuhan keluarga awal pemilik rumah. kejadian aneh, seperti; mati lampu, penampakan setan, lemari bergetar, dan pintu yang seolah diketuk oleh seseorang.
Ending cerita, keluarga itu menempati rumah tua dengan bahagia.

Alur
Kedua seri beda format ini (film layar lebar dan film televisi) sama-sama menggunakan alur maju, ditambah flashback pada bagian ketika Ibu hendak membunuh anak perempuannya menggunakan gunting, kemudian sesaat sebelum niat itu terlaksana, sentuhan suara dan tangan anak mengingatkan akan masa-masa sebelum mereka menempati rumah tua tapi barunya ini.

Tempat
Rumah tua, bekas ditinggali orang yang sudah lama tak terpakai karena ada peristiwa pembunuhan dalam keluarga, yaitu si Ibu membunuh anak perempuannya dan si Ayah pergi meninggalkan keluarga itu. Rumah yang sedang kesepian itu, karena hanya rumah itu saja yang ada, tanpa ada rumah di sekitarnya.

Alat dalam adegan
Sama-sama menggunakan gunting sebagai alat yang akan dipergunakan untuk membunuh anak perempuan kecil, sayangnya, kedua misi dalam beda film itu selalu gagal. Kenapa harus gunting yang digunakan? Kenapa nggak menggunakan sikat gigi? Kan sensasinya lebih asik. *krik*

Kaki ditarik
Inilah salah satu adegan yang bisa membuat saya kaget, bukan takut, karena hampir semua adegan dalam kedua film ini lebih pantas disebut mengagetkan daripada menakutkan, saya menyebutnya seperti itu. Kaki yang ditarik oleh makhluk astral. Kalo lagi di rumah, adegan ini biasa dipraktikkan oleh Ibu saya kalo anaknya bangun kesiangan. Namun, adegan narik kaki di atas ranjang ini terlihat lebih mengagetkan dalam film The Conjuring. Pada saat kaki yang ditarik dalam film The Conjuring itu, beberapa, saat penarikan kaki, tubuh pemain diperlihatkan secara utuh, seolah si penarik (kru/ setan) itu memang nggak terlihat. All frame. Sedangkan dalam bioskop transtv, tubuh pemain hanya diperlihatkan sebagian, kaki pemain tidak diperlihatkan. Bisa saja, pada saat kaki yang nggak terlihat ini, kru sudah siap untuk menarik kaki pemain tersebut.

Ibu yang kesurupan
Motif ibu yang kesurupan dan hendak membunuh anaknya sendiri itu dilatar belakangi oleh kisah lama di rumah penghuni (lama), yang juga telah membunuh anak perempuannya sendiri.

Gunting
Kenapa harus gunting? Kenapa harus ngebahas mantan? Kan bisa saja memakai alat yang lebih menyeramkan, missal; jepitan jemuran. *krik*

Anjing
Diawali dengan pemain yang mencari keberadaan anjing yang bersembunyi/ tersembunyi, kemudian anak perempuan bungsu mencari anjingnya, pindah shot ke kedua orangtua, dilanjut terdengar teriakan dari si anak bungusu tadi, menandakan bahwa anjing telah tiada, meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.
Pengambilan shot anjing dalam film The Conjuring hanya long shot, tidak memperlihatkan kondisi detail kematian anjing.
Sedang dalam bioskop transtv, shot anjing yang telah mati hanya memperlihatkan ekornya yang sudah bersimbah darah. Sebab kematian anjing nggak jelas. Entah karena digigit nyamuk atau serangan jantungnya kambuh karena ketemu mantan di parkiran kampus.
Sama-sama memperlihatkan nisan makam anjing. Bedanya, dalam film The Conjuring memperlihatkan shot track in sedangkan dalam bioskop transtv menggunakan shot track out. Semua punya maksud. *krik*

Flashback kesadaran
Saya benci flashback. Mengulang atau mengingat kembali masa lampau. Ini mengingatkan masa-masa bahagia saya dengan mantan. Saya benci!
Maksudnya, dalam scene Ibu yang hendak membunuh anaknya, kedua film ini menggunakan flashback masa bahagia saat sang anak bersama ibu dan keluarga kecil bertamasya.

Boneka
Inilah alasan, kenapa saya ogah ngasih hadiah buat pacar boneka, selain alasan kalo saya belom ada pacar.
Dalam kedua film itu, property boneka yang digunakan sama-sama berkenis kelamin perempuan. Hingga saat ini pun, belum diketahui kejiwaan kedua boneka itu, bisa saja selama proses syuting berlangsung kedua boneka itu sedang dalam masa menstruasi. Jadi, semakin menambah kesan seremnya perempuan. Perempuan emang gitu kalo lagi mens, selalu begitu. *krik*

Rumah tua
Rumah tua itu serem. Rumah tua itu menakutkan. Rumah tua itu ada setannya. Anggapan itu sudah menggelantungi pemikiran penonton. Padahal sih, nggak tahu juga, tergantung penghuni rumahnya. *krik*

Mencari asal-usul rumah/ dilakukan 2 orang
Setelah mengetahui, kalo di rumah baru tapi tuanya itu ada penghuni selain mereka, dan telah meperlihatkan kejanggalan, kedua orangtua itu juga berusaha menelusuri asal-usul pemilik rumah itu, dan ada peristiwa apa kok bisa menimbulkan kejadian seperti ini.
Lebih kebetulannya lagi, dalam kedua film itu, mereka menggunakan laptop sebagai alat untuk mencari informasi tentangnya. Hanya saja dalam The Conjuring menggunakan property tambahan berupa data-data tertulis.

Peristiwa berlangsung tahun
The Conjuring berlatar belakang tahun 1970, sedang boiskop transtv sekitar tahun 2010.
Sama-sama menggambarkan kejadian aneh, selain dalam keluarga mereka, ada keluarga lain yang ditampilkan, dan sama-sama di awal film.

Beredar di pasar
The Conjuring tahun 2013.
Nina Bobo tahun 2013.

Tidak melakukan pindah rumah
kalo saya jadi orangtua dalam pemeran di kedua film itu, menyikapi di rumah saya ada setan, dan sudah jelas-jelas mereka telah mengganggu dan menamakkan kejahatannya, maka saya akan pindah, atau seenggak-enggaknya memanggil pak ustad. (dalam The Conjuring keluarga memanggil pemuka agama)
Namun, dalam kedua film itu tidak pindah dengan alasan yang lumayan masuk akal juga sih. The Conjuring memberi alasan ketidak pindahan keluarga tersebut, bahwa keluarga itu telah menginvestasikan seluruh harta benda pada rumah tua itu. Sedang, dalam bioskop transtv member alasan kalo rumah itu dekat dengan tempat sekolah anak-anak mereka.

Pekerjaan orangtua
Kedua film itu menggambarkan kalo ketua keluarga (ayah) adalah seorang pekerja, kantoran. Sedang, si Ibu dari masing-masing film nggak bekerja, alias hanya sebagai ibu rumah tangga penuh.

Lemari yang bergetar
Waktu kecil, saya sering masuk lemari buat tempat bersembunyi. Kini, setan ada di dalam lemari. Entah apa maksudnya, mau menyamakan masa kecil saya dengan setan jaman sekarang di film-film? Kenapa nggak digambarin, kalo setan itu keluarnya dari lubang wc yang berbusa. Kan keren tuh, jadi pas pup keinget kalo kamu ngebokerin setan yang mau keluar. *krik*

Bagaimana. Kamu lebih suka yang mana, seri film layar lebar atau seri bioskop transtv?
Budaya typo latah alay? sampai kapan kamu lenyap?
Apa ini kebetulan? Apa ini direncanakan? Apa ini kebetulan direncanakan? Apa? Mantanmu hamil dan untungnya anaknya nggak mirip sama mukamu? Bersyukur, karena mantanmu sudah menikah dalam hamilnya.



 baca juga_1
baca juga_2

Baiklah, kayaknya segitu aja deh hasil analisa nggak penting saya, semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi kita semua. Cintai film Indonesia dengan tidak mencemarinya. *tapi lu kok ngopy di warnet sih*

Tidak ada komentar: