Akhirnya
kesampean juga buat nulis tentang salah satu temen SMP saya yang satu ini.
Temen
saya yang satu ini berjenis kelamin perempuan, walau saya ga begitu yakin. Of role
karna saya belum pernah memastikan itu secara langsung. Lupakan.
Siapa
dia?
Dia
adalah ang ing eng. Susi Saraswati.
Secara
pribadi selama 3 tahun di Sekolah Menengah Pertama 1 Kecamatan Bonang Kabupaten
Demak bareng Sisi, panggilannya saat ini, saya ga pernah ngobrol secara
langsung apalagi bertatap muka. Iya, selama 3 tahun itu. Saya hanya mendengar
tentang dirinya dari beberapa guru yang sedang mengajar di kelas saya. Guru itu
bercerita bahwa di kelas tetangga ada seorang siswi yang sangat pandai mata
pelajaran matematika dan IPA. Saya hanya mengiyakan berita itu. Bahwa ada siswi
yang memang benar2 pandai di kelas tetangga. Begitu berita itu beredar. Saya masih
membayangkan sosok Sisi yang diceritakan beberapa guru itu. Bagaimana bentuk
siswi pandai itu? Karna saat itu saya ga begitu dikenal sebagai siswa, saya
hanya dikenal oleh teman2 sebagai siswa cupu (cool punya (baca.
cul punya)).
Dalam
sebuah kesempatan akhirnya saya benar2 bertemu dengan sosok siswi pandai itu. Bukan
sedang mengobrol. Saya melihatnya saat saya sedang makan di kantin cowok dan
dia entah sedang melakukan apa di kantin cewek, dia seperti mengendap-endap. “Swiper
jangan mencuri” Saya hanya melihatnya dari tempat
saya mengunyah mie rebus sambil jongkok di pojokan kantin. “Oh.. itu..” sambil
meneruskan makan.
Itulah
kesan pertama saya tentang sosok Sisi. Dia cantik.
Setidaknya
rasa penasaran saya sudah dibayar lunas di kantin. Sejak kelas satu sampai
lulus SMP saya ga pernah satu kelas dengan Sisi. Ga pernah satu organisasi, ga
pernah satu angkot kalo berangkat sekolah. Dan gak pernah
ngobrol langsung. Sedih.
Otomatis
saya ga pernah ngobrol sama dia. Saya seorang pendiam waktu itu.
Setelah
lulus dari SMP 1 Bonang. Susi melanjutkan di SMA 1 Demak, sekolah yang katanya
paling kece se kabupaten Demak saat itu. Dan saya melanjutkan di sebuah sekolah
agama di Semarang.
5
setengah tahun kemudian. Di media jejaring social saya mencoba iseng2
mengetikkan nama Susi Saraswati, siswi pandai temen SMP saya itu. Add and wait. Sebulan kemudian baru
dikonfirmasi sebagai teman. Dan kita berteman di facebook. Bahagia itu
sederhana.
Saya
memulai percakapan di chat. “Hai..”
Dia
bales, “Siapa ya? Salah orang kali mas.” Nyesek itu sederhana.
Dia
memang benar2 tidak mengenalku. Saya hanya mengenalnya dari berita2 yang
diceritakan di depan kelas tentang adanya anak pandai di kelas tetangga. Dan dia
hanya Sisi yang tak mengenalku. Bahkan sebagai teman satu angkatan di SMP.
Sejak
chat itu, saya mulai berpikir bahwa dia itu hanya teman angkatan saja bukan
teman yang bener2 teman.
Saya
menoleh pada pisau yang saya taruh di meja, sore tadi buat ngupas mangga yang
diambil dari rumah bapak kos. Saya mendekat dan mengambilnya. Memastikan kalo
pisau itu benar2 masih tajam dan bisa digunakan buat merobek sesuatu.
“Hey
kamu..” chat fb tiba2 nongol pemberitahuan dari Sisi.
Saya
hanya melihatnya tanpa membalas satu kata pun.
“Kamu
Bagus kan? Temen SMP gue di SMP 1 Bonang kan..” semasa SMP nama panggilan saya
adalah Bagus. Cukup sampai situ aja.
“Kamu..”
belum selesai membalas kata, Sisi memunculkan kata lagi.
“Kamu
apa kabar? Sekarang di mana?”
Ternyata
di kenal saya. Tapi dari mana dia tahu saya? Apa dia juga melakukan hal seperti
yang saya lakukan ke dia? Kepo?
Saya
sering mencari informasi tentang si siswi pandai itu dari temen2nya waktu masih
SMP dulu. Kadang saya mampir ke kantin cewek hanya untuk menanyakan pada ibu
kantin tentang apa yang sering ia beli di sini. Sama siapa dia biasanya kalo
makan di sini. Sampai kalo boker dia itu sambil berdiri ato sambil lari2. Saya sampai
sekepo itu. Sederhana.
Saya
masih benar2 ragu. Apa dia juga mencari informasi tentang saya? Siswa yang ga
pandai dan ga dikenal sama temen satu kelasnya, bahkan satu bangku saya juga
ogah mengenal saya. Sudahi perih ini by D’Masiv.
Lupakan
itu sejenak. Yang paling penting saat ini saya bisa chat dengan si siswi pandai
itu, Sisi.
“Iya
iya baik.. kamu apa kabar juga? Aku di Jogja sekarang. Kamu di mana?”
“Gue
baik juga kok. Kamu ngapain di Jogja?”
“Saya
kuliah di sini.. Kamu di mana sekarang?”
“Gue
di Bandung sekarang. Ambil antropologi di Unpad. Loe ambil jurusan apa di sana?”
kenapa dia sekarang pake tata bahasa loe gue ya? Mentang2 di Bandung harus pake
loe gue gitu ya? Ga apa juga sih.
Sedikit
bercanda saya membalas pertanyaannya, “Saya ambil jurusan Semarang Jepara.”
“Eh
seriusan loe ambil jurusan apa di sana? Di UGM ya?” kenapa dia harus bertanya
itu. Kenapa harus ada tiga huruf itu. U, G dan M? kenapa? Di Jogja ga hanya
kampus itu kan!!
“Hehe..
saya di MMTC..”
“Kampus
apa itu?” setiap ada temen yang menanyakan kampus saya dan saya jawab dengan
kalimat, “Kampus saya MMTC.” ga ada di antara mereka yang tahu. Perlu diketahui
temen2, MMTC itu adalah sebuah kampus broadcasting paling oke kece badai se
Asia Tenggara. Berdidi di bawah naungan Departemen Komunikasi dan Informasi
Indonesia. Hanya ada satu dan satu2nya di Negara ini. Bangga itu sederhana. Namun
ga banyak yang tahu perihal itu. Makasih. Bisa dicheck MMTC
“Itu
kayak kampus broadcasting gitu..”
==========================================