6.28.2013

Persiapan Linda Lindu Lumah

Udah lama nggak masang tulisan di blog aku tercinta ini. Kalian juga kangen kan... "NGGAK!!"
:P kangen
maaf ya maaf :P

Kali ini mau bahas apa ya? Bagaimana kalo bahas bulan juli 2013.. iya bulan juli, bulan di mana nantinya buku pertama aku lahir di bumi ini. ciye selamat ya brooo.. :P

Kalo buku Linda Lindu Lumah nantinya sudah ada di tangan temen2, entah buat dibaca sendiri maupun buat dikasih ke gebetan *yang jomblo langsung ngadain pembakaran buku bareng* aku ucapin banyak terimakasih telah mengapresiasi penulis dengan membeli. :P *ciumsatu2*

Selain itu, ada apa lagi di bulan juli. Di bulan juli ini pastinya selain buku kumpulan puisi aku lahir, tentunya bulan Ramadhan 1434 Hijriah. Aku sendiri akan menjalani puasa separuh di Jogja dan sisanya di Jakarta. Aku harus menjalankan rangkaian pendidikan di kampus aku, kerja praktik di salah satu stasiun penyiaran televisi. *sesicurhat* *pengeluarannambah*

Dan yang menjadikan istimewa, untuk pertama kalinya aku harus merayakan lebaran di negeri orang. Jauh dari kedua orangtua. Hiks.

Ya udah, di sana kan masih ada temen2 seperjuangan dan temen maen. Baiklah. *mencoba tabah, ngelus dada sendiri*
Yang ada di Jakarta, maen yuk! *nyaritemen*

Itu aja dulu yah, mudah2 cukup buat menyambut bulan juli kalian.
Selamat membaca buku pertama aku. Linda Lindu Lumah :P
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Buat yang belom menjalankan, buruan baca dua kalimat syahadat ya. trus wudhu dan sholat yang rajin. :P

Selamat menjalankan Ibadah Puasa. :-)
Selamat hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriah.

Mohon maaf ye bile ade kesalahan yang aku sengaje maupun yang terencane.
*gagal jadi menantunya orang Betawi*
Muach. :P


*Jakarta dapet kiriman sampah baru. :P

6.22.2013

Kapan Kita Makan Bareng?

Makan bareng temen, atau hanya sekadar kumpul sama temen bisa lebih mengakrabkan jalinan. Tentu. Nentuin tempat tongkrongan menjadi salah satu agenda penting. “Mau kumpul sambil makan di mana nih?”, “Di sini aja, tempatnyaenak, wifinya kenceng.”, Ah di sana nggak asik, colokannya dikit. Mending di sana aja, colokannya banyak, ceweknya bahenol semua, yang jaga parkir juga bahenol kok..”
Hal seperti itu bisa saja terjadi.
Tanpa disadari kalian akan menemui siklus seperti ini:

Nentuin Tempat Nongkrong
Berbagai pendapat akan muncul mengenai tempat nongkrong. Biasanya yang dicari dengan klasifikasi: enak, murah, wifi kenceng, dan colokan banyak. Namun hal ini hampir sulit ditemui. Apalagi cinta…

Aku Bonceng Kamu
Nggak semua ada motor.
“Aku bonceng kamu ya bro..”, “Nggak bisa, ban motor aku kempes.”
“Aku bonceng kamu ya bro..”, “Nggak bisa, ntar aku langsung cabut bro.”
“Aku bonceng kamu ya bro..”, “Kan loe ada motor..?”, “BBM naik bro.. hemat.” Bbbrrr

Atau seperti ini.
“Kamu boncengin Linda ya bro..”, “Nggak bisa, kan aku udah boncengin si Dora.”
“Kamu boncengin Linda ya bro..”, “Nggak bisa, aku cuma ada helm satu, lagian Linda juga menuh-menuhin tempat..”
“Kamu boncengin Linda ya bro..”, “Kok kamu nyuruh aku..? kan motor aku udah penuh,  kamu sendiri kenapa nggak yang boncengin Linda aja, lagian kamu cuma sendiri, helm kamu juga ada dua..?”, “Aku nggak bisa kalo naek motor berdua..” Zzzzzz

Kepisah di Jalan
Nggak semua ngerti jalan. Harus ada penunjuk jalan. Ada juga penunjuk jalan yang nggak merhatiin temennya di belakang, tahu-tahu ngebut begitu saja meninggalkan koloni yang dipimpinnya. Ada. Pas ditanya lewat telpon, “Halo bro, kamu di mana, kepisah nih.. kok kamu ngebut sih naek motornya, ninggalin kita semua, nyasar ini..?”, “Aku kira kalian di belakang aku, blab la bla sampe Firaun renikarnasi..”
Temen aja ditinggal, apalagi cintaku padamu…aish.

Salah Jalan
Hal yang bisa bikin nambah laper dan sebel, penunjuk arah yang udah ditunjuk di awal, dia nggak tahu jalan dan sok-sok bilang, “Aku tahu bro.. tenang aja..”, “Kayaknya dulu pas aku ke sini ya di daerah ini, tapi …”, ”Jangan-jangan udah pindah kali ya bro..”
Kamu nggak usah ngertiin hati aku deh kalo hati kamu sendiri aja nggak diperhatiin, berantakan.

Tempat Nongkrong Udah Tutup
“Katanya masih buka jam segini bro, kamu gi mana sih..?”, “Oh, ini kan jumat bro.. lupa, hehe..”

Kembali pada Tahap Nentuin Tempat Nongkrong
Tahap nentuin tempat nongkron berulang sampai Firaun reinkarnasi. Dan yang paling bikin nyesek, keputusan jatuh pada tempat nongkrong dekat dengan tempat ngumpul awal.

6.20.2013

Flash Fiction Nyesek

Seminggu belakangan diriku lagi suka sama perempuan cantik, adik kelas di kampus. Diriku bertemu dia secara kebetulan. Sangat kebetulan. Dia duduk di kantin bersama dua temennya. Mereka ngobrol dengan ciri khas perempuan kalo udah ngumpul. Heboh.
Diriku dan dua temenku juga kebetulan baru datang di kantin. Ambil minum. Nyari tempat duduk yang bisa sekiranya memantau semua pengunjung kantin. Terutama perempuan cantik. Setidaknya buat mengusir kebosanan selama satu setengah jam di ruang kelas dengan dosen aneh seperti monster. Bagaimana tidak, dosennya males ngajar, kadang telat masuk sendiri, suka ngatur jam seenak pantat kucing.
Daritadi tidak begitu ada hasil dari pantauan yang diriku dan temanku dapat. Hanya kumpulan perempuan heboh itu. Mereka sangat heboh dan itu mengganggu, mengganggu hati kami untuk tidak menggoda.
7
Kesemua perempuan heboh itu tak mempunyai majikan, mereka jomblo. Setidaknya itulah informasi yang diriku dapat dari pak satpam kampus. Ini asumsiku, mungkin para satpam di kampus lebih sering melihat mereka daripada diriku. Hanya asumsi.
Seminggu setelah informasi abal itu pula diriku tak melihat gelagat mereka di kampus lagi. Di kantin juga sudah tak ada.
Menghampiri satpam kampus juga sudah. Untuk menitip pesan ke kelompok perempuan heboh. Masih tanpa hasil.
7
Seminggu kemudian, jalan memperpendek cerita. Diriku melihat mereke kembali membuat suasana kantin heboh. Mereka telah kembali. Dengan senyum lebih merekah dan terlihat megar. Di atara mereka sudah tak ada yang sendiri. Mereka telah dipelihara oleh majikan. Cepat sekali mereka merubah status. Hilanglah sudah semua ceritamu.

D

Flash fiction/ Nyesek Itu Sederhana

6.18.2013

Filipina

Dua tahun lalu, di Filipina, dalam rangkaian promo buku ke dua saya yang udah masuk best seller internasional. Senang rasanya bisa mengunjungi tempat satu ini. Warganya ramah, apalagi buku saya bisa sampai diterima masyarakat di sini. Suatu penghormatan tinggi bagi saya. Terimakasih.

Setelah sesi bedah buku dilakukan, biasanya akan ada sesi foto sama panulis. Lumayan ada yang mau berfoto juga dengan saya. Sujud syukur. Di sini nggak ada yang genit sampe nyubit pipi apalagi nendang sampe malak minta buku gratisan ke saya. Semua beli. Dengan mereka membeli buku, sayapun bisa kembali ke Indonesia.

Satu per satu pembaca buku saya meminta foto. Mereka berjajar dengan rapi. Meminta foto, minta tanda tangan, dan ada satu yang unik, pembaca memberi saya sebuah buku berisi foto-foto saya yang sudah ditata dengan sedemikian menarik. Sekali lagi terimakasih. Kalian luar biasa.

Dirasa cukup sesi foto-foto. Sayapun hendak meninggalkan gedung tempat promo buku saya. Tepat sebelum saya mendekati pintu keluar, terdengar suara perempuan memanggil nama saya. “Mas Iwan.. minta foto bareng boleh kan..” seketika saya menolehkan pandangan ke arah sumber suara.

“Linda, kamu ngapain di sini..?” tanya saya.
“Mas Iwan apa kabar.. sehatkan… aku lagi liburan sama keluarga mas di sini. Tadi pagi sempet baca twit mas Iwan, eh mas Iwan lagi di Filipina juga, ya aku sekalian mampir aja ngajak ibu sama bapak ke sini..”
“Trus mana bapak sama ibu kamu..”
“Tuh lagi di stand, baca-baca buku mas Iwan.”

Seneng rasanya bisa bertemu dia di Filipina ini. Tempat yang sempat kita guraukan karna berangan-angan suatu saat kita bisa ke sini bareng. Dan hari ini kesampaian, meski ke sininya nggak bareng. Nggak apa. Bertemu saja sudah bersyukur, ditambah melihat dia tersenyum.

“Kamu mau balik kapan ke Indonesia..? kalo nggak keburu ntar malem nemenin aku ngopi yuk di Bejo café, di sana katanya terkenal punya racikan kopi terbaik di negara ini.”
“Boleh, aku minta ijin sama bapak ibu dulu ya mas.”

“Iya… Eh jadi foto bareng nggak..?”
Kami berdua tersenyum menahan tawa.

6.17.2013

Linda Benar-Benar Lindu

Halooooooooooooooo kawan. Apa kabar… semoga baik dan sehat sentosa.
Masih bulan juni ya? Bentar lagi bulan juli 2013. Itu artinya buku pertama aku terbit lho…
Pengen nangis. Pertama karna ini buku pertama. Kedua karna isi buku itu. Seperti mengukir sejarah tapi mengorek masa lalu.

Udah pada tahu Linda Lindu Lumah belom?

Kalo pada belom tahu, aku mau kasih tahu. Hehe
Linda Lindu Lumah adalah buku pertama Bagus Setiawan yang insyaallah akan terbit bulan juli 2013. Terimakasih telah memberi kesempatan untuk (sudilah) menerbitkan buku aku ini adalah ang ing eng: nulisbuku.com jadi kalo mau pesen bisa langsung menghubungi penerbit. Lewat aku juga bisa.

Linda Lindu Lumah merupakan kumpulan puisi versi penulis. Dikumpulkan kemudian disatukan dalam sebuah bentuk buku. Kenangan ini berkisah sekitar tahun 2009 hingga 2013.

Puisi adalah media penyampaian pesan pada hati yang menunggu di sana menggunakan pilihan kata yang sederhana. (itu menurut aku)

Kenapa make nama Linda?

Beberapa puisi dalam buku ini ditujukan dan dinomentionkan pada hati-hati yang terluka. Aku harap nama Linda bisa mewakili perempuan-perempaun yang tak sempat penulis gapai. Tak sempat penulis lukis di hatinya. Dan semoga bisa mewakili hati pembaca.

Lindu Lumah maksudnya apaan?

Hanya plesetan dari Rindu Rumah. Penulis sendiri menyukai komedi yang sering dibawakan pelawak kawakan di Yogyakarta. Anang Batas. Unik dan lucu aja menggunakan kata itu.

Jadi, jangan sampe kelewatan buat BORONG buku pertama aku ini ya. Kan lumayan tuh buat dikasih ke calon gebetan pas lagi nembak. Jadi-jadi ditolak.
Bisa juga buat kado adik di rumah. tau-tau selese baca langsung galau dipojokan kamar. Nggak mau makan seminggu. Aduh. Mudah-mudahan tidak.


Semoga bermanfaat.

Segera di bulan juli 2013.

6.12.2013

Lasut

"Sesuatu bisa berubah tergantung situasi dan kondisi."

Aku hanya menerima kenyataan kalo diriku yang tampan dan rupawan ini menyandang status anak pantai yang nggak bisa renang. Sama kayak anak gunung tapi nggak suka udara sejuk. Aku sedih.
Baiklah, aku melakukan pembelaan. Terakhir aku renang itu 2010 waktu perpisahan sama temen SMA. Dan sebelum itu juga terakhir aku renang di sungai depan rumah, kalo nggak salah kelas 4 Sekolah Dasar. Aku lupa cara berenang, apalagi cara menyukaimu.

Siang ini jam kuliah kosong. Para laki-laki lasut yang terdiri dari: Isna, Burhan, Angga, Tino, Iwan dan Nando merencanakan program renang bareng dadakan. “Udah lama nggak mandi bareng nih boy. Renang yo mumpung kosong?!!” sorai Tino si lasut baru.

“Sidone ning ndi iki? IKIP opo Depok?” Isna.
“IKIP wae sing cerak cuk!” Burhan.
“Manut!” Angga, Tino dan Nando idem.
“Berangkat!” Iwan.

Gas poll dek.
“Lha kok lagi diperbaiki kolame. Piye jal?” Isna.
“Haaa?” Burhan, Angga, Tino, Iwan dan Nando, anggap saja menunjuk mimik kaget serentak.
“Trus piye nak ngene iki dek?” Burhan.
“Depok wae nak ngono.” Isna.
“Siap!” kali ini semua serentak. Dasar laki-laki lasut.


Udah gitu aja. Nggak suka sama tulisan ini dan atau sama penulisnya ngomong. Nggak usah pake niup-niup muka penulis dari samping. Ketua organisasi kok nggondes. Tak tunggu fight ndes.

6.10.2013

Cilik

Ibu merupakan pribadi yang kuat dalam hidup setiap anak. Namun ada satu sosok lagi, yang amat penulis hormati. Abah (panggilan ayah untuk saya). Tanpa mengkesampingkan jasa ibu dalam mendidik anak. Saya merupakan pribadi yang mengagumi seorang abah.

Kisah ini terinspirasi saat penulis sedang mengambil uang bulanan di anjungan tunai mandiri. Siang harinya penulis mengirim pesan singkat ke abah untuk mengirim uang saku bulanan. Abah selalu membalas pesan singkat penulis itu dengan benar-benar memaknai makna singkat. Seperti hanya dengan satu huruf ‘Y’ saja atau paling tidak, ‘iya’ lah. Hal itu tidak berlaku kali ini. Abah tidak membalas pesan singkat saya. Mungkin lagi di luar kota. Selalu sibuk dengan kerjaannya.

Penulis sudah kehabisan uang saku utuk bulan ini, sebelum masa tenggang. Anak rantau selalu punya pengeluaran kaget. Sayangnya kejadian ini terjadi dua minggu lebih cepat dari agenda. Penulis memutuskan untuk mengisi perut. Dompet hanya diisi gambar pahlawan dari Kalimantan Selatan lima lembar. Makan di lesehan pun tak mungkin. Penulis memutuskan menuju anjungan tunai dengan harapan tak jelas. Sudah dikirim belum? Ini perjudian ala kadarnya. Kalau memang belum dikirim lantas penulis harus membayar uang parkir dari mana? 5000 perak dikurangi 1000 perak hasil 4000 perak. Nasi kucing hanya dapat 2 sisa 1000 perak.

Baiklah. Bismillah tapi tetap pesimis. 19.45 waktu bagian galau jomblo (masih saja pake-pake jomblo). Penulis sudah berada di dalam ruangan ajaib. Ruangan dengan kotak doraemon pemberi permintaan, penguras rekening. Penulis mengambil dompet di saku belakang. Kondisinya sangat memprihatinkan. Penulis tidak akan menceritakan tentang ini lagi. Cukup.

Kartu ATM masuk ke lubang yang seharusnya #nggakusahmikirmacemmacem. Menekan tombol layar sentuh. Menu. Informasi saldo. Dan. Perlu transaksi lain? Tanya mesin ajaib ini. Penulis jawab. Perlu. Ambil 100.000 perak. Alhamdulillah. Abah penulis benar-benar baik. Cium tangan abah.

Saldonya? Rahasia dong.

Inspirasinya dari kisah singkat di atas. Nah kalo yang di bawah yang bakalan temen baca (emang pada mau ngelanjutin baca Wan?) berisi tentang gambaran sosok orang tua versi penulis. Kalo temen ada versi orang tua menurut temen, bisa lho dishare di kolom komentar. :)

Selamat membaca mblo.

*café*
Agus terheran dengan bapak yang kadang ia temui di café ini. Dia baik. Suka membayar tagihan pesanan minum tanpa Agus ketahui. Aneh. Bapak tua itu berumur sekitar 50 tahunan. Kenapa bapak tua itu selalu ada setiap kali aku sedang membaca buku di sini? Apa bapak tua itu tidak mengurusi anak istri di rumah? Saat aku sapa bapak tua itu, dia selalu menghindar. Kadang tersenyum sebentar sambil mengucapkan kalimat yang bisa membuat aku semakin terheran. “Belajar yang rajin nak.”

*hari berikutnya*
*suara pintu café dibuka Agus*
Agus baru saja pulang dari kampus. Universitas Diponegoro Semarang. Mahasiswa ilmu sosial politik semester enam angkatan 2010. Agus mencari tempat duduk dekat jendela bagian samping kanan cafe. Agus tak begitu suka terlalu dekat dengan dinginnya hasil pendingin ruangan. Agus lebih suka udara normal cenderung hangat. Agus sudah terbiasa dengan udara hangat. Jadi Agus memilih sofa dekat jendela ini. Tempat duduk kesukaannya setiap kali ke café ini.

Agus langsung mengeluarkan buku dari tas kecil warna hitam miliknya kemudian menaruh tas di atas meja lantas membuka buku novel yang telah ditandai dengan kertas tulis. Pelayan datang dengan menyodorkan buku menu. Kemudian “Hot chocolate mas.”

Sesekali Agus memperhatikan ruangan sekitar. Satu dua orang saja sedari tadi bergantian masuk dan keluar café. Beberapa pasangan dengan label pacar yang ada. Sebagian sisa hanya rombongan lelaki atau rombongan perempuan yang riweh untuk mengobrol serta bernyanyi. Seperti inilah suasana café yang disukai Agus. Tak begitu ramai dan tak begitu sepi. Lebih penting lagi kalau ada hot chocolate. Menu wajib yang dipesan Agus dan seseorang yang pernah ia suka. Seseorang itu kini telah menjadi yang lain. Baiklah.
***

Empat jam yang lalu hot chocolate di atas cangkir ini masih penuh. Empat jam yang lalu juga setiap halaman dalam buku ini belum Agus selesaikan. Agus terihat lelah dan kusut dimuka. Agus merapikan posisi duduknya dan membersihkan kumpulan buku di atas meja serta abu rokok yang sengaja berantakan sebelum Agus membayar tagihan di meja kasir.

Agus kemudian beranjak dari sofa biru yang sedari tadi menemani kegiatan membacanya. Sampai di depan meja kasir. “Sudah dibayar sama bapak yang di situ mas.” Penunggu mesin kasir menunjuk seorang bapak tua yang duduk sekat pintu masuk. “Seperti biasa. Bapak tua itu lagi. Hah.” Agus merasa kecewa dan penasaran. Siapakah bapak tua itu. Kenapa bapak tua itu selalu berbuat baik dengan membayar pesanan minum Agus hampir selama sebulan terakhir. Jangan-jangan bapak tua itu punya maksud jahat dengan Agus.

“Mas kenal bapak tua itu nggak sih?” Agus masih di depan meja kasir.
“Nggak tahu mas. Masak masnya nggak tahu sama bapak tua itu? Coba dingat lagi deh. Lha wong kelihatan baik banget sama masnya, gimana sih.”
“Siapa ya? Bukan orang tua dari temen aku deh kayaknya. Kalo bener orang tua temen aku ngapain juga harus berbuat baik sama aku? Apa maksudnya?”

Ini sudah keterlaluan. Agus harus menghampiri bapak tua itu. “Permisi. Makasih pak atas traktiran minumnya. Tapi maaf bapak ini siapa ya kok sudah hampir sebulan terakhir selalu membayar tagihan minum saya.”
“Sama-sama nak. Kok belum pulang jam segini?”
“Pak. Bapak belum jawab pertanyaan saya. Bapak ini siapa maaf? Bukannya saya menolak traktiran ini. Tapi alangkah baiknya uang bapak yang tadi buat bayar pesanan minum saya bapak gunakan untuk keperluan bapak sendiri.”

Bapak tua itu hanya tersenyum manis menatap Agus. Penasaran.
“Pak.. bapak jangan melamun.”
“Saya tidak melamun kok nak. Ternyata kamu sudah besar. Bapak rindu kamu.”
“Rindu? Maaf pak tapi saya benar-benar nggak ngerti apa yang barusan bapak ucapkan.”
“Kuliahmu gimana di jurusan sosial politik Undip? Kapan lulus?”
“Kok bapak tahu?”

Agus semakin penasaran dengan sosok bapak tua ini.
“Bapak ngikutin saya setiap hari? Atau bapak menyewa orang buat memantau keidupan saya? Aku mohon pak. Jangan membuatku semakin penasaran tentang diri bapak. Siapakah anda?”

Bapak tua hanya membalas pertanyaan panjang Agus dengan sruputan kopi hitam dari gelasnya. “Duduk dulu anak muda. Bapak masih ingin mengobrol denganmu.” Agus hanya menggelang pelan sambil mengangkat kedua tangan, melihat suasana sekitar yang masih nampak sepi. Kemudian Agus menyanggupi permintaan bapak tua dengan permintaan menjawab pertanyaannya. “Dengan satu persyaratan.”

“Syarat apa anak muda? Baiklah. Mau pesan minum lagi?” Agus menggelengkan kepalanya.
Agus mulai duduk berhadapan dengan bapak tua misterius itu. Agus masih bingung dengan kejadian yang masih dialaminya sekarang. Dengan banyak pertanyaan di dalam kepala.
“Bapak siapa dan apa maksud bapak selama sebulan belakangan terhadapku?”
“Kamu mirip sekali dengan almarhum ibumu nak.”
“Ibu? Ibuku ada di rumah. Bapak jangan mengada-ada.”
“Bola matamu. Bibirmu. Mimik saat kamu tersenyum persis ibumu. Istriku dulu.”
“Cukup.”
“Aku bapakmu nak. Dan bapakmu yang saat ini itu ayah angkatmu. Aku bapak kandungmu nak.”
“Bagaimana aku bisa percaya?”
“Kamu tahu mereka kan?” Bapak tua menunjuk dua orang yang sedag berdiri di dekat pintu masuk café. “Percayalah.”
“Bapak. Bapak sama Ibu ngapain nyusul Agus ke sini?” Agus sangat terkejut dengan kedatangan dua orang di dekat café ini.
“Maafkan kami nak.”
“Maksud bapak apa? Bapak sama Ibu nggak ada salah apa-apa sama Agus.”
“Kami berdua hanya orang tua asuhmu nak.”
“Ada apa dengan semua ini? Agus benar-benar tak mengerti.”

Agus akhirnya dipertemukan dengan orang tua kandungnya (singkat amat Wan. Biarin). Setelah dua puluh satu tahun terpisahkan jarak dan kasih sayang. Kenapa orang tua kandungnya itu kembali dan apa maksud dari penitipan ke orang lain ini.

Orang tua kandung Agus sengaja menitipkan ke orang lain mengingat situasi daerah orang tua Agus saat itu sedang terjadi musibah bencana alam banjir. Orang tua Agus tak mungkin meninggalkan ibunda Agus yang masih lemah usai melahirkannya. Orang tua asuh Agus yang saat itu belum mempunyai anak sejak tiga tahun menikah sudilah membesarkan serta merawat Agus kecil hingga sekarang. Ibunda Agus sendiri telah berpulang di surga lima tahun semenjak kelahiran Agus. Orang tua Agus pun mengikuti jejak orang tua Agus untuk menetap di satu wilayah agar bisa memantau kondisi anak kecilnya itu. Selama ini orang tua Agus belum berani membeberkan kebenaran ini pada anaknya. Kondisi jiwa Agus kecil masih belum cukup siap. Dan saat ini di tempat ini bisa jadi waktu yang tepat. Agus dipertemukan dengan bapak tua tak lain orang tua kandungnya.

Sayang dan cintai orang tuamu dalam keadaan apapun. Seburuk apa perangai orang tuamu itu merekalah orang yang telah melahirkanmu. Urusan kita hanya menjaga orang tua.

6.07.2013

Saya dan Mantan, Kamu Jangan Cemburu

Mahasiswa MMTC Yogyakarta Membaca Puisi

­
Oleh Bagus Setiawan
Saat membaca puisi ia merasa mantan ada di samping. Kangen sama mantan seperti terobati. Benci sama mantan terasa disempati.

Djendelokoffi. Malam hari pukul 20.30 waktu jomblo bagian mantan. Malam hari ketika para jomblo bersembunyi di balik reruntuhan selimut hati yang beku. Kini, para penganut paham jomblo berkumpul. Menyuarakan satu tekad untuk memperpanjang masa kontrak. Tidak tanggung, seumur hidup mereka perbaharui.

Iwan mengobrol dengan semama penganut sekte ini. Baru ini ia membicarakan tentang jomblo. Hal baru yang belum pernah ia sentuh. Sebelum ini, ia selalu bersama dengan seorang kekasih hati. Ia Nampak asing dengan kegiatan rutin yang dijalani kaum aneh ini. Mereka melakukan pemujaan setiap malam minggu, yang mereka sebut “tidur di kamar di malam minggu” mengurung diri sungguh kegiatan yang aneh baginya.

“Aku jane yo ra ngerti opo kuwi jomblo, bar pedhot karo pacarku aku lagi ngerti jomblo ki opo lan piye rasane.” Ujar Iwan berkisah tentang gelar barunya itu kepada MMTC magazine.

Semakin lama ia semakin akrab dengan kata jomblo. Bahkan dalam satu hari ia bisa bertemu dengan sesame penyandang jomblo di manapun ia melangkah. Saat mengenal jomblo, ia pun menjadi teduh.

Setelah beberapa bulan menjadi jomblo, ia berharap suatu saat jodoh menghampiri dan tulang rusuknya segera diketemukan.


Dan malam tadi, ia membaca musikalaisasi puisi tentang mantan. Yang datang pasti tahu deh gimana ia menyanyikan puisi kenangan sama mantan dulu. Di sana, Iwan menempatkan sebuah pesan di antara bait puisinya.

“Waktu itu nggak bisa diputar, apalagi dijilat dan dicelupin. Jadi, belajarlah dari masa lalu. Jangan kembali pada masa lalu. Cari yang baru.”

6.04.2013

Lindu Lumah

Ayah Linda seorang guru, pegawai negeri sipil. Ibu seorang rumah tangga. Punya satu adik laki-laki. Satu kakak perempuan. Linda sudah tidak tinggal di rumah bersama kakak, adik serta kedua orang tuanya karena dia melanjutkan sekolah menengah atas di luar kota. Ikut nenek.

Linda kangen sekali dengan rumah saat ia berada di luar kota, Yogyakarta dan Semarang. Linda sekolah di luar kota bukan karena kemauan dia, melainkan sekolah menengah atas favorite di kota dia berada tidak ada yang menerima. Gengsi lebih besar dari minat pendidikan yang muncul saat itu, 16 tahun masih sangat labil dan alay.

Di kota rantau barunya itu, dia mengalami perubahan budaya yang mencolok. Teman bermain, suasana kota, kebiasaan masyarakat setempat.
Salah satu teman di kota Semarang itu bernama, Disti. Perempuan asli Semarang. Dua bulan lebih muda namun dia lebih bijaksana. Dari keluarga biasa saja, tidak kaya dan tidak kekurangan, tidak sedang broken home atau sebagainya.

“Kenapa kamu sekolah jauh dari keluarga? Kamu kan masih SMA.”
“Nggak boleh ya kalau aku sekolah jauh dari keluarga?”
“Boleh kok, Lin.. kamu hebat, masih SMA tapi sudah berani jauh sama keluarga. Andai aku punya kesempatan seperti kamu, jauh dari keluarga, aku pasti nggak betah, pasti rasanya kangen rumah. Hehe” Disti menambahkan tawa di akhir obrolan.

Di tanah Semarang yang jauh dari keluarga pun, tak membuat semangat belajar Linda meningkat, justru sebaliknya. Seakan ada kesempatan banyak untuk bermain, tak ada pengawasan dari orang tua. Kebebasan yang diterima Linda terlalu dini. Ia mengartikan kebebasan menjadi kebablasan. Seperti nggak ada sekat antara belajar dan bermain.

Nggak di rumah bude nggak di sekolahan. Kalau nggak main ke rumah temen ya main di café. Café sering dijadikan Linda sebagai tempat menyendiri yang paling syurgawi. Ratusan menit bisa ia habiskan di sana selama sehari penuh. Bolos sekolah ya terus maen ke café.

Wifi kenceng seperti magnet ampuh untuk membuat Linda tidak melewatkan panggilan hot chocolate vanilla racikan barista café, mas Aang. Download film barat sampai film lokal. Sherlock Holmes dan teman setianya, Dr Watson. Baginya, film Sherlock Holmes merupakan cerminan persahatan yang layak ditiru.

Seharusnya berangkat sekolah jam 7 pagi dan pulang 1 siang. Hal itu tidak berlaku bagi Linda. Perempuan tomboy pantang pulang sebelum jam 7 petang. Kemana saja dia? Kayak nggak tahu saja. Café dan download film.

Linda Lindu Keluarga di rumah. Sayang waktu nggak bisa diputar, apalagi dijilat dan dicelupin. Kenapa Lindu? Karena Linda cilat. Olahraga kesukaannya di SMA ini, itu silat bro. Perempuan suka silat itu macho, macho mundur, itu maju. Linda juga suka dunia comedy, tokoh comedy Jogja yang sangat dia suka, Anang Batas. Meski pun udah tua ((hehe) tapi om-om yang nggak mau dipanggil om ini, maunya dipanggil mas) mas Anang suka sekali plesetan. Bukan plorotan apalagi bermain dengan setan, play itu main, setan itu setan.

Linda nggak naik kelas. Pada titik inilah Linda merasa keluarga dan rumah adalah surga kecil yang dititipkan Tuhan. Pilihan harus dihadapi dan dijalani: orang tua mendukung, mengarahkan dan mendoakan. Sebaik tempat berlabuh itu keluarga.

Linda tumbuh dewasa dari pengalaman binasa.

Melanjutkan di sekolah yang sama, teman lama namun setingkat di bawahnya, semangat baru, move on hati dan kebiasaan buruk. Pindah haluan bisa saja terjadi, namun itu belum tentu. Karna yang saat ini sudah digenggam akan lebih baik dipertahankan dengan perubahan, atau tidak sama sekali.


6.03.2013

Mau Ngapain?

Pacaran, terus ngapain?

Membina bahtera pacaran?
Kek orang suami istri aja. muke loe jauh Ntong!

Saling memberi perhatian?
Gak dapet di keluarga? “Kan kita juga perlu dapet perhatian dari orang yang kita sayang.” Modyar

Biar ada temen maen?
Cemen amat jadi orang. Udah gede harus mandiri. Kalo udah koit baru dah di mandiin, dikafanin, disholatin, dikuburin sama orang lain. Kurang perhatian apa coba.

Biar makan ada yang nemenin?
Makan sendiri napa? Emang kalo ada yang bilang, “Sendirian terus neng, gak laku ya?” trus hidup kamu bakal berenti sampe di situ? *bisa jadi sih* siapa tahu, abis makan kepleset, duh dek.

Dari kmaren kamu keliatan ngeluh terus. Seakan-akan kamu itu sendirian di bumi ini. Tong sampah di pojokan gang sendiri dari dulu juga gak pernah ngeluh. Selow aja, hidup ini mau dibawa ke mana (padahal yang nulis lagi kesepian  aja gak pernah ngeluh, tapi seringnya nangis di pojokan kamar kos, sendiri).

*Sebaiknya dalam menjalin sebuah hubungan, entah pertemanan, bahtera per pacaran, rekan bisnis atau sebagainya, berhubunganlah yang sehat *bukan pake kondom maksudku yah, apalagi gak pake kondom. Ojo ojo. Nikah sik ae*. Tidak saling menyakiti dan merugikan. Jadilah orang yang selalu memberi manfaat di manapun kamu berada. Baik dalam pelukan orang maupun pelukan bantal.




laki-laki di samping single, kalo nemu di pengkolan ambil saja, kasihan. langsung jadiin pacar aja! dia baik tapi jahat. awas galak!! recomended.




Aku suka kamu. :-*

Kupat Loncat

Nunggu pesenan kupat tahu itu lama bener, udah bisa disandingkan sama nunggu datangnya bidadari turun dari kahyangan. Auoo

Lagi asik nunggu tau tau ada yang nyerobot, kalo ibu ibu yang udah tua aku masih bisa memaklumi. Nah ini temen sendiri yang nyrobot. Duh dek

Udah nunggu lama sampe Firaun reinkarnasi, eh stock perempuan cantiknya habis. Langsung galau di twitter. Kupat tahu soak pun terpaksa diambil. Sial nunggu jodoh kek nunggu pesenan kupat tahu.

Udah pesenan datangnya lama, kepedesan, campur asin. Bangke bangke. Tagihan datang, kaget karna mahal banget, gak sesuai budget.

Kembali pada masa menunggu. Cabut dari warung, makanan gak dihabisin, putus di tengah santapan. Udah nunggu lama bikin hati menganga.


Ini kupat tahuku, mana kupat tahumu?

6.01.2013

suka

suka ≠ sayang ≠ cinta
baca: suka tidak sama dengan sayang, sayang tidak sama dengan cinta.


“Aku suka kamu. Mau jadi pacar aku?” é playboy, baru suka udah berani nembak. Bagaimana kalo mampir si sarkem, semua pasti disukain. ê
“Aku sayang kamu. Mau jadi pacar aku?” é sayang perlu proses dan progress. Ini lumayanlah buat dijaiin pacar. ê
“Aku cinta kamu. Mau jadi pacar aku?” é harusnya dinikahin, bukan dipacarin kalo emang udah cinta. ê

˘rasa sayang juga bisa diungkapkan pada sahabat dan keluarga.
˘sama pacar temen boleh suka, gak boleh sayang apalagi cinta.

Proses dari suka ke sayang, sayang ke cinta, mungkin dari suka ke benci, sayang ke benci dan cinta ke benci, tiap orang berbeda. Jarak itu semua sangat dekat dan berlalu begitu cepat, bahkan tiada sekat di antaranya.

˚definisi suka, sayang dan cinta tiap orang berbeda. Jadi, mohon pembaca menyesuaikan, rapatkan barisan, yang belum baca kalimat syahadat, monggo dibaca sebanyak tiga kali, dilanjutkan dengan berwudlu.


Share blog ini di facebook, twitter dan media social kalian yang lain ya :)