1.17.2014

Just simple do it



Jangan mengatakan tidak untuk sesuatu yang bisa kamu usahakan. Jangan memikirkan kegagalannya dahulu. Pikirkan keberhasilannya saja. Just simple do it. Kalau disuruh berandai, gagal kan bisa diulang lagi. Setidaknya berusaha terlebih dahulu lebih berarti daripada tidak berbuat sama sekali. Apa yang kamu pikirkan tentang pendapat orang lain ke kamu, sebenarnya tidak benar-benar sedang orang lain pikirkan. Diri kitalah yang memikirkan kita sendiri akan kegagalan yang sebenarnya tidak akan menghampiri orang yang bersungguh-sungguh dan sabar. Just think simple do it. Lakuin apa yang kamu bisa lakuin dan berguna buat orang banyak. Seandainya belum bisa berguna buat orang banyak, setidaknya usaha kecilmu itu sudah berguna buat dirimu sendiri dan bisa membuatmu bangga dengan tidak menyia-nyiakan pemberian Tuhan.

Kesempatan



Yang datang sekali itu kesempatan.
Yang datang lebih dari sekali itu kalo nggak rentenir ya tukang sayur depan rumah. Kesempatan harus datang sekali. Kalau tiga kali ntar dapet mangkok cantik.

Kenapa kesempatan harus datang sekali? Agar kita bisa memanfaatkan kesempatan itu ‘seolah’ kesempatan itu benar-benar datang sekali dan kita melakukannya bisa dengan kesungguhan. Kata seolah itu akan digantikan oleh Tuhan dengan kesempatan dalam bentuk lain. Tuhan nggak buta kok, jangan berburuk sangka sama Tuhan.

Tapi, bener nggak sih kesempatan datang sekali? Ya bener lah masak Tuhan bohong. Ketemu cewek di jalan dan lupa kenalan minta nomor hape, apa besok bisa ketemu lagi? Kagak mungkin bro. Ngimpi aja lu Ntong.

Namun, ada juga kesempatan itu yang timbul bukan karena kemauan kita alias kejebak dengan masuknya unsur untung-untungan. Missal, kesempatan buat ngedapetin undian motor, kesempatan buat menerima pekerjaan, di mana kita ditempatkan. Kita emang nggak bisa memilih bro, akan tetapi kita bisa berusaha. Itu yang nggak diberikan Tuhan sama makhluk Tuhan lainnya.

Aku sih emang bukan dari keluarga kaya raya amat. Tapi, aku bisa berusaha buat jadi orang yang lebih baik.

1.14.2014

Francesco Totti



Namanya Francesco Totti, sayang ia bukan pemain bola. Dalam kisah ini ia merupakan pemilik perusahaan di bidang jasa. 50 tahun lalu ia dilahirkan ke bumi. Kali ini ia harus merasakan suasana bumi yang panas dan selalu bikin gerah. Harga bahan pokok di sana dan sini sama mahalnya. Kondisi perpolitikan tak tentu jelang pemilu legislatif. Untungnya kondisi ekonominya saat ini sedang baik. Namun, ia sadar hal semacam ini nggak akan berlangsung lama. Pasti ada masa di mana masa-masa sulit akan datang. Jadi, ia memutuskan ke bank untuk mempersiapkan masa depan yang penuh misteri ini.

Riuh bank kota dengan banyak pengunjung lain. Petugas jaga membukakan pintu masuk untukku dan ayahku. Dan ternyata orang yang dituliskan kisahnya di atas adalah ayahku. Dia (satpam bank perempuan) memberi senyuman yang merekah di antara kedua bibir tipisnya. Ayah langsung mengambil nomor antrean pada salah satu sudut ruangan. Angka 62 adalah antrean yang didapat ayah, itu artinya kami harus menunggu cukup lama karena kini nomor antrean masih tertahan di angka 42. Di sela waktu itulah, aku bertanya pada ayah. “Ayah ngapain bawa uang ke tempat seperti ini, ramai, nanti mereka akan mengambil uang ayah?” saat itu usiaku 6 tahun, jadi maaf kalau kosakata dalam dialognya canggung (canggung sandiwara).

“Ini agaji ayah sebulan, dek. Kamu juga harus rajin menabung buat hari nanti.” Ayah memberi sapaan ‘dek’ padaku, biar lebih akrab.
“Tapi, kenapa harus di bank, Yah?” aku memberi sapaan ‘Yah’ karena dia ayahku. Bukan berarti, kamu pa’yah’ lho ya atau sebagainya. Missal dialog, “yah payah” Bukan, bukan seperti itu. Lanjut dialog.

“Biar aman, Dek.”
“Tapi, Ayah kan bisa menyimpannya di rumah?”
“Adek, kalau menyimpan uang di bank itu akan lebih aman.”
“Oh, gitu ya.”

Untuk mempersingkat waktu. 30 menit kemudian.

Di antara perbincangan anak dan orangtua itu terdengar panggilan dari meja teller, “Nomor 92 silahkan menuju teller dua.”
“Yah, udah dipanggil tuh nomor antreannya.”
Anak itu pun berdiri dari kursi tunggu sambil menarik ayahnya menuju teller nomor dua, putri kecil manisnya, Linda. “Ayah, besok kalau sudah besar aku pengen nabung yang banyak di bank seperti ayah.”
“Iya, putri kecilku. Kamu harus seperti itu.”

Kebiasaan baik itu harus diajarkan, Karena kebaikan itu datangnya dari yang baik. Bagus Setiawan

Gossip itu diterima dengan baik orang idiot



Berperang melawan, untuk menolak pacaran akan selalu menuai polemik dan serangan pertentangan dari segala penjuru dari kaum yang mendukung aturan ‘ayo pacaran’. Tak ayal isu fitnah akan ditempuh guna memerangi kaum yang ‘menolak pacaran’. Mulai isu homo dan isu lesbian dijadikan fitnah sekaligus mengkambing hitamkan kepada lawan politiknya.
Tuduhan-tuduhan seperti: orang yang tak tertarik dengan lawan jenis atau sejenisnya akan terus menimpa, seakan-akan itu (menolak pacaran) adalah suatu keanehan. Dengan beragam cara, yang mengubah paradoks seakan-akan, yang tidak pacaran dianggap aneh dan mempunyai ketertarikan seksual yang menyimpang.
Alangkah kejinya menebar benih benci dalam bentuk fitnah dan amarah yang didasari dusta demi sebuah legalitas kotor yang mereka namai ayo pacaran. Ini sebagai alat untuk mereka melegalkan yang sebenarnya dilarang. Menjadikan sesuatu yang dilarang dengan berlandas cinta sesaat, nafsu.
Gossip itu dibawakan orang iri, disebarkan orang bodoh, dan diterima dengan baik orang idiot.
Bersiaplah melawan keburukan hati dengan hati yang sabar, karena sebaik balasan bagi orang yang tulus menempuh jalan Tuhan itu di sisiNya.

Sama-Sama Enak Dek



bermalas-malasan di malam minggu bagi kaum jomblo sudah menjadi rutinitas bahkan agenda wajib mereka. namun, ada yang lebih mengenakkan, yaitu berdisiplin diri dalam melakukan setiap hal. karena disiplin itu enak.

disiplin bisa dalam bentuk apa saja dan kapan saja. disiplin nggak harus dimulai dari hal yang berat-berat. kalau kamu memang belum terbiasa melakukan disiplin diri dan berusaha untuk berdisiplin diri dari hal kecil. coba saja dimulai dengan hal sederhana yang seharusnya bisa kamu lakukan, hanya saja hal itu tertunda karena rasa malas yang lebih besar daripada rasa rajinnya. pasti kamu akan merasaan hal kecil itu dan mencoba melakukannya lagi dan lagi pada tingkat yang lebih besar dan sering.

disiplin mematikan peralatan listrik tak terpakai misalnya. hal ini sering kita lakukan. menyalakan televisi tak terpakai hanya sebagai peramai suasana, menyalakan kipas angin hanya karena kangen merindukan suara gemerisik kipas angin masa lalu bersama mantan.

disiplin belajar. belajar nggak harus membuka buku pelajaran yang susah waktu pelajaran sekolah. belajar dari kehidupan sehari-hari. belajar dari apa yang kita lihat dan rasa juga termasuk belajar terhadap alam serta lingkunan sekitar. termasuk berdisiplin dalam mandi dua kali sehari. karena mandi bukan hanya buat kita. tapi, juga buat orang di sekitar kita. nggak mau kan dijauhi karena bau badan kamu yang menyengat.

disiplin berhenti bermain internet/ seperlunya. bermain itu boleh. berselancar di dunia internet itu perlu, asal tahu waktu dan porsi saja. gunakan seperlunya dan sebutuhnya. tinggalkan yang nggak perlu dan tak terpakai.

disiplin tidur/ bangun pagi. jangan terlalu tidur larut malam. begitu juga jangan terlalu bangun kesiangan. dengan catatan, kalau kamu mau tidur larut malam kamu juga harus bisa bangun pagi. atau setidaknya, mengganti porsi waktu yang kamu pakai dengan estimasi waktu yang sama juga.

disiplin menjadi teratur. kalau teratur kan enak.