2.13.2014

"Yah Payah"



"Kita tuh, sejak pertama kali kenal, jadian, putus, sampe ngapa-ngapain berdua, itu belum pernah sekali pun ketemu."


Kenal lewat sms, kadang juga lewatnya nggak pake permisi, pede kalimat sampe jadian lewat sms, berantem dan putus juga lewat sms, cipokan juga pake emoticon cipok doang, dan sekarang aku udah ngenal kamu hampir dua tahun, dan kita belom pernah ketemu, sekali pun nggak pernah. Kamu selalu menolak saat diajak ketemuan, mau kamu apa sih?” Sri menggerutu Nino lewat chat whatsapp, kali ini udah nggak lewat sms.

Kejadian seperti di atas ada-ada saja. Dunia udah modern, semua udah bisa terjadi. Yang dulu kita nggak kepikiran kejadian seperti itu sekarang udah bisa terjadi. Nggak kepikiran kalo si Graham Bell bisa nemuin telepon, dari pasar loak maybe, mungkin dulu dia LDR sama pacarnya. Jadi, ini solusi yang terbaik buat remaja sekarang yang menjalani hubungan jarak jauh.

Nyulik anak orang juga bisa dilakukan lewat facebook, zaman sekarang. Nyinyir orang nggak harus kumpul sama temen arisan, kumpul bareng di salah satu sudut ruangan, ngocok undian, ngeGossip deh. Sekarang nggak harus begitu, lewat twitter. Nyinyir bisa dilakuakan kapan saja dan di mana aja. Pake hastag #nomention. Astaghfirullah. Maksiat ternyata juga bisa dilakukan di dunianya si maya.

Kita bisa mengenal orang baru tanpa harus bertemu. Banyak pilihan social media. Sikap-sikap seperti, saling merhormati yang kita pelajari di pelajaran PPKN dulu, kini menjadi sebuah sejarah. Sulit ditemukan dalam pergaulan remaja sekarang. Kita hanya bisa menemui kata ‘saling meghormati’ dalam tulisan ini dan juga dalam buku pelajaran PPKN. Kita lebih asik dengan orang yang nggak bisa kita lihat wajahnya di depan kita. Kita lebih asik dengan orang yang wajahnya ada di avatar whatsapp daripada di depan kita sendiri. Kita lebih enjoy dengan melihat wajah sendiri di depan cermin toilet mall, foto-foto. Bahkan ada saja yang meski pun dia ada di depan kita, masih sepat-sempatnya, “Gw kirim chat di whatsapp dibaca ya…” kan ini ngeselin banget. Apa susahnya sih menyampaikan langsung, bentar doang juga. Nggak ada waktu? Tapi, buat ngetik di whatsapp ada. Payah.

Alangkah baiknya, kemajuan technologi dibarengi kemajuan budaya sopan santun, etika, tutur kata, tindak tanduk. Bukan kemajuan zaman dibarengi kemunduran budaya luhur bangsa kita, saling menghormati dan tolong menolong.

Kamu nggak mati kok sesaat buat senyum ke orang sekitar. Nggak mati kok sesaat buat meminta tolong dengan cara yang baik. Tentu kita akan mematikan budaya sendiri dengan nggak memperdulikan budaya sosial kita sesaat.

Semua yang diciptakanNya ada takarannya, termasuk mencintaimu. Bagus Setiawan

Lelah



Lelah itu, ketika kamu hanya bisa memandangi wajah orang yang kamu sayang, minimal lagi kamu suka, hanya lewat foto di avatar whatsappnya. Setiap dia ganti avatar secepat mungkin kamu bisa nge-save avatar itu, jangan sampe ketinggalan update-an avatar terbarunya. Memang hanya lewat itulah kamu bisa memandangi wajahnya. Itulah kenyataan pahitnya. "Gula mana gula?". Lelah.

Lelah itu, ketika dia nggak pernah ngebales chat whatsappmu. Sekalinya ngebales jawabannya dikit. "Sdh, Y, Blm, Tdk." Kamunya pake emo :), dianya ngebales pake :(. Sedih.

Lelah itu, setiap kali kamu nyekroll chat-anmu dengan si dia, dianya lama pake banget ngebalesnya. Isi chatnya juga nggak banyak-banyak amat. Tiap hari kamu kerjaanmu hanya nyekroll chat itu, dan itu yang bikin melelahkan.

(Nino) Pagi, Sri :)
(Sri)     Y
(Nino) Udah pagi, makan dulu gih.. :)
(Sri)     Sdh
(Nino) Gimana, udah beli obat mencret belom, katanya semalem otaknya sakit? :)
(Sri)     Blm
(Nino) Oh, yaudah. Di sana cerah nggak? :)
(Sri)     Tdk.
(Nino) Selamat beraktivitas aja deh kalo gitu. :)
(Sri)     (Nggak dibales)


Niatnya ngasih kode di update-an status whatsapp, status dia: Big Thanks to BS. Pake inisial pula, kan bikin kita kepo. BS itu siapa? Jangan-jangan itu nama babenya, jangan-jangan lagi itu nama adeknya, iya, adek-adekannya. Lelah.

Lelah itu, ketika kamu hendak mengutarakan perasaanmu ke dia, eh tiba-tiba mulut rasa-rasa ada yang menahan buat ngomong. "Untuk sebuah bunga yang mekar di pagi hari, kamu terlalu indah menyendiri di taman. Bolehkan Aku membawamu pulang ke rumah kita?", "Terus (dalam hati: terus gw harus bilang wkwkwk: baca wekawekaweka)?", "Jadilah kekasihku."

Sebelum itu,
"Kamu nanti sore ada acara nggak?" << pertanyaan lumayan kece.
"Ntar Aku jemput kamu ke rumah ya?!" << pertanyaan sedikit maksa.
"Kalo Aku ngajak kamu jalan ntar ada yang marah nggak?" << pertanyaan standar.
"Ntar kalo udah abis makan, bayarnya sendiri-sendiri aja ya?!" << pertanyaan yang berujung harapan, lumayan extreme sih, hehe.

Lelah itu, ketika semua pertanyaanmu dijawab dengan kata, "Nggak, Nggak mau, Ada, Tidaaak..."

Lelah itu, nggak ngapa-ngapain dan hanya berpangku tangan, berpasrah pada keadaan. Sedikit perjuanganmu lebih berarti, daripada segudang keberpangkuaan tanganmu.

Lelah itu, saat kita terlalu banyak berburuk sangka. Sebenarnya dia nggak pernah berniat menyakiti hatimu. Mungkin di balik semua itu dia sedang sibuk, dia sedang sakit, ada banyak kerjaan yang harus dia lakukan. Positif thinking be better.

story by: Nino, jomblo enam tahun. Plis jangan sakiti hatinya. Jangan sakiti semangatnya.

Kasih



Andai menghapus kenangan mantan bisa dilakukan dengan tipek.
Andai menghapus kasus-kasus di DPR bisa dilakukan hanya dengan membeli rokok jarum penthol tahun 76.
Andai harga rokok satu batang 750 perak.
Andai Siti Hawa ditakdirkan mandul dan harus melakukan bayi tabung.
Andai babeku Presiden Zimbabwe.
Andai nembak cewek bisa semudah beli ciki di warung Mpok Lela.

Andai saja waktu itu, Aku tak berjumpa denganmu, mungkin semua nggak akan seperti ini (kuwi lagu nda). Nino sedang dekat sama Sri, adik kelasnya. Jaraknya 5 meter, cukup dekat kan? Sri merupakan cewek idaman Nino. Berspesifikasi: Pendek, XXL, sawo matang banget, sesuatu banget deh bagi, Nino. Apa pun bisa terjadi. Cinta men, cinta buta siapa yang sangka. Nggak memandang warna, merek, dan harga, baterai dijual terpisah. Ingat, senin harga naik. Buruan borong.

Nino memandangi langit-langit rumahnya, atap-atap yang bolong memudahkan sinar matahari menyelinap begitu mudahnya. Sayang, hal itu nggak dibarengi kemudahan kisah-kasih di malam minggunya. Sri menolak ajakan Nino. "Aku ra iso mas, aku wes ono janji meh malem minggu ning sawah, ngarit suket. Iki urgen e mas, dikongkon bapak. (translate by OOPLE: Sri nggak bisa mas, Sri udah ada janji sama mas Bagiyo malem minggu besok. Katanya Sri mau diajak jalan Mas Bagiyo ke Indomelet mau dibeliin ciki yang harganya 500 perak. Maaf ya Mas Nino."

Seketika, gelas kaca di rumah Nino pecah karena disenggol kucing yang mengejar tikus, dan tikus itu bernama Jerry (eh, yang jadi tikus itu Tom atau Jerry sih?). Nino pun nggak bisa minum kopi malam ini karena gelasnya pecah. Semangat Nino drop. Nino sempat berpikiran untuk mengakhiri hidupnya dengan makan ciki satu kardus dengan beringasnya yang dibelinya di warung Mpok Lela, jaraknya hanya 5 meter dari rumah, nggak perlu kirim surat atau sms.

Nino akhirnya memutuskan untuk nonton bola di rumah, liga Indonesia. (endinge nggak cetho, HUUU wagu)

Perjuangan sekecil apa pun, dalam bentuk apa pun itu akan sangat berharga nilainya bagi semangat diri kita sendiri, walau keberhasilan belum juga datang.

Kebahagiaan itu datangnya dari diri sendiri, bukan dari rumah megah, mobil dan kimcil yang melimpah.

Bagi Nino, Kasih sayang itu setiap hari. Bukan dari kekasih tapi, dari orang di sekitar kita, orang di dekat kita. Melihat orang sekitar bahagia pun sudah cukup.

2.11.2014

Cucu Kita Tak Kenal Lautan

"Menyeberang pulau pun akan Ku lalui dek."

foto : Fuad Bachtiar lokasi : Boyong Kalegan Resto, Sleman.

Gagal Terkirim



DRAFT tulisan selalu dengan sengaja membuka kepingan-kepingan akan masa lalu, bahwa kita pernah menulis, kalau kita pernah menggores masa kini untuk esok, masa lalu untuk dikenang saat ini. Bagus Setiawan.

 foto : Fuad Bachtiar