Stigma dan Paradigma selalu
berjalan beriringan. Hati dan Rasa Malu juga harus demikian. Stigma adalah
pandangan masyarakat tentang sesuatu hal. Paradigma adalah kerangka, cara
berfikir seseorang terhadap sesuatu hal.
Di suatu daerah, sebut saja
daerah Mawar, ketika hubungan antara dua insan manusia berbeda kelamin memadu
hidup yang belum sah, dalam jalinan pacaran, hal itu dianggap wajar dan sah-sah
saja. Pada beberapa daerah yang lain, mungkin hal itu nampak ganjil. Inilah
stigma masyarakat, pandangan dalam menyikapi suatu budaya. Stigma budaya baru
itu disikapi dan di"iya"kan dengan pandangan manusianya, paradigma, bahwa budaya baru itu wajar dan sah saja
dijalani. Tapi, apakah budaya baru itu
wajar dan sah-sah saja?
Kasus yang baru-baru ini
menyeruak ke permukaan yang diangkat beberapa media, asmara berujung bencana. Sampai sini kewajaran sudah tak nampak. Wajarnya
di mana kalau begitu dong? Bahkan
belum sampai pada tahapan itu pun, kewajaran sudah ditampakkan oleh para pelaku
asmara. Missal: Cinta bertepuk
sebelah tangan berlanjut kebencian, Cinta yang diperebutkan, Termasuk di
dalamnya, memadu, menyukai pacar teman sendiri. Jangan sampai deh suka sama mantan pacar temen. Kok kesannya nggak etis.
Gini aja deh, orang yang
selama ini kamu anggap temen, cuma dianggep temen lho ya, kemana-mana bareng. Dan posisi kamu tahu, temen bayanganmu
itu punya pacar. Sebulan kemudian temen kamu itu putus dan entah sejak kapan
kamu ada rasa dengan mantan temen kamu itu bisa jadian sama kamu, padahal
mukelu nggak ganteng-ganteng/ cantik-cantik amat dari temen kamu tadi, beda
cerita kalo bokap kamu tajir. Apa itu wajar? Kira-kira perasaan temen kamu yang
lagi galau itu bagaimana? Ya, jangan ditanya dong perasaannya gimana, yang
pasti sedih. Belum tentu. Siapa tahu, dia putus gara-gara ngeliat panu super gede
di punggung pacarmu, mantannya temenmu dulu pas lagi enggak tahu apa yang
mereka lakukan berduaan di dalam kamar, whatever,
dan ngebuat ilfill. Kemudian putus,
kan nggak sedih-sedih banget.
Entah, tahu atau tidaknya
kamu, alasan apa yang membuat mereka putus. Missal saja kamu tahu alasan mereka
putus. Logikanya gini aja. Dia putus
gara-gara ilfill ngelihat peta pulau jawa di punggung si cewek, nggak mungkin
kan dia lagi makan, atau entahlah nyuci piring bareng dalam kamar (aku mencoba positif thinking aja), artinya kamu tahu dong dia lagi ngapain. Terus
dengan alasan, “Kan dia lagi sedih,
butuh tempat curhat..” hingga akhirnya kamu jadian sama dia. Apalagi yang bisa
kamu harapin dari dia? Jatah? Fucking
shit men. Astaghfirullah aku misuh. :( Ampuni aku Tuhan.
Baiklah, balik ke
pembicaraan.
Sebentar,
maksud kamu, yang tadi bukan topiknya?
Cerewet, udah pembaca
tugasnya baca.
Baiklah.
Sebentar, asmara remaja,
apakah ini sebuah budaya kita saat ini? dulu? telah mengalami perubahan. Entah
siapa yang membawa budaya itu?Kamu pasti sudah tahu jawaban dan punya banyak alasan
yang akan kamu gunakan sebagai alibimu.
Kenapa bisa sampai
segitunya? asmara berujung bencana.
Coba kita uraikan
menggunakan salah satu alur acak: kenalan, ngajak jalan, jadian, minta jatah,
nggak dikasih, putus, minta balikan, ditolak, dendam, bunuh mantan. Harap tidak
ada pertanyaan pada paragraf ini. Ini hanya salah satu alur acak.
Di mana letak salahnya?
nggak ada yang salah. yang salah ya, saat stigma dan paradigma menganggap
pacaran sebagai kewajaran. Tinggal bagaimana jawaban hati dan rasa malu aja yang
bersikap. Pantaskah budaya itu? Pantaskah membunuh mantan? Ya nggak pantas dan
jelas nggak boleh, bahkan bukan dari tahap itu saja nggak bolehnya. ya sejak
awal jadian itu nggak bolehnya.
Lalu, di mana letak pengawasan
orangtua seharusnya? Orangtua nggak perlu ngawasi. Nggak perlu. Cukup diajari
bagaimana memandang sesuatu yang baik atau tidaknya suatu budaya dengan hati. Rasa
malu itu salah satu tanda buat orang yang beriman.
Budaya itu timbul akibat
suatu kelompok mulai membenarkan dan membiasakan diri dengan hal baru, seolah
tidak sedang terjadi apa-apa.
Terus, harus gimana dong?
yang nggak usah diterusin, kok malah diterusin sih. Udah pada gedhe, udah pada bisa mikir, udah pada tahu fungsi
kelamin masing masing, masak harus dijelasin mana yang baik mana yang buruk.
Sikapilah suatu budaya
dengan hati dan hati-hati. BS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar