Assalamu’alaikum.
Selamat Pagi!
Kenalin,
nama panggilan saya Iwan. Nama lengkap saya Bagus Setiawan.
Kelas
di hari kedua ini bisa dibilang memuaskan. Entah kenapa, feel so enjoy aja gitu. Pertama, perjalanan dari Cinere, Depok,
saya harus bangun pukul 5 am, mandi bentar, dianterin saudara yang saya singgahi
buat sementara ini kemudian dianterin sampai stasiun Depok Baru, nyampai
stasiun sekitar pukul 5.45 am lah.
Dilanjutkan dengan antre tiket krl 5 menit. Masuk stasiun, berdiri buat nunggu
kereta, masih agak panik, ini bener nggak
ya jalurnya, maklum anak Depok kemarin sore. Udah dalam posisi nunggu
kereta dari Bogor, ya 10 menitan udah ada kereta yang datang. Karena ini kereta
sudah terisi dari arah Bogor, rela nggak rela saya harus berdiri. Awalnya sih
nggak begitu padat penumpang, namun makin ke sini, berdiri buat nyari tempat
menyandarkan kaki aja susah. Nggak apa, semua perlu proses!
Di
dalam kereta saya mengamati banyak hal yang baru saya temui. Sekaget-kagetnya
saya melihat dengan mata kepala sendiri, yaeyalah masa kepala orang lain, ini
kereta padet banget. Apa yang saya banyangkan dari pemberitaan di media tv,
kali ini bisa saya rasakan langsung di sini. Mau coba? Ini memprihatinkan sih
kalau saya bilang.
Lanjutnya,
kereta merupakan sarana transportasi harian yang saya gunakan, cause selama di Jogja, selain jalanannya
nggak begitu luas, rutenya pun sudah saya kuasai, naik motor saja cukup
dengan10 sampai 15 menit. “Tapi, di sini beda. Plis, jangan samakan aku!” kata
kota Depok.
Turun
dari Stasiun Gondangdia tujuan pertama saya adalah nyari makan di bawah stasiun
depan MNC Tower. Makanan di sini cukup beragam, ada warung Tegal, nasi Padang,
mie ayam dan jenis masakan lain. Tinggal pilih lantas bayar, so
simple that is Jakarta.
Masuk
area MNC Tower, beberapa teman angkatan BDP sudah ada yang datang dan beberapa
di antara mereka ada yang sambil makan di taman, merokok, apapun itu. Saya menyapa
beberapa di antara mereka yang baru saya kenal dan teman dari satu kampus MMTC
yang bareng di BDP ini. Hari ini saya juga harus menyelesaikan formulir MNC
bank yang harus diisi terlebih dahulu, selagi cek ulang. Sepertinya semua sudah
lengkap, tinggal fotocopy kartu tanda penduduk di lantai 23.
Pukul
8 am, waktunya absensi dan minum teh pagi. Teman-teman yang lebih dulu absensi
sudah berada di dalam kelas dengan memilih kursi sesuai hati. Selagi nunggu
teman yang lain. Semoga menyenangkan.
Kelas
di mulai. Saya duduk di baris paling kanan. Menolehkan pandangan ke tengah dan
kiri barisan sesekali mengawasi perempuan cantik yang dari kemarin memikat
hati. Nama sama nomor ponsel sudah di tangan, tinggal nyali buat kenalan saja
yang perlu dipersiapkan. Dari siapa dan dari mana saya tahu nama dan nomor
ponselnya bukan persoalan, jelasnya saya bisa tahu point awal ini. baiklah, tujuan
saya di sini adalah mengikuti kelas, mendapatkan pasangan merupakan bonus.
Ingat itu Wan! Dan dia ada di sana,
dengan kerudung hijau, “Manis kan dia?” begitu bisik hatiku.
Mas
Adhil Umarat membuka kelas setelah dipersilahkan oleh moderator, dengan mengangkat
pokok bahasan TV Audience Measurement. Pertama melihat Mas Adhil, yang keluar
dari hati kecil saya, “Ini siapa yang ngadain sunatan, pake ngundang pak
ustad?!” ya bagaimana nggak kepikiran begitu. Mas Adhil ini masuk kelas pakai
peci, itupun kalau pecinya warna hitam atau cokelat, nah ini model apaan, baru
pertama lihat deh kayaknya. IYKWIM.
Peci dengan model rambut jabrik terngiang di kepala saya selama kelas
berlangsung.
Secara
materi yang dibawakan Mas Adhil sebenarnya bagus, mengenai bagaimana mensurvei
masyarakat akan tayangan yang mereka tonton. Berkaitan dengan sharing dan
rating. Hal ini pula yang Mas Adhil tuturkan kenapa dia memakai semacam sekam sangkar
burung terbalik di kepalanya, pikiran yang aneh di kepala saya seketika itu sedikit
memudar. “Oh, jadi begini maksud Mas Adhil.” Baiklah, lanjutkan mas.
Pengisi
kelas selanjutnya, Mas Sambodo mengenai Belanja Iklan di negara kita, INDONESIA
RAYA. Pertanyaan pertama yang diajukan Mas Sambodo dalam kelas adalah, “Berapa
jumlah pengiklan yang dikeluarkan untuk membayar media di Indonesia selama
tahun 2014??” dalam hati kecil saya udah nebak, paling 2 (dua) sampai 4 (empat)
trilyun rupiah. Mas Sambodo melanjutkan slide,
dan ternyata muncul angka 146 trilyun rupiah. Fantastis bgt nggak tuh?! Iya,
bgt. Kaget. Media memang bisnis yang menjanjikan, begitu lanjut kalimatnya.
Menarik bukan dunia media itu.
Sebelum
kelas berikutnya dilanjut, teman-teman BDP diberi kesempatan buat istirahat,
sholat, dan makan. Syukurlah. Biasanya anak-anak pada ramai buat nyamperin meja
tempat camilan dan nasi kotak ditaruh berjajar, sedangkang saya…..SAMA. Tapi,
saya sholat dulu. Kebetulan di lantai 23 MNC Tower ada mushola, ya walau kecil,
sekitar enam orang sekali jamaah. Setidaknya ini sangat membantu kami para
pencari surga, amin.
Kalau
jodoh nggak ke mana, waktu saya lagi wudhu, di sana ketemu perempuan yang
subhanallah manis, berkerudung hijau, kamu tahukan siapa dia? Ya, dia yang tadi
pagi saya pandangi saat awal masuk kelas. Astaghfirullah, saya zina mata.
Berlalu per sekian detik setelah saya selesai wudhu, melewati dia yang sedang
antre tepat di belakang, diam tanpa kata milik d’Masiv tiba-tiba ada dan
semakin mengeras di telinga. sholat berjalan sewajarnya empat rokaat, dan saya
nggak mendapati dia di belakang shof.
IYKWIM.
Anggap
saja pada kalimat yang sedang kamu baca ini diisi dengan makan nasi kotak dan
camilan.
Pengisi
kelas berikutnya, ini yang paling menarik. Pukul 1 pm, kelas belum sepenuhnya
lengkap. Padahal perjanjian kelas pukul 1 pm harus sudah kembali pada tempat
duduk masing-masing. Well mas Fabian,
saya melihatnya sedikit marah dan dia nggak mau memulai kelas sebelum kursi
terisi semua. Ekspektasi saya, kelas pembuka yang diawali dengan badmood pasti selanjutnya kelas akan
membosankan, ternyata apa? Semua itu benar terjadi, tapi bohong! Kelas menjadi layaknya panggung standup comedy bagi team Creative
yang digawangi Bang Boim, Bang Fabian, Bang Abror, Bang Denis dan Bang Hardian
dengan topik yang diangkat Creative Thinking, sangat memuaskan dan menghibur. Sampai
saya pun lupa kalau ini dalam kelas. Hanya saja, satu yang nempel, kreatif
harus diterapkan atau dituangkan dan disegerakan untuk dikerjakan. Great performen!!
Pertunjukan
terakhir diisi sama mas John Fair Kaune dengan Culture TV Production. Beberapa
materi yang disampaikan sudah saya dan teman-teman lain pelajari di bangku
kuliah, sehingga tinggal menambahkan pemahaman saja. Secara keseluruhan
rangkaian hari ini, selasa 06 Januari 2015 berjalan sengat menyenangkan. Kami
sudah nggak sabar untuk hari berikut.
Kelaspun
ditutup dengan memanjatkan doa oleh ketua BDP angkatan 2015. Teduh hatiku! Serius!
IYKWIM.
Wassalamu’alaikum.
Terimakasih.
Cinere,
Depok.
Dengan mata terkantuk, hati tertusuk
rindu belum sampai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar