Assalamu’alaikum
Selamat
Pagi. Salam hangat terdahsyat buat keluarga Indonesia.
Rabu,
saya bangun kepagian. 4.45 am.
Dari
ruang tamu kontrakan kecil di daerah Cinere, Depok, saya bangun dari tidur.
Alarm pada ponsel yang terpasang pukul 4.55 am begitu percuma karena saya
terbangun lebih awal. Bergegas saya membuka pintu depan kontrakan mengambil handuk yang
tergantung di tali, terikat antara beton tembok bangunan dengan pohon waru.
Menuju kamar mandi dengan mata terkantuk, perut keroncongan. 15 menit
setelahnya saya keluar dari kamar mandi, mengeringkan badan sejenak di luar
kontrakan, menjemur kembali handuk setengah basah dan memakai baju. On the way stasiun Depok Baru dianter
sama saudara. 30 menit kemudian sampai.
Saudara
yang saya singgahi semenjak hari yang sama pada minggu lalu ini juga bekerja di
salah satu stasiun tv bisnis di Jakarta. Dia memilih ngontrak di Depok yang lumayan jauh ini dengan pertimbangan harga.
Saya singgah di kontrakan saudara ini selama saya pulang pergi ke MNC Tower,
karena setelah on the job tryning
nanti, saya akan memilih kos yang dekat kantor daripada berkutat dengan capek.
Kali
ini saya sampai di MNC Tower pukul 6.30 am, belum begitu banyak aktivitas di
sini pada pagi itu. Berbeda dengan kepadatan di atas krl tujuan Jakarta Kota
dari arah Bogor dan Depok yang saya tumpangi, sudah penuh dengan pekerja
kantoran pendatang dengan beragam profesi. Kebanyakan dari mereka banyak yang
sibuk dengan ponsel pintarnya selama perjalanan, memang hanya itu yang bisa
dilakukan. Sesekali saja saya pernah melihat orang dengan buku di tangan,
sayangnya itu jarang.
Di
taman MNC Tower saya bertemu dengan Atya, salah seorang teman di BDP MNC.
Selama ini dia tinggal di rumah budenya daerah Pal Merah. Kami berbincang
sejenak mengenai tugas harian semalam. Selang kemudian, beberapa teman ikut
hadir, obrolan pagi hari di taman semakin menarik. Hingga pukul 7.45 am kami
pindah lokasi ke lantai 23. Ruangan masih gelap dan terkunci, kami menunggu
beberapa saat hingga karyawan datang untuk membukakan pintu.
Kelas
dimulai. Posisi duduk kami berubah dari hari sebelumnya. Selagi menunggu mentor
kelas datang, moderator mengisi kelas dengan materi penyemangat, materi tentang
bagaimana nelayan Jepang menagkap ikan salmon di tengah laut selama
berbulan-bulan. Setelah sampai di darat, ikan hasil tangkapan nelayan banyak
yang diprotes pembeli karena ikan sudah tidak segar. Ikan salmon sering
digunakan oleh orang Jepang sebagai makanan yang paling terkenal di sana, sushi.
Saya belum pernah makan sushi, dan berpikir bahwa ikan matang masih lebih enak
dari ikan mentah.
Nelayan
Jepang menggunakan beberapa metode agar ikan hasil tangkapan di tengah laut
berbulan-bulan tidak membusuk. Mulai dari memasukkan ke dalam pendingin, menampung
dalam akuarium raksasa di atas kapal, ke semua usaha itu masih saja
menghasilkan ikan salmon yang tidak segar. Hingga akhirnya mereka menemukan
sebuah problem solving dengan
menampung ikan hasil tangkapan dalam akuarium besar yang diisi ikan pemangsa hiu
ukuran serupa dengan ikan salmon, sehingga ikan salmon terus bergerak dan
terhindar dari stres. Jenius!
Kelas
pertama dimulai, Mas Agung dan Mas Triono, Program Director dari RCTI sudah
berada di ruang kelas. Ini hal keren menurut saya. Bisa berada dalam jarak
dekat dengan orang hebat seperti mereka. Mas Agung, program director X-Factor
RCTI berbagi banyak kisah selama karirnya di dunia penyiaran. Di tengah Mas
Agung membawakan materi saya menuliskan beberapa pertanyaan pada secarik kertas
kecil. “Nanti yang mau nanya bisa langsung menyela ya, nggak usah nunggu sesi.”
Begitulah. Beberapa saat setelahnya ada peserta kelas yang bertanya, banyak
sekali, ada sekitar 15an penanya. Semua daftar pertanyaan yang sudah saya tulis,
sudah terjawab di antara pertanyaan teman-teman saya. Kecewa nggak bisa nanya
di delas.
Begitu
juga Mas Triono, bercerita banyak hal tentang dunia penyiaran baik menyangkut
hal teknis dan non teknis. Beberapa pertanyaan yang muncul seperti, bagaimana pemakaian
switcherman dalam membantu tugas seorang program director, seberapa pentingkah.
Serta beberapa pertanyaan yang sebenarnnya saya sudah tahu jawabannya. Kelas
Program Director selesai, saya belum juga bertanya.
Ketika
Mas Agung dan Mas Triono pergi meninggalkan ruang, saya mengikuti mereka di
lorong dan memanggil nama mereka, “Mas Agung, Mas Triono!” mereka menoleh, saya
mengulurkan tangan tanda salam dan mereka membalasnya. perbincangan singkat di
lorong lantai 23 MNC Tower terasa begitu intim.
“Kamu
ojt di mana?”
“RCTI.”
“Berarti
nanti ketemu?” tanya Mas Agung.
“Iyahhh.”
Perbincangan selesai, “Makasih ya Mas..” Puas.
Kelas
berikutnya. Show Director dipandu oleh Faisal Razak. Pembelajaran pada sesi ini
cukup menambah ilmu saya. Bagaimana divisi show director itu berbeda dengan
bagian dari divisi produksi floor director, saya malah baru tahu, tuh kan
nambah ilmu. Bagaimnana sesuatu itu harus dikoordinasikan dengan banyak divisi.
Show director lebih banyak memegang activity schedule dan front of house. Pada
sesi ini saya memang masih banyak belajar. Hehe, tuh kan ringkasannya dikit.
Kelas
selanjutnya ada mas Ricky Ricardo Bya dari Star Media Nusantara (SMN) yang
merupakan pendukung unit MNC Group dalam hal mengelola tallent. Jadi semacam
manajemen artis di bawah perusahaan MNC, besar sekali ya perusaan ini, keren.
Walau berada di bawah naungan MNC namun, SMN berdiri sendiri lho alias mandiri
dalam pengelolaan manajemen artis, begitu yang dituturkan mas Ricky. Saat ini
SMN sudah memegang sekitar 200 artis dengan 50% active. Salah satu yang disebut; Ayu Ting Ting, Boy William, Citra
Scholastika, Dede Dahsyat dan masih banyak. Melihat dan mendengar penuturan mas
Ricky kok saya jadi tertarik gabung
dengan SMN ya.
Kelas
terakhir sebelum pulang ke Depok, ada mas Nanang E. Gani dari Promotions. Mas
Nanang ini orangnya kalem, cool, cara
bicaranya santai. Waktu 2 jam yang disediakan dalam kelas terasa lama. Sebagian
dari peserta kelas banyak yang asik dengan ponselnya sendiri, ada juga yang
ngobrol pelan dengan teman bangku sebelahnya, ya itu saya.
Bidang
yang Mas Nanang sampaikan terasa asing di telinga, ditambah pembawaan materi
yang membosankan membuat kelas begitu lama. Materi yang dibawakan sebenarnya
menarik, tapi pembawaannya membosankan, mungkin pengaruh kelas terakhir sih.
Pukul
6 pm begitu lama dan ketika jarum panjang serta pendek menunjuk angka yang
sama, saya merasa surga begitu dekat. Namun, sebelum surga itu benar-benar
tiba, Tuhan seperti telah merencanakan sesi sebelumnya yaitu penghitungan amal.
Amal itu lantas ditukar dengan tugas pada hari berikut yang harus dikumpul esok
hari. Belum lagi tugas harian yang harus saya tulis, saya memang harus menulis
tulisan yang sedang kamu baca ini, bukan memikirkannya saja. Saya menganggap
ini bukan sebuah beban, saya pun mengakui, menulis dapat membantu mengurangi
rasa gelisah. Jadi, ini merupakan hal yang menyenangkan.
Terimakasih.
Sampai di sini dulu, lanjut tugas esok hari.
Salam
hangat untuk keluarga terdahsyat Indonesia.
Wassalamu’alaikum.
Cinere,
Depok 2015 Januari~