1.08.2015

IYNWIM 2 BDP MNC Media

Assalamu’alaikum
Selamat Pagi. Salam hangat terdahsyat buat keluarga Indonesia.

Rabu, saya bangun kepagian. 4.45 am.
Dari ruang tamu kontrakan kecil di daerah Cinere, Depok, saya bangun dari tidur. Alarm pada ponsel yang terpasang pukul 4.55 am begitu percuma karena saya terbangun lebih awal. Bergegas saya membuka pintu  depan kontrakan mengambil handuk yang tergantung di tali, terikat antara beton tembok bangunan dengan pohon waru. Menuju kamar mandi dengan mata terkantuk, perut keroncongan. 15 menit setelahnya saya keluar dari kamar mandi, mengeringkan badan sejenak di luar kontrakan, menjemur kembali handuk setengah basah dan memakai baju. On the way stasiun Depok Baru dianter sama saudara. 30 menit kemudian sampai.
Saudara yang saya singgahi semenjak hari yang sama pada minggu lalu ini juga bekerja di salah satu stasiun tv bisnis di Jakarta. Dia memilih ngontrak di Depok yang lumayan jauh ini dengan pertimbangan harga. Saya singgah di kontrakan saudara ini selama saya pulang pergi ke MNC Tower, karena setelah on the job tryning nanti, saya akan memilih kos yang dekat kantor daripada berkutat dengan capek.
Kali ini saya sampai di MNC Tower pukul 6.30 am, belum begitu banyak aktivitas di sini pada pagi itu. Berbeda dengan kepadatan di atas krl tujuan Jakarta Kota dari arah Bogor dan Depok yang saya tumpangi, sudah penuh dengan pekerja kantoran pendatang dengan beragam profesi. Kebanyakan dari mereka banyak yang sibuk dengan ponsel pintarnya selama perjalanan, memang hanya itu yang bisa dilakukan. Sesekali saja saya pernah melihat orang dengan buku di tangan, sayangnya itu jarang.
Di taman MNC Tower saya bertemu dengan Atya, salah seorang teman di BDP MNC. Selama ini dia tinggal di rumah budenya daerah Pal Merah. Kami berbincang sejenak mengenai tugas harian semalam. Selang kemudian, beberapa teman ikut hadir, obrolan pagi hari di taman semakin menarik. Hingga pukul 7.45 am kami pindah lokasi ke lantai 23. Ruangan masih gelap dan terkunci, kami menunggu beberapa saat hingga karyawan datang untuk membukakan pintu.
Kelas dimulai. Posisi duduk kami berubah dari hari sebelumnya. Selagi menunggu mentor kelas datang, moderator mengisi kelas dengan materi penyemangat, materi tentang bagaimana nelayan Jepang menagkap ikan salmon di tengah laut selama berbulan-bulan. Setelah sampai di darat, ikan hasil tangkapan nelayan banyak yang diprotes pembeli karena ikan sudah tidak segar. Ikan salmon sering digunakan oleh orang Jepang sebagai makanan yang paling terkenal di sana, sushi. Saya belum pernah makan sushi, dan berpikir bahwa ikan matang masih lebih enak dari ikan mentah.
Nelayan Jepang menggunakan beberapa metode agar ikan hasil tangkapan di tengah laut berbulan-bulan tidak membusuk. Mulai dari memasukkan ke dalam pendingin, menampung dalam akuarium raksasa di atas kapal, ke semua usaha itu masih saja menghasilkan ikan salmon yang tidak segar. Hingga akhirnya mereka menemukan sebuah problem solving dengan menampung ikan hasil tangkapan dalam akuarium besar yang diisi ikan pemangsa hiu ukuran serupa dengan ikan salmon, sehingga ikan salmon terus bergerak dan terhindar dari stres. Jenius!

Kelas pertama dimulai, Mas Agung dan Mas Triono, Program Director dari RCTI sudah berada di ruang kelas. Ini hal keren menurut saya. Bisa berada dalam jarak dekat dengan orang hebat seperti mereka. Mas Agung, program director X-Factor RCTI berbagi banyak kisah selama karirnya di dunia penyiaran. Di tengah Mas Agung membawakan materi saya menuliskan beberapa pertanyaan pada secarik kertas kecil. “Nanti yang mau nanya bisa langsung menyela ya, nggak usah nunggu sesi.” Begitulah. Beberapa saat setelahnya ada peserta kelas yang bertanya, banyak sekali, ada sekitar 15an penanya. Semua daftar pertanyaan yang sudah saya tulis, sudah terjawab di antara pertanyaan teman-teman saya. Kecewa nggak bisa nanya di delas.
Begitu juga Mas Triono, bercerita banyak hal tentang dunia penyiaran baik menyangkut hal teknis dan non teknis. Beberapa pertanyaan yang muncul seperti, bagaimana pemakaian switcherman dalam membantu tugas seorang program director, seberapa pentingkah. Serta beberapa pertanyaan yang sebenarnnya saya sudah tahu jawabannya. Kelas Program Director selesai, saya belum juga bertanya.
Ketika Mas Agung dan Mas Triono pergi meninggalkan ruang, saya mengikuti mereka di lorong dan memanggil nama mereka, “Mas Agung, Mas Triono!” mereka menoleh, saya mengulurkan tangan tanda salam dan mereka membalasnya. perbincangan singkat di lorong lantai 23 MNC Tower terasa begitu intim.
“Kamu ojt di mana?”
“RCTI.”
“Berarti nanti ketemu?” tanya Mas Agung.
“Iyahhh.” Perbincangan selesai, “Makasih ya Mas..” Puas.

Kelas berikutnya. Show Director dipandu oleh Faisal Razak. Pembelajaran pada sesi ini cukup menambah ilmu saya. Bagaimana divisi show director itu berbeda dengan bagian dari divisi produksi floor director, saya malah baru tahu, tuh kan nambah ilmu. Bagaimnana sesuatu itu harus dikoordinasikan dengan banyak divisi. Show director lebih banyak memegang activity schedule dan front of house. Pada sesi ini saya memang masih banyak belajar. Hehe, tuh kan ringkasannya dikit.

Kelas selanjutnya ada mas Ricky Ricardo Bya dari Star Media Nusantara (SMN) yang merupakan pendukung unit MNC Group dalam hal mengelola tallent. Jadi semacam manajemen artis di bawah perusahaan MNC, besar sekali ya perusaan ini, keren. Walau berada di bawah naungan MNC namun, SMN berdiri sendiri lho alias mandiri dalam pengelolaan manajemen artis, begitu yang dituturkan mas Ricky. Saat ini SMN sudah memegang sekitar 200 artis dengan 50% active. Salah satu yang disebut; Ayu Ting Ting, Boy William, Citra Scholastika, Dede Dahsyat dan masih banyak. Melihat dan mendengar penuturan mas Ricky kok saya jadi tertarik gabung dengan SMN ya.

Kelas terakhir sebelum pulang ke Depok, ada mas Nanang E. Gani dari Promotions. Mas Nanang ini orangnya kalem, cool, cara bicaranya santai. Waktu 2 jam yang disediakan dalam kelas terasa lama. Sebagian dari peserta kelas banyak yang asik dengan ponselnya sendiri, ada juga yang ngobrol pelan dengan teman bangku sebelahnya, ya itu saya.
Bidang yang Mas Nanang sampaikan terasa asing di telinga, ditambah pembawaan materi yang membosankan membuat kelas begitu lama. Materi yang dibawakan sebenarnya menarik, tapi pembawaannya membosankan, mungkin pengaruh kelas terakhir sih.
Pukul 6 pm begitu lama dan ketika jarum panjang serta pendek menunjuk angka yang sama, saya merasa surga begitu dekat. Namun, sebelum surga itu benar-benar tiba, Tuhan seperti telah merencanakan sesi sebelumnya yaitu penghitungan amal. Amal itu lantas ditukar dengan tugas pada hari berikut yang harus dikumpul esok hari. Belum lagi tugas harian yang harus saya tulis, saya memang harus menulis tulisan yang sedang kamu baca ini, bukan memikirkannya saja. Saya menganggap ini bukan sebuah beban, saya pun mengakui, menulis dapat membantu mengurangi rasa gelisah. Jadi, ini merupakan hal yang menyenangkan.

Terimakasih. Sampai di sini dulu, lanjut tugas esok hari.
Salam hangat untuk keluarga terdahsyat Indonesia.
Wassalamu’alaikum.


Cinere, Depok 2015 Januari~

1.07.2015

IYKWIM if you know what I mean

Assalamu’alaikum. Selamat Pagi!
Kenalin, nama panggilan saya Iwan. Nama lengkap saya Bagus Setiawan.

Kelas di hari kedua ini bisa dibilang memuaskan. Entah kenapa, feel so enjoy aja gitu. Pertama, perjalanan dari Cinere, Depok, saya harus bangun pukul 5 am, mandi bentar, dianterin saudara yang saya singgahi buat sementara ini kemudian dianterin sampai stasiun Depok Baru, nyampai stasiun sekitar pukul 5.45 am lah. Dilanjutkan dengan antre tiket krl 5 menit. Masuk stasiun, berdiri buat nunggu kereta, masih agak panik, ini bener nggak ya jalurnya, maklum anak Depok kemarin sore. Udah dalam posisi nunggu kereta dari Bogor, ya 10 menitan udah ada kereta yang datang. Karena ini kereta sudah terisi dari arah Bogor, rela nggak rela saya harus berdiri. Awalnya sih nggak begitu padat penumpang, namun makin ke sini, berdiri buat nyari tempat menyandarkan kaki aja susah. Nggak apa, semua perlu proses!

Di dalam kereta saya mengamati banyak hal yang baru saya temui. Sekaget-kagetnya saya melihat dengan mata kepala sendiri, yaeyalah masa kepala orang lain, ini kereta padet banget. Apa yang saya banyangkan dari pemberitaan di media tv, kali ini bisa saya rasakan langsung di sini. Mau coba? Ini memprihatinkan sih kalau saya bilang.

Lanjutnya, kereta merupakan sarana transportasi harian yang saya gunakan, cause selama di Jogja, selain jalanannya nggak begitu luas, rutenya pun sudah saya kuasai, naik motor saja cukup dengan10 sampai 15 menit. “Tapi, di sini beda. Plis, jangan samakan aku!” kata kota Depok.

Turun dari Stasiun Gondangdia tujuan pertama saya adalah nyari makan di bawah stasiun depan MNC Tower. Makanan di sini cukup beragam, ada warung Tegal, nasi Padang, mie ayam dan jenis masakan lain. Tinggal pilih lantas bayar,  so simple that is Jakarta.

Masuk area MNC Tower, beberapa teman angkatan BDP sudah ada yang datang dan beberapa di antara mereka ada yang sambil makan di taman, merokok, apapun itu. Saya menyapa beberapa di antara mereka yang baru saya kenal dan teman dari satu kampus MMTC yang bareng di BDP ini. Hari ini saya juga harus menyelesaikan formulir MNC bank yang harus diisi terlebih dahulu, selagi cek ulang. Sepertinya semua sudah lengkap, tinggal fotocopy kartu tanda penduduk di lantai 23.

Pukul 8 am, waktunya absensi dan minum teh pagi. Teman-teman yang lebih dulu absensi sudah berada di dalam kelas dengan memilih kursi sesuai hati. Selagi nunggu teman yang lain. Semoga menyenangkan.

Kelas di mulai. Saya duduk di baris paling kanan. Menolehkan pandangan ke tengah dan kiri barisan sesekali mengawasi perempuan cantik yang dari kemarin memikat hati. Nama sama nomor ponsel sudah di tangan, tinggal nyali buat kenalan saja yang perlu dipersiapkan. Dari siapa dan dari mana saya tahu nama dan nomor ponselnya bukan persoalan, jelasnya saya bisa tahu point awal ini. baiklah, tujuan saya di sini adalah mengikuti kelas, mendapatkan pasangan merupakan bonus. Ingat itu Wan! Dan dia ada di sana, dengan kerudung hijau, “Manis kan dia?” begitu bisik hatiku.

Mas Adhil Umarat membuka kelas setelah dipersilahkan oleh moderator, dengan mengangkat pokok bahasan TV Audience Measurement. Pertama melihat Mas Adhil, yang keluar dari hati kecil saya, “Ini siapa yang ngadain sunatan, pake ngundang pak ustad?!” ya bagaimana nggak kepikiran begitu. Mas Adhil ini masuk kelas pakai peci, itupun kalau pecinya warna hitam atau cokelat, nah ini model apaan, baru pertama lihat deh kayaknya. IYKWIM. Peci dengan model rambut jabrik terngiang di kepala saya selama kelas berlangsung.

Secara materi yang dibawakan Mas Adhil sebenarnya bagus, mengenai bagaimana mensurvei masyarakat akan tayangan yang mereka tonton. Berkaitan dengan sharing dan rating. Hal ini pula yang Mas Adhil tuturkan kenapa dia memakai semacam sekam sangkar burung terbalik di kepalanya, pikiran yang aneh di kepala saya seketika itu sedikit memudar. “Oh, jadi begini maksud Mas Adhil.” Baiklah, lanjutkan mas.

Pengisi kelas selanjutnya, Mas Sambodo mengenai Belanja Iklan di negara kita, INDONESIA RAYA. Pertanyaan pertama yang diajukan Mas Sambodo dalam kelas adalah, “Berapa jumlah pengiklan yang dikeluarkan untuk membayar media di Indonesia selama tahun 2014??” dalam hati kecil saya udah nebak, paling 2 (dua) sampai 4 (empat) trilyun rupiah. Mas Sambodo melanjutkan slide, dan ternyata muncul angka 146 trilyun rupiah. Fantastis bgt nggak tuh?! Iya, bgt. Kaget. Media memang bisnis yang menjanjikan, begitu lanjut kalimatnya. Menarik bukan dunia media itu.

Sebelum kelas berikutnya dilanjut, teman-teman BDP diberi kesempatan buat istirahat, sholat, dan makan. Syukurlah. Biasanya anak-anak pada ramai buat nyamperin meja tempat camilan dan nasi kotak ditaruh berjajar, sedangkang saya…..SAMA. Tapi, saya sholat dulu. Kebetulan di lantai 23 MNC Tower ada mushola, ya walau kecil, sekitar enam orang sekali jamaah. Setidaknya ini sangat membantu kami para pencari surga, amin.

Kalau jodoh nggak ke mana, waktu saya lagi wudhu, di sana ketemu perempuan yang subhanallah manis, berkerudung hijau, kamu tahukan siapa dia? Ya, dia yang tadi pagi saya pandangi saat awal masuk kelas. Astaghfirullah, saya zina mata. Berlalu per sekian detik setelah saya selesai wudhu, melewati dia yang sedang antre tepat di belakang, diam tanpa kata milik d’Masiv tiba-tiba ada dan semakin mengeras di telinga. sholat berjalan sewajarnya empat rokaat, dan saya nggak mendapati dia di belakang shof. IYKWIM.

Anggap saja pada kalimat yang sedang kamu baca ini diisi dengan makan nasi kotak dan camilan.
Pengisi kelas berikutnya, ini yang paling menarik. Pukul 1 pm, kelas belum sepenuhnya lengkap. Padahal perjanjian kelas pukul 1 pm harus sudah kembali pada tempat duduk masing-masing. Well mas Fabian, saya melihatnya sedikit marah dan dia nggak mau memulai kelas sebelum kursi terisi semua. Ekspektasi saya, kelas pembuka yang diawali dengan badmood pasti selanjutnya kelas akan membosankan, ternyata apa? Semua itu benar terjadi, tapi bohong! Kelas menjadi layaknya panggung standup comedy bagi team Creative yang digawangi Bang Boim, Bang Fabian, Bang Abror, Bang Denis dan Bang Hardian dengan topik yang diangkat Creative Thinking, sangat memuaskan dan menghibur. Sampai saya pun lupa kalau ini dalam kelas. Hanya saja, satu yang nempel, kreatif harus diterapkan atau dituangkan dan disegerakan untuk dikerjakan. Great performen!!

Pertunjukan terakhir diisi sama mas John Fair Kaune dengan Culture TV Production. Beberapa materi yang disampaikan sudah saya dan teman-teman lain pelajari di bangku kuliah, sehingga tinggal menambahkan pemahaman saja. Secara keseluruhan rangkaian hari ini, selasa 06 Januari 2015 berjalan sengat menyenangkan. Kami sudah nggak sabar untuk hari berikut.

Kelaspun ditutup dengan memanjatkan doa oleh ketua BDP angkatan 2015. Teduh hatiku! Serius! IYKWIM.

Wassalamu’alaikum. Terimakasih.
Cinere, Depok.

Dengan mata terkantuk, hati tertusuk rindu belum sampai.