4.17.2014

Teman saya



apa belum bisa disebut gay bila kemana-mana ramai-ramai dengan cowok. ke cafe misalnya. apa cafe ini dikhususkan buat mereka, gay bertemu dan tertawa. dari sekian banyak kursi hanya beberapa yang diisi cewek. apa memang belum ada pasangan. jadi mereka membicaran masalah cewek dengan para cowok. ih gay banget.

untungnya ada sebuah rental komik baru. tepatnya persis sebelah cafe. aku menyempatkan mampir sebentar selagi teman yang lain mengisi perut di warung makan sebelah cafe. tiga tempat berjajar. warung makan, cafe, rental komik. berharap di salah satu tempat itu nantinya ada yang spesial.

aku yakin rental komik ini baru dengan pendapat tiga bulan lalu aku belum melihat wujudnya. sama lamanya ketika terakhir kali aku berkunung ke cafe itu dengan cowok juga. lupakan saja moment sebelum ke cafe bersama teman gay.

rental komik ini keren. tempatnya cozy banget. itu kesan pertama. kesan kedua akan segera aku buat menunggu kunjungan bersamamu nanti.

anggap saja waktu berlalu lima belas menit setelah aku masuk rental komik. karena ini kunjungan pertama jadi aku nggak mau berlama. janji dengan teman untuk ngobrol di cafe. setelah memesan minum semua membuka handphone kemudian menyalakan laptop. siap-siap jarak dekat yang dijauhkan. tunggu dulu. semua kacau. cowok-cowok dengan permasalahanannya masing-masing muncul.

meja cafe terlalu kecil untuk lima cowok. kami harus menyatukan satu meja kecil dengan meja sedang lain menjadi satu. permasalahan kelompok pertama muncul sebelum permasalahan pribadi mengikuti. dua stop contact nggak akan menampung lima jack. inisiatif meminjam t terpaksa diambil. nggak ada yang bawa t. masalah pribadi akan dilanjukan pada paragraf di bawah. jangan terburu menghabiskan bacaan.

pramusaji menaruh pesanan si t. satu dua tiga. si a dan si b tertawa tanpa disadari si b-dua dan si i. tentunya si t lebih terkejut lagi. apa yang dia pesan nggak sesuai harapan. espresso yang ia pesan gelasnya terlalu kecil. bahkan gelas itu bisa masuk ke dalam gelas minum yang aku pesan. mungkin ia belum menyadari kalau gelas espresso di cafe ini memang segitu. kecil. sekali tenggak pasti sudah habis. kemudian aku menunjuk gelas besar yang tergantung dekat meja kasir. mungkin harapannya seperti itu.

si i akhirnya menemui giliran sialnya. sepanjang waktu bergulir ia selalu berkeluh tentang sinyal wifi yang nggak bisa ditangkap laptop tuanya. tentu si t sangat girang mengetahui hal ini. si a memberi saran agar si i menyalakan ulang laptopnya. harapannya seperti itu. namun apa. dewi keberuntungan belum bisa datang. waktu masih berjalan sebelum kejadian laptop si a sendiri kerestart karena minus matanya menambah. apa hubungannya? hubungannya baik saja. hanya saja minusnya kacamata itu membuatnya salah menekan tombol restart. sial si a. nggak sampai di situ. kabar baik justru datang ke si i. laptopnya sudah tersambung ke laptopnya dan gantian laptop si a nggak bisa menyambung ke wifi.

siapa yang belum kena sial? aku nanti saja.

si b-dua selajutnya. hampir sama sebenarnya nasib si b-dua. namun hal nggak nyambungnya wifi bisa diatasi lebih cepat dari teman yang lain. ditambah sial nggak bisa dipakenya mouse yang tiba-tiba error. sanggahnya kalau dipake di tempat lain bisa. nasib mouse murah.

semua sial sudah muncul dan aku masih merahasiakan sial milikku. sabar lah. nanti aku ceritakan.

teman yang tadi sudah janji menyusul ke cafe akhirnya datang. tenang. dia yang bakal menemani aku yang nggak ketiban sial. mungkin sialku diambil semua sama si b-dua. pak parkir cafe muncul dari belakang pintu masuk dan mengabarkan ada mobil ditabrak motor di depan. you know itu mobil siapa. iya. itu mobil si b-dua.

mungkin itu saja kesialan malam itu. sisanya dihabiskan dengan ketawa-ketawa.

katanya mau cerita soal kesialan kamu? ah curang nih.

kan aku nggak kena sial malam itu. mau kesialan mana yang harus aku bagi?
aku sayang kalian kok.

Tidak ada komentar: