apa belum bisa disebut gay
bila kemana-mana ramai-ramai dengan cowok. ke cafe misalnya. apa cafe ini
dikhususkan buat mereka, gay bertemu dan tertawa. dari sekian banyak kursi
hanya beberapa yang diisi cewek. apa memang belum ada pasangan. jadi mereka membicaran
masalah cewek dengan para cowok. ih gay banget.
untungnya ada sebuah rental
komik baru. tepatnya persis sebelah cafe. aku menyempatkan mampir sebentar
selagi teman yang lain mengisi perut di warung makan sebelah cafe. tiga tempat
berjajar. warung makan, cafe, rental komik. berharap di salah satu tempat itu
nantinya ada yang spesial.
aku yakin rental komik ini
baru dengan pendapat tiga bulan lalu aku belum melihat wujudnya. sama lamanya
ketika terakhir kali aku berkunung ke cafe itu dengan cowok juga. lupakan saja
moment sebelum ke cafe bersama teman gay.
rental komik ini keren.
tempatnya cozy banget. itu kesan pertama. kesan kedua akan segera aku buat
menunggu kunjungan bersamamu nanti.
anggap saja waktu berlalu
lima belas menit setelah aku masuk rental komik. karena ini kunjungan pertama
jadi aku nggak mau berlama. janji dengan teman untuk ngobrol di cafe. setelah
memesan minum semua membuka handphone kemudian menyalakan laptop. siap-siap
jarak dekat yang dijauhkan. tunggu dulu. semua kacau. cowok-cowok dengan
permasalahanannya masing-masing muncul.
meja cafe terlalu kecil
untuk lima cowok. kami harus menyatukan satu meja kecil dengan meja sedang lain
menjadi satu. permasalahan kelompok pertama muncul sebelum permasalahan pribadi
mengikuti. dua stop contact nggak akan menampung lima jack. inisiatif meminjam
t terpaksa diambil. nggak ada yang bawa t. masalah pribadi akan dilanjukan pada
paragraf di bawah. jangan terburu menghabiskan bacaan.
pramusaji menaruh pesanan si
t. satu dua tiga. si a dan si b tertawa tanpa disadari si b-dua dan si i.
tentunya si t lebih terkejut lagi. apa yang dia pesan nggak sesuai harapan.
espresso yang ia pesan gelasnya terlalu kecil. bahkan gelas itu bisa masuk ke
dalam gelas minum yang aku pesan. mungkin ia belum menyadari kalau gelas
espresso di cafe ini memang segitu. kecil. sekali tenggak pasti sudah habis.
kemudian aku menunjuk gelas besar yang tergantung dekat meja kasir. mungkin
harapannya seperti itu.
si i akhirnya menemui
giliran sialnya. sepanjang waktu bergulir ia selalu berkeluh tentang sinyal
wifi yang nggak bisa ditangkap laptop tuanya. tentu si t sangat girang
mengetahui hal ini. si a memberi saran agar si i menyalakan ulang laptopnya.
harapannya seperti itu. namun apa. dewi keberuntungan belum bisa datang. waktu
masih berjalan sebelum kejadian laptop si a sendiri kerestart karena minus
matanya menambah. apa hubungannya? hubungannya baik saja. hanya saja minusnya
kacamata itu membuatnya salah menekan tombol restart. sial si a. nggak sampai
di situ. kabar baik justru datang ke si i. laptopnya sudah tersambung ke
laptopnya dan gantian laptop si a nggak bisa menyambung ke wifi.
siapa yang belum kena sial?
aku nanti saja.
si b-dua selajutnya. hampir
sama sebenarnya nasib si b-dua. namun hal nggak nyambungnya wifi bisa diatasi
lebih cepat dari teman yang lain. ditambah sial nggak bisa dipakenya mouse yang
tiba-tiba error. sanggahnya kalau dipake di tempat lain bisa. nasib mouse
murah.
semua sial sudah muncul dan
aku masih merahasiakan sial milikku. sabar lah. nanti aku ceritakan.
teman yang tadi sudah janji
menyusul ke cafe akhirnya datang. tenang. dia yang bakal menemani aku yang
nggak ketiban sial. mungkin sialku diambil semua sama si b-dua. pak parkir cafe
muncul dari belakang pintu masuk dan mengabarkan ada mobil ditabrak motor di
depan. you know itu mobil siapa. iya. itu mobil si b-dua.
mungkin itu saja kesialan
malam itu. sisanya dihabiskan dengan ketawa-ketawa.
katanya
mau cerita soal kesialan kamu? ah curang nih.
kan aku nggak kena sial malam
itu. mau kesialan mana yang harus aku bagi?
aku sayang kalian kok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar