“Jika kenangan adalah sebuah
lukisan yang indah maka aku akan belajar menggambar sejak mengenal warna.”
bisik Saha pada dirinya sendiri.
“Apa
yang terjadi setelah ini?”
“Aku
tak tahu. Please jangan paksa aku
untuk menjawabnya terus!”
“Lalu,
apa yang harus kutanyakan bila seperti ini?”
“Mana
aku tahu, aku juga bingung.”
Louis
pergi meninggalkan Saha dengan langkah kaki berat, sekitar 60 kilolah. Raut
mukanya menggambarkan kesedihan yang tak bisa dibendung, maklum laut, jadi ga
bisa dibendung. Apalagi sebentar lagi jarak antara mereka akan semakin melebar.
Mengingat Louis memutuskan untuk ikut bekerja di luar negeri bersama ayahnya
mengurusi peternakan kudanya.
“Kamu
yakin tak mau memikirkannya sekali lagi?”
“Apa
yang harus aku pikirkan? Ini pilihan orangtuaku, aku tak mungkin menolak.”
“Yakin,
kamu mau menolak Tolak Angin?”
End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar