4.22.2013

Sisi Susi

Akhirnya kesampean juga buat nulis tentang salah satu temen SMP saya yang satu ini.
Temen saya yang satu ini berjenis kelamin perempuan, walau saya ga begitu yakin. Of role karna saya belum pernah memastikan itu secara langsung. Lupakan.
Siapa dia?
Dia adalah ang ing eng. Susi Saraswati.

Secara pribadi selama 3 tahun di Sekolah Menengah Pertama 1 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak bareng Sisi, panggilannya saat ini, saya ga pernah ngobrol secara langsung apalagi bertatap muka. Iya, selama 3 tahun itu. Saya hanya mendengar tentang dirinya dari beberapa guru yang sedang mengajar di kelas saya. Guru itu bercerita bahwa di kelas tetangga ada seorang siswi yang sangat pandai mata pelajaran matematika dan IPA. Saya hanya mengiyakan berita itu. Bahwa ada siswi yang memang benar2 pandai di kelas tetangga. Begitu berita itu beredar. Saya masih membayangkan sosok Sisi yang diceritakan beberapa guru itu. Bagaimana bentuk siswi pandai itu? Karna saat itu saya ga begitu dikenal sebagai siswa, saya hanya dikenal oleh teman2 sebagai siswa cupu (cool punya (baca. cul punya)).

Dalam sebuah kesempatan akhirnya saya benar2 bertemu dengan sosok siswi pandai itu. Bukan sedang mengobrol. Saya melihatnya saat saya sedang makan di kantin cowok dan dia entah sedang melakukan apa di kantin cewek, dia seperti mengendap-endap. “Swiper jangan mencuri” Saya hanya melihatnya dari tempat saya mengunyah mie rebus sambil jongkok di pojokan kantin. “Oh.. itu..” sambil meneruskan makan.

Itulah kesan pertama saya tentang sosok Sisi. Dia cantik.
Setidaknya rasa penasaran saya sudah dibayar lunas di kantin. Sejak kelas satu sampai lulus SMP saya ga pernah satu kelas dengan Sisi. Ga pernah satu organisasi, ga pernah satu angkot kalo berangkat sekolah. Dan gak pernah ngobrol langsung. Sedih.

Otomatis saya ga pernah ngobrol sama dia. Saya seorang pendiam waktu itu.
Setelah lulus dari SMP 1 Bonang. Susi melanjutkan di SMA 1 Demak, sekolah yang katanya paling kece se kabupaten Demak saat itu. Dan saya melanjutkan di sebuah sekolah agama di Semarang.
5 setengah tahun kemudian. Di media jejaring social saya mencoba iseng2 mengetikkan nama Susi Saraswati, siswi pandai temen SMP saya itu. Add and wait. Sebulan kemudian baru dikonfirmasi sebagai teman. Dan kita berteman di facebook. Bahagia itu sederhana.

Saya memulai percakapan di chat. “Hai..”
Dia bales, “Siapa ya? Salah orang kali mas.” Nyesek itu sederhana.
Dia memang benar2 tidak mengenalku. Saya hanya mengenalnya dari berita2 yang diceritakan di depan kelas tentang adanya anak pandai di kelas tetangga. Dan dia hanya Sisi yang tak mengenalku. Bahkan sebagai teman satu angkatan di SMP.
Sejak chat itu, saya mulai berpikir bahwa dia itu hanya teman angkatan saja bukan teman yang bener2 teman.

Saya menoleh pada pisau yang saya taruh di meja, sore tadi buat ngupas mangga yang diambil dari rumah bapak kos. Saya mendekat dan mengambilnya. Memastikan kalo pisau itu benar2 masih tajam dan bisa digunakan buat merobek sesuatu.

“Hey kamu..” chat fb tiba2 nongol pemberitahuan dari Sisi.
Saya hanya melihatnya tanpa membalas satu kata pun.
“Kamu Bagus kan? Temen SMP gue di SMP 1 Bonang kan..” semasa SMP nama panggilan saya adalah Bagus. Cukup sampai situ aja.
“Kamu..” belum selesai membalas kata, Sisi memunculkan kata lagi.
“Kamu apa kabar? Sekarang di mana?”

Ternyata di kenal saya. Tapi dari mana dia tahu saya? Apa dia juga melakukan hal seperti yang saya lakukan ke dia? Kepo?

Saya sering mencari informasi tentang si siswi pandai itu dari temen2nya waktu masih SMP dulu. Kadang saya mampir ke kantin cewek hanya untuk menanyakan pada ibu kantin tentang apa yang sering ia beli di sini. Sama siapa dia biasanya kalo makan di sini. Sampai kalo boker dia itu sambil berdiri ato sambil lari2. Saya sampai sekepo itu. Sederhana.
Saya masih benar2 ragu. Apa dia juga mencari informasi tentang saya? Siswa yang ga pandai dan ga dikenal sama temen satu kelasnya, bahkan satu bangku saya juga ogah mengenal saya. Sudahi perih ini by D’Masiv.

Lupakan itu sejenak. Yang paling penting saat ini saya bisa chat dengan si siswi pandai itu, Sisi.

“Iya iya baik.. kamu apa kabar juga? Aku di Jogja sekarang. Kamu di mana?”
“Gue baik juga kok. Kamu ngapain di Jogja?”
“Saya kuliah di sini.. Kamu di mana sekarang?”
“Gue di Bandung sekarang. Ambil antropologi di Unpad. Loe ambil jurusan apa di sana?” kenapa dia sekarang pake tata bahasa loe gue ya? Mentang2 di Bandung harus pake loe gue gitu ya? Ga apa juga sih.

Sedikit bercanda saya membalas pertanyaannya, “Saya ambil jurusan Semarang Jepara.”
“Eh seriusan loe ambil jurusan apa di sana? Di UGM ya?” kenapa dia harus bertanya itu. Kenapa harus ada tiga huruf itu. U, G dan M? kenapa? Di Jogja ga hanya kampus itu kan!!

“Hehe.. saya di MMTC..”
“Kampus apa itu?” setiap ada temen yang menanyakan kampus saya dan saya jawab dengan kalimat, “Kampus saya MMTC.” ga ada di antara mereka yang tahu. Perlu diketahui temen2, MMTC itu adalah sebuah kampus broadcasting paling oke kece badai se Asia Tenggara. Berdidi di bawah naungan Departemen Komunikasi dan Informasi Indonesia. Hanya ada satu dan satu2nya di Negara ini. Bangga itu sederhana. Namun ga banyak yang tahu perihal itu. Makasih. Bisa dicheck MMTC
“Itu kayak kampus broadcasting gitu..”

==========================================

Tidak ada komentar: