Saya selalu tertarik dan terperanga melihat pasangan
muda-mudi belum syah secara agama saling bercumpu di pinggir jalan, di taman
kota, bahkan tempat-tempat tak senonoh lainnya. Mereka pelaku nikmat nasfu bisa
saja memanfaatkan wahana bermain di mana saja sebagai ajang pelacuran.
Bagaimana tidak, mereka mempertontonkan pertunjukan yang seharusnya belum
pantas diperlakukan. Menjalani bahtera perpacaran. Seakan, status pacaran saja
sudah mempunyai hak untuk diperbolehkan mengecup bibir lawan pasangan.
Perasaan ini muncul seiringan kedewasaan dan bahan tontonan
yang mereka terima. Bahkan adegan percumbuan anak sekolah menengah pertama
sudah banyak diberitakan pada media televisi nasional. Bahkan, ada di antara
itu sedang mempertontonkan kekejian pelajar tesebut di dalam kelas saat jam
istirahat sekolah dengan disaksikan teman satu kelas tanpa ada yang memisahkan,
mereka justru membiarkan keburukan yang benar adanya terjadi di mata mereka.
Inilah sedikit potret pelajar kita. Saya sendiri tak mau
berasumsi lebih. Semoga masing-masing kita bisa bercermin dengan melihat
lingkungan yang ada di sekitar kita. Kita bisa menilainya, karena sejujurnya
manusia yang berhati bersih bisa menggunakan akal dan hatinya untuk menilai
sesuatu itu. Bagaimana yang baik dan tidak. Datangnya dari hati.
Berfikir jangka pendek. Bisa jadi ini menjadi salahsatu
alasan yang digunakan. Bisa saja pengetahuan sex yang kurang dari individu. Bisa saja memang nafsu sex itu sendiri yang terlalu besar.
Bahkan ketidak pedulian mereka yang selalu bisa mengalahkan kebersihan hati.
Sehingga menutupi hati terlalu dalam dan karat.
Bisa menjalankan fungsi sesuai asas hubungan saling
menguntungkan. Beberapa di antaranya, inilah alasan yang saya terima dari
teman. Bila seseorag telah melaksanakan ikrar sehidup semati di depan penghulu
maupun pendeta, maka masing-masing pasangan akan dikenakan hak dan kewajiban
masing-masing, karena hukum dan undang-undangnya sudah ada. Nah, kalau masih
dalam masa pacaran, apakah ada hal semacam itu? Tentu tidak. Kalau ada, itu
hanya akal-akalan mereka saja untuk menutupi kesalahan mereka. Apa pacaran
dilarang? Islam secara tegas menolak hubungan yang satu ini. karena pacaran
akan lebih banyak mendekatkan pada kemaksiatan daripada kebaikan.
Kalau kamu memaknai semua itu kenimatan, maka sesungguhnya
memang itu yang benar-benar kamu cari, kamu tuju sejak awal dari pacaran.
Nafsu.
Namun, jika penyesalan nggak menghampirimu. Bahkan kamu bisa
tertawa dan akan mencari yang lain, yang lebih memikat nafsu, jadilah, sudah
Nampak wujud aslimu wahai pencari nafsu.
Pada kenyataannya semua itu semu, fana, dan sia-sia. Pacar
yang bener-bener sesuai fungsinya itu mustahil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar