Mahasiswa MMTC Yogyakarta Membaca Puisi
Oleh Bagus Setiawan
Saat membaca puisi ia merasa mantan ada di
samping. Kangen sama mantan seperti terobati. Benci sama mantan terasa
disempati.
Djendelokoffi. Malam hari pukul 20.30
waktu jomblo bagian mantan. Malam hari ketika para jomblo bersembunyi di balik
reruntuhan selimut hati yang beku. Kini, para penganut paham jomblo berkumpul. Menyuarakan
satu tekad untuk memperpanjang masa kontrak. Tidak tanggung, seumur hidup
mereka perbaharui.
Iwan mengobrol dengan semama penganut
sekte ini. Baru ini ia membicarakan tentang jomblo. Hal baru yang belum pernah
ia sentuh. Sebelum ini, ia selalu bersama dengan seorang kekasih hati. Ia Nampak
asing dengan kegiatan rutin yang dijalani kaum aneh ini. Mereka melakukan pemujaan
setiap malam minggu, yang mereka sebut “tidur di kamar di malam minggu”
mengurung diri sungguh kegiatan yang aneh baginya.
“Aku jane yo ra ngerti opo kuwi jomblo,
bar pedhot karo pacarku aku lagi ngerti jomblo ki opo lan piye rasane.” Ujar Iwan
berkisah tentang gelar barunya itu kepada MMTC magazine.
Semakin lama ia semakin akrab dengan kata jomblo. Bahkan dalam satu hari ia bisa bertemu dengan sesame penyandang jomblo di manapun ia melangkah. Saat mengenal jomblo, ia pun menjadi teduh.
Setelah beberapa bulan menjadi jomblo, ia
berharap suatu saat jodoh menghampiri dan tulang rusuknya segera diketemukan.
Dan malam tadi, ia membaca musikalaisasi
puisi tentang mantan. Yang datang pasti tahu deh gimana ia menyanyikan puisi
kenangan sama mantan dulu. Di sana, Iwan menempatkan sebuah pesan di antara
bait puisinya.
“Waktu itu nggak bisa diputar, apalagi dijilat dan dicelupin. Jadi,
belajarlah dari masa lalu. Jangan kembali pada masa lalu. Cari yang baru.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar