4.21.2014

biarlah yang merah tetap merah



media menganalogikan perempuan cantik dengan: putih, langsing, tinggi, rambut hitam panjang. lalu bagaimana dengan mereka, perempuan yang tidak mempunyai kriteria semacam itu?
pergaulan mengatur aturannya sendiri. bisa disebut gaul itu kalau: up to date soal pakaian (pinter nomor sekian), ngomong harus loe gue (bukan harus anak Jekardah). boleh dan tidak dilarang sebenarnya. ini hanya soal penggunaan kata ganti orang.

lalu bagaimana kabar mereka yang nggak putih. nggak up to date soal pakaian. mereka jelek? mereka kurang pergaulan?

sebenernya bahasa itu merupakan sebuah kesepakatan yang hadir di tengah masyarakat. dikatakan ini gelas karena masyarakat menyetujui bahwa benda itu bernama gelas. entah dari mana asal usul penamaan itu. pokoke gelas.

perspektif atau sudut pandang itu layaknya posisi melihat suatu objek. tentu berbeda kalau saya memandang gelas dari depan dan kamu memandangnya dari atas. katakanlah saya dan kamu sama-sama melihatnya dari depan, belum tentu juga penilaian saya dan kamu terhadap gelas itu sama. mungkin saya akan menganggap bahwa gelas itu bentuknya kurang bagus. begitu sebaliknya dengan kamu. apalagi menilai objek yang mempunyai sifat abstrak, kurang jelas. akan semakin berbeda lagi penilaiannya.

karena cantik nggak perlu alasan begitu juga cinta.

biarlah yang merah tetap merah dan yang biru menjadi biru. berbeda itu boleh. bahkan akan nampak indah jika disikapi dengan bijak. pergesekan pendapat pasti akan ada di mana pun itu. yang terbaik yaitu bagaimana menyikapi sebuah perbedaan dengan tidak membeda-bedakan kebaikan.

Tidak ada komentar: