4.11.2013

Makasih Mantan :)


Adisti adalah pacar pertamanya Nino. Nino amat mencintai pacar barunya ini.
Masak?
Hari ini Nino ada janji dengan Adisti untuk bertemu di perpustakaan kampus tempat di mana mereka menuntut ilmu di jenjang perguruan tinggi, jam 10 siang sehabis kuliah pertama selesai. Adisti sudah menunggu lama di perpustakaan sendiri. Sambil membaca buku yang ia ambil di rak bagian novel remaja. Asik membaca ia mendengar suara yang biasa ia dengar dari Nino, “Adisti sayang.”
Nino kenal Adisti dari teman mainnya yang juga jadi adik kelas Nino di kampus. Nino masuk semester enam, dan Adisti baru semester dua. Percintaan antara adik dan kakak kelas ini berlangsung sederhana. Semua seperti telah direncanakan oleh Tuhan. Bertemu secara sederhana, hubungan asmara yang sederhana dan hubungan mereka yang sederhana, singkat.

“Kamu udah lama nunggu?” Nino yang baru datang nampak capek, nafasnya pucat mukanya terengah-engah.
“Lumayan, kelas pagi aku tadi kosong, jadi aku habisin aja di sini sambil baca buku.” Masih sambil membaca buku.
“Kamu mau ngomong apa. Kok ngajak ketemuannya di sini?”
“Tak apa kok sayang. Duduk dulu aja sini.” Sambil mempersilahkan duduk Adisti menutup buku yang dari tadi ia baca.
 Hening sejenak.
“Kok kamu diem?” Nino heran.
“Aku pengen kita udahan aja ya pacarannya. Sampe sini?”
“Putus? Kamu minta putus?”

Adisti terdiam sambil melihat buku yang tergeletak di atas meja. Seakan memberikan jawaban iya, saya minta putus. Kita udah tak cocok.

“Ya udah.” Hanya itu yang terlontar dari Nino.” Kemudian bergegas. Sebelum ia bergegas, Adisti terlihat atak menyesali keputusannya.
“Maafin aku ya, No.”
“Tak apa kok. Aku fine-fine aja.” Sambil melontarkan senyum kemudian pergi.


diambil dari google.com

Sejak kejadian di perpustakaan kampus itu Nino lebih menutup diri dari biasanya. Ia lebih banyak menulis status di facebook dengan hal yang berbau sedih dan sedih. Tanpa tawa. Sebelum-sebelumnya ia tak pernah melakukan hal ini.
Cinta kadang membuat diri seseorang menjadi lebih rapuh, saat itu godaan lebih mudah masuk.
Setiap melihat mantan pacarnya di kampus bersama teman-temannya ia lebih memilih menghindar. Tak mau lagi melihat mantannya itu ada di depan mata. Rasa benci lebih banyak ia tabur dari rasa suka yang pernah ia kasih dulu-dulu. Di balik kebencian itu selalu terbesit sedikit rasa sayang yang dalam. Rasa sedih yang terlalu dalam terhadap mantan pasti juga diiringi dengan rasa sayang yang terlalu dalam juga. Ia tak mampu benar-benar membenci mantan pacarnya. Namun dia atak cuek dan benci saja, mungkin itu saja yang ia bisa tunjukkan.
Sebisa mungkin ia akan menghindar jika dipaksa harus bertemu. Namun, ia sampai saat ini masih belum bisa menghapus kenangan saat bersama, yang hanya berlangsung sebentar. Kata-kata romantis saat masih berpacaran dulu belum sempat ia hapus. Puisi indah itu masih terkenang di hati yang tak terlalu dalam. Ucapan-ucapan sederhana pengantar tidur juga belum sempat ia hapus. Andai move on semudah yang ia bayangkan.


Sebulan sudah Nino dan Adisti tak lagi bersama dalam hubungan cinta. Sama kaya usia pacaran mereka dulu. Tepat hati ini juga untuk pertama kali Nino menghubungi Adisti lewat pesan singkat. Tak semudah itu kembali membuka komunikasi dengan mantan. Angel tenan cuk!
Kadang luka yang terlalu dalam itu membuat diri kita rapuh. Membuat yang seharusnya mudah untuk dilakukan terasa sulit, bahkan hanya untuk dipikirkan. Seperti mantan. Terlalu banyak memikirkan mantan hanya akan membuka lubang yang pernah kita pendam. Banyak juga orang yang sudah tidak menjalin hubungan namun masih membuka harapan untuk kembali berama mantan. Andai hidup semudah itu. Boro-boro minta balikan, nyapa aja susahnya minta ampun.
Makasih Mantan :) Saya akan selalu tersenyum untukmu :)

1 komentar:

mawi wijna mengatakan...

Semangat kakak! Kuyakin cintamu akan bersemi lagi dengan cara-Nya yang sederhana di rumah makan Sederhana. (eh?)