“Nulis buat apa? Emang bisa
bikin kaya? Nggak nulis bisa bikin mati?”
Nulis memang nggak bisa ngejamin kamu kaya, masuk surga. Nulis
emang nggak bikin kamu mati mendadak. Nulis emang nggak bisa bikin kamu ganteng
maksimal. Tapi, dengan menulis kita bisa bikin sejarah. Kepuasan. Seandainya, dulu naskah proklamasi
republik Negara ini nggak ditulis, saya yakin-seyakin-yakinnya, itu naskah,
ilang men. Nggak ada yang hafal. Ya,
kalo ada yang hafal, itu pun udah
almarhum yang dulu nulis. Kamu hafal? Saya aja,,, ah sudahlah.
Setiap penulis punya masud
dan tujuan yang berbeda. Politikus kita ambil contoh, dia nulis buat ngangkat
citra, mempengaruhi pandangan pembaca agar mempercayai atau agar melakukan
sesuatu seperti yang diharapkan penulis dalam tulisannya. Komentator buku,
jelas, dia tugasnya mengomentari buku terbiatan baru sekaligus alat promo buku.
Apa pun alasan penulis, yang jelas, menulis bukan suatu kegiatan yang mudah
untuk dikerjakan secara mendadak, perlu pemikiran, perlu keterampilan, dan
keterampilan itu bisa diperlajari. Seperti
tulisanku di atas, gimana, penyusunan kata, gabungan kalimat, penggunaan bahasanya
udah enak dibaca kan. BHahahaha.
Arswendo Atmowiloto bahkan
pernah menulis saat dia di dalam hotel prodeo. Saat dia sedang asik liburan di
hotel prodeo itu, naskah-naskah hasil buah tangannya bisa difilmkan. Kece banget nggak tuh.1
Menulis tak ubahnya sebuah
pidato. Ada pesan-pesan yang ingin dituju. Ada maksud tersebunyi mau pun yang secara
jelas menampakkan diri. Dengan berinteraksi sosial, ngobrol sama temen, maen
twitter, banyak hal menarik yang kita lihat. Banyak tokoh, pengenalan karakter
yang sebelumnya belum pernah kita lihat, kini kita (saya) menjadi atau proses
menjadi tahu ilmu tentang penokohan dan proses perubahannya dalam menyikapi
situasi. Sedikit memberikan sudut pandang pada tokoh itu, mengubahnya menjadi
karakter yang kita mau, kita seperti jalan-jalan di dufan. Asik men, tinggal pasang karakter jeleknya,
buang karakter bagusnya dalam sebuah cerita fiksi. Kita jahat men, penulis itu makhluk paling jahat
sedunia setelah ibu-ibu yang lagi ngomel-ngomel naik matik. Yang kalo belok kanan, nyalain ritingnya kiri.
“Kenapa juga harus punya
blog? Kesannya curhat nggak penting, ngejelek-jelekin orang, Nyampah!”
Kenapa juga harus punya
blog? Karena nge-blog itu Gratis, ngeblog itu gratis alias nggak bayar, cuma
perlu ganti aja biaya warnet satu jam 3.000 perak.
Nggak curhat kok. Jangan mendeskreditkan semua penulis seperti itu dong. Nggak mau kan kalau
semua ibu-ibu yang naik matik itu ngeselin, nyatanya, nyatanya emang begitu.
BHahahaha.
Pengembangan diri dan
pengembangan imajinasi men. Kita
butuh tempat curhat skala besar. Ya ini tempatnya. Semua bisa baca dengan
gratis kagak pake bayar, cuma perlu ganti aja biaya warnet satu jam 3.000 perak
(copy dari yang di atas). Kalo semua
pendapat dan komentar yang membangun bisa ditampung artinya kita-kita nih sebagai penulis, ada sebuah kotak
saran buat perbaikan diri.
Albert Einsten bahkan pernah
berujar, “Imajinasi lebih penting dari pengetahuan.”
Nggak ada yang lebih enak
selain berimajinasi, berkhayal men.
Setelah nggak ada yang bisa saya lakukan selain menyelesaikan semua tugas
kuliah dan tugas lain, hal yang paling enak buat dikerjaan ya nulis. Kegiatan yang satu ini sangat enak. Simple, nggak neko-neko
dan gretong. Seperti halnya bercinta, setiap huruf, rangkaian kata, susunan
kalimat yang saling melengkapi satu frase akan membuat kita puas. Nikmat tak
berbatas.
“Penulis bisa dengan sangat
keji meminjam karaktermu dalam setiap tulisannya.”
Menulis meninggalkan
sejarah. Menulis memberikan tanda kalau kita pernah hidup dalam peradaban.
1. Catatan
: beberapa karya tulisan Asrwendo Atmowiloto yang diterbiatkan, novel, scenario
film, dll ada yang menggunakan nama samaran. Silakan baca buku Mengarang Itu
Gampang karya Arswendo Atmowiloto untuk menelusurinya. Ben kowe sregep moco
buku bro. Beberapa buku lain juga bisa dicari.
2 komentar:
Menulis itu penting agar semua nya ngakbterlupakan seperti angin
Terimakasih bang :)
Posting Komentar